👽 Branch 4: Perang Bulan (Part 5)

92 18 5
                                    

Meskipun pencitraan kerap dianggap sebagai alibi, kenyataannya Tuan Putri Moona tetap gencar melakukan survey ke tengah masyarakat demi mengamati langsung hasil kerja kerasnya.

Apakah orang-orang bahagia? Apakah mereka sejahtera?

Apakah Moona bisa bertanggung jawab kepada kota, kepada Bulan, kepada dirinya sendiri, kepada Pekora juga?

Apakah dirinya bisa meneruskan legasi yang Pekora bangun?

Apakah dia bisa membuat sahabat kecilnya bangga?

Dan berbagai pertanyaan mengenai banyak hal selalu muncul tiap harinya, yang datang beriringan bersamaan dengan hari yang berganti, yang menemani Moona makan pagi bersama para pelayannya (atau terkadang bersama Iofi).

Sejatinya, Moona memang peduli dan berusaha yang terbaik untuk penduduk Bulan. Kepada yang mengeluh, yang protes, yang mencari muka, tidak pernah pandang bulu sama sekali. Tujuan Moona murni untuk menyelesaikan masalah dengan nyata, namun sayangnya tidak semua berambisi sebegitu hebatnya layaknya Tuan Putri Moona.

"Ada juga banyak keluhan tentang gedung supermarket. Dengan dukungan komunitas dan usaha-usaha kecil yang dapat membantu roda ekonomi, kenapa proyeknya belum rampung juga?" tanya Moona saat memimpin rapat. "Bukankah kalian sendiri yang meminta untuk tidak menyerahkan proyek pada swasta? Mana buktinya kalau kalian bisa lakukan lebih baik? Dewan perencanaan dan pengembangan, Nyonya Astrid? Tunggu. Siapa itu yang tidur? Pada saat rapat dewan?! Kurang ajar! Kalian tidak malu pada diri kalian sendiri mewakili para penduduk Bulan?! Itu Tuan Malika dari dewan diplomasi?!" berangnya dengan emosi yang berapi-api begitu melirik suasana rapat.

"Eh? Aduh, saya ketiduran? Mohon maaf Tuan Putri Moona. Semalam-"

"Kelalaian Anda dalam mengurus waktu bukan urusan saya! Anda dipersilakan untuk keluar, Tuan! Orang yang tidak berniat memimpin tidak pantas ada disini!" murka Tuan Putri Moona menghukum Tuan Malika langsung di depan wajahnya.

"Tapi, tapi saya betul-betul mengerjakan-"

"Tidak ada tapi! Tolong. Anda boleh selesaikan tidur anda di luar saja," titah Tuan Putri Moona tegas dengan sedikit ejekan, mengabaikan decakan lidah Tuan Malika. "Nyonya Astrid? Silakan lanjutkan laporan Anda."

"A-ada banyak alasan mengapa kita mengundur pembangunan, Tuan Putri. Analisis pasar yang tepat harus dilakukan terperinci agar komunitas benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Dan juga, membangun gedung besar tidak semudah yang Tuan Putri pikirkan. Desain gedung yang kokoh membutuhkan berbagai ilmu yang harus kita diskusikan. Apalagi kesepakatan dengan dewan setempat belum menemukan titik terang. Dan yang utama, ketidakhadiran dewan keuangan membuat beberapa aspek finansial menjadi kendala bersama," jawab wanita berambut keriting itu dengan lancar, meski rasanya ia hanya membuat-buat alasan saja.

"Apa hubungannya penangkapan dewan ekonomi dan keuangan menjadi kendala untuk Anda? Saya menangkapnya karena penggelapan dan pencucian uang yang dilakukan oleh beliau dan kelompok partainya. Dan bukankah Anda bahkan tidak berkoalisi dengannya?" heran Moona.

"Betul. Tapi-"

"Lagi-lagi kalian beralasan terus. Saya sudah serahkan tanggung jawab penuh pada Anda, karena Anda sendiri yang membuat proposalnya, kan? Selesaikan segera! Kalau ada lagi keluhan yang sama, saya copot Anda dari kepala dewan perencanaan! Dan perlu kalian tahu, tidak perlu ada lagi alasan-alasan mengenai penangkapan dewan ekonomi kemarin! Atau kalian ternyata bersekongkol dengannya?! Ingat, saya tidak segan untuk menggantung kalian semua!" ancam Moona mengakhiri rapat.

Beriringan dengan beberapa ajudan dan sekretarisnya, Tuan Putri Moona pun meninggalkan ruangan yang tegang ini, yang penuh konsentrasi, dengan udara kakunya, dengan ekspresi-ekspresi serius dan tangan yang terlipat rapinya.

HoloRoot - Hololive FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang