18.

544 72 15
                                    

Khaotung saat ini berada di ruang rapat, bersama Pawin dan Louis.
Ketiganya tak berbicara apapun. Pawin sebenarnya ingin, tapi Louis dan Khaotung seolah sudah malas untuk berdebat, terlihat Louis dan Khaotung hanya diam sembari memandang meja bundar besar dihadapan mereka, yang memisahkan Khaotung seorang dengan Louis dan Pawin.
Suasana seperti ini sangat tidak diharapkan oleh Pawin, ia pikir Khaotung akan menggila seperti sebelumnya.
Tapi lihat sekarang, ia seperti kehilangan seluruh tenaganya dan menerima tuduhan itu tanpa mencoba perlawanan.

"Lui."

Terlihat Nyonya Thanawin memasuki ruangan dengan perasaan marah.
Beliau langsung menunjuk Khaotung yang masih menunduk.

"Bibi tidak percaya kau melakukan itu pada Lui, Khao."

"Ibu, tenangkan dirimu."

"Bagaimana bisa aku tenang?"

Nyonya Thanawin lalu memarahi Khaotung sebagai anak yang pandai berbohong dan memiliki ucapan manis. Untuk apa Khaotung datang malam-malam menenangkan Louis yang gagal ikut lomba jika dia adalah pelaku dari hilangnya buku Louis.

"Apa anak bibi melalukan kesalahan padamu? Sampai kau menghukumnya seperti ini, Khao?"

"Aku-"

Belum juga Khaotung mengatakan pembelaan untuk dirinya sendiri, Pak Nan terlihat memasuki ruangan bersama seorang wanita lainnya. Itu ibunya Pawin, nyonya Win.

"Pawin, jadi ini anak yang kau sebutkan sebagai sahabat dari perundungmu di sekolah sebelumnya?"

Nan terlihat bingung, dia tahu jika Pawin adalah korban perundung tapi tidak tahu jika Khaotung rupanya memiliki hubungan dengan perundung Pawin.

"Namanya Aje, Bibi."

"Lalu apa? Itu tidak membedakan apapun dengan aku menyebut namanya atau tidak. Seperti kau dan dia, tak ada bedanya."  Nyonya Win lalu meminta Nan untuk mengeluarkan Khaotung dari sekolah, itu karena menurutnya lebih baik daripada memberinya kesempatan lain.

"Kita tidak bisa melakukannya begitu saja, ada banyak-"

"Aku berpengalaman, Pak Nan. Anak saya pun memiliki masa lalu yang buruk dengan ini, kita berdua pernah berada disituasi seperti ini."

Nan terlihat pusing, semuanya belum berkumpul termasuk orangtua Khaotung, tapi para orangtuanya Pawin dan Louis sudah membuat keributan dengan menekannya untuk menendang Khaotung keluar dari sekolah.
.
.
.
Kelas dua dibubarkan sebelum waktunya, terlihat First sedang khawatir menunggu kedatangan nyonya Thana di parkiran.
Marc juga tidak langsung pergi, sebagian besar anak kelas dua pun memutuskan untuk tidak langsung pulang malah berkumpul di area Parkiran.

"Bagaimana ini? Khaotung pasti mendapatkan masalah besar," ujar Joong, sebagai penemu pertama buku Louis dan Pawin di tas Khaotung.

"Kenapa kau malah perduli pada Khaotung?" Tanya Dunk. "Harusnya yang kau pikirkan adalah Louis dan Pawin."

Dunk sudah menemukan ponselnya, ia meninggalkan ponselnya yang mati itu di gudang peralatan olahraga. Ditemukan oleh Neo.

"Karena aku tidak percaya kalau Khaotung pelakunya," jawab Joong.

"Kenapa? Kau melihat sendiri buku itu ada ditasnya Khaotung."

Joong memang melihatnya, tapi ia tidak mendapatkan hal masuk akal lainnya kenapa Khaotung harus mencuri itu? Untuk apa ia melakukannya? Semua orang tahu jika hubungan Pawin dan Khaotung kembali memburuk, tapi kenapa Louis juga harus terlibat? Dan lagi, Khaotung bukan tipe orang seperti itu.

"Kau kan tahu dia teman Aje. Bagaimana jika sebenarnya saat ini dia sedang menunjukkan siapa diri dia sebenarnya," ujar Dunk yang disetujui oleh Neo.

"Apa Pawin harus meneror Khaotung seperti kemarin? Apa bedanya dia dengan Aje?" Balas Marc.

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang