19.

592 68 25
                                    

First datang terlambat ke kelas tambahan, ia menemukan Khaotung sudah berada di kelas karena memutuskan untuk pergi dengan Marc saja.
Louis, Pawin, dan Joong pun sudah ada di dalam kelas. Mereka semua saat ini hanya perlu menunggu kedatangan Mike saja.

"Apa yang membuatmu terlambat?" Tanya Khaotung sembari mengeluarkan bukunya.

"Hukuman Pak Nan," jawab First.

Pawin lalu menolehkan kepalanya pada Khaotung dan First.
Khaotung tidak akan pernah merasa kesepian Pawin pikir, dia selalu dikelilingi oleh First dan Marc tidak perduli tuduhan apapun yang dilayangkan pada Khaotung.
Bahkan Louis pun Pawin ketahui masih ragu untuk percaya jika Khaotung adalah pelaku dari hilangnya buku Fisika dia.

"First!"

Semua orang menoleh pada siswa yang baru saja masuk dengan senyum cerah.
First menyambutnya dengan senyum juga, bahkan menunjuk bangku yang bisa digunakan oleh siswa tersebut untuk duduk didekatnya dan Khaotung.

"Aje, kau masuk kelas tambahan lagi?"

Siswa yang dipanggil oleh Joong itu menganggukkan kepalanya. "Kau terkejut?"

Aje lalu menoleh pada Khaotung. "Kau terkejut juga?"

Pawin juga terkejut dengan kehadiran Aje di kelas tambahan. Bagaimana bisa dia memutuskan untuk masuk ketika tahu jika Pawin juga ada disini untuk belajar.
Lihat, Aje yang sempat masuk dulu lalu keluar membuat siswa lain yang juga dekat dengannya terlihat terkejut.
Mereka mengerubungi meja Aje dan Khaotung, dimana mereka juga sempat terkenal sebagai duo di kelas ini.

Louis lalu menoleh pada Pawin dengan wajah khawatir, dia takut Pawin tidak nyaman dengan keberadaan Aje. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak memiliki kuasa untuk menyuruh Aje tidak masuk ke kelas tambahan di kelas ini.

"Paw, kau baik-baik saja?"

Pawin tersenyum lalu mengangguk. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

----

Pawin terlihat berada di toilet saat ini, baru saja keluar dari salah satu bilik toilet kemudian melihat Aje yang berdiri di pintu masuk, seolah sedang menunggunya.
Pintu yang biasa terbuka pun kini ditutup oleh Aje, dan senyum yang diberikannya pada Pawin jelas bukan suatu keramahan.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Pawin dengan wajah datar.

"Kapan ya terakhir kali aku menggunakan tinjuku padamu?"

Pawin mendecih. "Kenapa? Kau merasa marah dan ingin melampiaskannya padaku?"

"Berhentilah, bangsat."

Aje lalu menghela napas. Seingatnya, Pawin membuat dia berurusan dengan polisi karena memukulnya. Ibunya tidak suka itu, jadi dia harus mencari jalan lain untuk membuat Pawin berhenti mengganggu kehidupannya seperti ini.

"Kau berkeliling dan memberitahu semua orang jika kau korban bullyingku. Itu menyedihkan, kau sangat senang dengan statusmu."

Pawin dengan berani mendekati Aje. Dia senang karena berhasil keluar dari sekolah Aje dengan status korban bullying, jadi ia ingin berterimakasih sekali lagi pada Aje yang masih berusaha keras untuk menyelamatkan namanya.

"Jika kau menyentuh Khaotung, membunuhmu saat ini bukanlah pilihan tapi sebuah keharusan."

Pawin mengepalkan tangannya, ia bisa saja memukul Aje saat ini tapi itu tidak bisa dilakukannya juga. Keduanya memiliki masa lalu, jika salah satu dari mereka bertindak kembali, kasus lama akan dibahas kembali dan Pawin akan kehilangan hari-hari kemenangannya atas melawan Aje.

"Kau bertingkah seolah Khaotung adalah pacarmu."

"Dia temanku, kau tak akan mengerti karena kau tak punya teman untuk saling melindungi."

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang