🐿️ Branch 3: Ayunda, Boleh Bicara? (Part 2)

138 18 3
                                    

"Ini semua dari Kakanda Mahesa! Enak, kan? Terima kasihnya mana?" pamer Mia esok harinya, ketika membagikan berbagai macam oleh-oleh makanan seperti lapis surabaya atau kue mente kepada teman-teman kelasnya.

"Kak Mahesa baik banget, ya! Oleh-olehnya banyak!"

"Mau minta itu, dong!"

"Aku juga mau punya kakak kayak Kakak Mahesa, deh!"

"Mia makasih, ya!" sebut teman kelas lain memuji gadis berkucir kuda itu.

"Hihihi. Kakanda Mahesa memang baik banget! Kemarin aja kita jalan-jalan sama mommy daddy! Kakanda Mahesa banyak cerita keren! Mia juga banyak tanya-tanya ke Kakanda Mahesa! Hihihi! Gedung kuliahnya 10 kali lebih besar dari sekolah kita, loh! Hebat banget! Mia jadi gak sabar pengen cepet-cepet besar!" lanjut Mia menceritakan keseruan aktivitasnya malam kemarin.

Sejauh ini, Risu selalu setuju dengan ucapan teman-temanya dan ikut saja alur percakapan terhadap cerita sahabatnya ini.

Tentang baiknya Kakanda Mahesa kepada Mia, tentang rasa kenyang karena oleh-oleh ini, bahkan Risu pun ikutan berharap memiliki kakak seperti Kakanda Mahesa. Namun, ada satu hal yang mengganjal, yang menurut Risu merupakan sebuah keganjilan terhadap cerita sahabatnya.

"Mia. Kamu boleh tanya-tanya ke Kakanda Mahesa? Kakanda Mahesa gak marah?"

"Kakanda Mahesa? Enggak, kok. Kakak selalu ketawa dan senyum. Gak pernah marahin Mia. Kenapa kalau bertanya harus dimarahin?" heran Mia pada pertanyaan Risu yang tidak masuk akal.

Tidak pernah marah ... kalau ditanya? Risu jadi betulan ingin punya kakak seperti Kakanda Mahesa, pikirnya dalam hati sambil murung mengingat kejadian malam kemarin, tapi Risu lanjut memakan kue mente saja.

"Kakak aku SMA. Kalau kuliah, berarti suruh kayak Kakanda Mahesa saja, ya? Hihi."

"Kalau aku sih seringnya berantem sama kakak."

"Kakak aku udah punya anak, loh!" sebut teman-teman kelas lainnya, kembali meramaikan percakapan.

Betul juga, ya.

Teman-teman semuanya ... punya kakak?

Gimana kalau Risu juga punya kakak, tapi papa mama gak pernah kasih tau Risu? terka gadis ini berandai-andai sekaligus berharap. Tidak ingin dirinya berbeda sendiri di kelas, tidak ingin tertinggal oleh keseruan cerita seru dari para kakak teman kelasnya.

Sebenarnya, Risu ingin sekali bertanya kepada orang tuanya.

Apakah dirinya memiliki kakak, seperti teman-teman satu kelasnya?

Apakah ada kakak sedang kuliah di luar kota seperti Kakanda Mahesa?

Karena Risu ingin sekali bertemu dan bermain dengan kakaknya!

Tapi ... mengingat apa yang terjadi kemarin ketika dirinya selalu saja kena bentak dan amukan amarah orang tuanya ketika hendak bertanya atau melakukan apapun, Risu langsung mengurungkan niatnya.

Gimana kalau ... bertanya pas makan malem? pikir Risu dalam hati.

Pas adik bayi tidur, pas papa pulang, pas mama pastinya gak lagi apa-apa?

Dan begitulah, ini dia prosesi makan malam, momen kebersamaan keluarga yang umumnya diisi oleh kehangatan dan penuh kasih sayang. Ketika para anggota keluarga berkumpul, bersama-sama disuguhi hidangan lezat yang menggugah selera, untuk mengisi perut yang sudah berteriak meminta pertolongan.

Terkadang canda tawa dilontarkan tanpa sengaja, karena sebuah cerita baru saja mengocok perut mereka. Momen yang indah tentunya, momen yang sulit dilupakan, momen yang diharapkan Risu dapat membantu dirinya.

HoloRoot - Hololive FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang