8.

601 76 9
                                    

Keributan yang terjadi dikelas itu membuat Khaotung dan Neo mendapatkan hukuman, membersihkan toilet bersama saat harusnya belajar di kelas.
Pawin mendapatkan keuntungan yang tak seharusnya dia dapat, dia dinyatakan tak bersalah karena tidak ada bukti kuat jika dia mencuri buku Khaotung, jadi kasus itu berhenti dengan Khaotung yang dipaksa untuk meminta maaf dan memaafkan Pawin oleh pihak Guru.
Sedang kasusnya dengan Neo cukup serius, jadi keduanya mendapatkan hukuman membersihkan toilet dan potongan nilai.

"Kau diam saja, biar aku."

Mungkin karena memang sudah lama bersahabat, Neo tak bisa marah lebih lama lagi pada Khaotung.
Lagipula jika dipikir lagi setelah keadaan amarahnya mereda seperti ini memang Khaotung berhak marah dan memukulnya.
Selain karena grup chat itu dibuat karena Pawin untuk Khaotung juga Neo membicarakannya dibelakang, jadilah dia merasa bersalah karena Khaotung banyak benarnya.

"Jika kalian tidak senang ada aku di grup chat, aku akan keluar dari grup."

Neo semakin merasa bersalah pada Khaotung, dia merasakan sakit hati itu.
Dia dan yang lainnya bersimpati pada Pawin karena dia korban bullying, tapi tanpa sadar sebenarnya mereka juga sedang melakukan salah satu sikap bullying pada Khaotung.

"Khao."

"Aku membiarkanmu dan yang lainnya untuk mengatakan apapun padaku, aku tidak masalah disebut tidak tahu diri olehmu tepat di depanku, Neo. Kau tahu bagaimana aku akan menyikapinya."

"Tapi kau bersikap berlebihan pada Pawin, Khao."

"Dia mencuri bukuku."

Khaotung masih belum terima jika Pawin tak disebut pencuri.

"Kau harus membuktikannya," jawab Neo, dia percaya Pawin tapi juga tidak mau mencari masalah lagi dengan Khaotung.

"Aku akan membuktikannya!" Khaotung melempar tongkat pelnya ke lantai dan meminta Neo mengerjakan semuanya atas rasa bersalah dia padanya.

----

Khaotung baru saja menyelesaikan hukumannya dengan Neo, keduanya terlihat kembali membaik setelah mengobrol di toilet bersama.
Mereka menyelesaikan hukumannya sampai jam pelajaran terakhir selesai.
Terlihat First yang menunggu Khaotung didepan kelas dengan tas sang sahabat ditangannya.

"Pulang?" Tanya First.

Khaotung menatap First dengan sengit, yang ditatap hanya bisa menutup mulutnya, takut.

"Bajingan," umpatnya lalu menarik tasnya dari tangan First.

First hanya bisa mendecih sembari tertawa kecil, lalu berjalan mengikuti langkah kaki Khaotung yang cepat. Khaotung melangkah dengan cepat saja masih bisa disusul oleh First, padahal si jangkung berjalan dengan santai, mungkin karena perbedaan panjang kakinya?
Sedang asyik-asyiknya memperhatikan Khaotung yang masih marah, muncul Marc dilorong kelas dan langsung berjalan berdampingan dengan Khaotung untuk pergi menuju Parkiran, Marc seperti tidak melihat First dibelakang.

"Ini, untuk luka bibirmu." Marc rupanya memberikan salep luka untuk Khaotung.

"Bagaimana jika bibi Thana bertanya, kau akan jawab apa?"

"Aku jawab jujurlah, aku tidak pernah berbohong."

Marc tertawa, Khaotung menggemaskan sekali.
Keduanya terus mengobrol sambil tertawa seolah lupa jika First juga ada dibelakang mereka.

"Bangsat, apa-apaan itu." First kesal, tapi kenapa dia kesal? First pun tidak tahu, ia biasa saja jika melihat Joong mencuri Khaotung sebagai sahabat, tapi jika itu Marc? First ingin menendangnya.
.
.
.

Sebelum Khaotung memberitahu ibunya soal kejadian di sekolah, rupanya Nyonya Thana lebih dulu mendapatkan telepon dari pihak sekolah.
Karena itulah kenapa Khaotung saat ini berdiri didekat televisi dengan tangan berulang kali mengusap kakinya yang dipukul oleh sapu, hukuman lainnya dari sang ibu.
Setelah memukul dua kali betis sang anak, Nyonya Thana tidak membiarkan Khaotung duduk.

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang