🐿️ Branch 3: Ayunda, Boleh Bicara? (Part 1)

253 14 4
                                    

"Hati-hati turunnya. Kamu bisa?" tanya gadis dengan cempreng di bawah menawarkan bantuan.

"Aku bisa, kok! Risu kan sudah besar! Hihihi," jawab gadis dengan rambut bob cokelat yang masih berada di atas terkekeh. Kemudian, dia melangkah pelan dari satu anak tangga menuju anak tangga lainnya. Meski masih berpegangan, tapi dia berhasil turun tanpa terpeleset sedikitpun! Sebuah kemajuan! "Terima kasih, pak!" serunya kemudian melambai pada angkot yang meninggalkan mereka.

"Yuk! Kita pulang, yuk!" ajak Mia–gadis pertama dengan rambut kucir kuda–sambil mengulurkan tangan kepada gadis di sebelahnya (yang sudah bisa turun angkot sendiri tadi).

"Yuk!" jawab Risu sumringah.

Praktis, mereka pun berpegangan tangan. Berjalan beriringan di bawah terik matahari untuk pulang dengan riang. Pulang pada siang hari? Wajar saja. Umur mereka mungkin sekitar 10 tahun. Masih duduk di sekolah dasar?

Berjalan sambil mengayunkan tangan, mereka juga melambaikan tangan pada pak satpam yang sedang makan siang, melewati nenek penjual toko yang menyirami tanaman hiasnya, hingga kepada kakak perempuan yang berjalan beriringan dengan anjingnya. Mia dan Risu menyebarkan kebahagiaan, memberikan senyuman kepada para penghuni komplek.

"Oh, iya!" seru Mia. "Kakak aku malam ini pulang, loh! Kakak aku baru pulang dari Surabaya! Katanya lagi liburan kuliah! Kakak pasti bawa oleh-oleh. Nanti kita main bareng, yuk!" ajaknya antusias kepada Risu.

"Kakak? Yang sering kamu ceritakan itu, ya? Kakak laki-laki yang dari Surabaya itu?"

"Iya! Kakak aku yang itu! Kakanda Mahesa!"

"Ih! Pasti seru, deh! Ayo nanti kita main bareng! Risu gak sabar! Nanti kita main yang seru-seru, ya!" jawab Risu penuh semangat.

"Iya! Kita main bareng! Kakak aku pasti suka! Aku juga mau minta beliin mainan sama mama. Kamu nanti bawa mainan juga, ya! Nanti kita main keluarga-keluarga, terus bikin acara juga! Kamu kan sahabat aku! Kamu harus ikut ya, Risu!" seru Mia berantusias menyusun rencana. "Aku pulang lewat sini! Sampai besok, Risu!" lanjutnya ketika mereka berpisah di pertigaan jalan.

"Sampai besok, Mia!" lambai Risu.

Pasti seru banget kalau ada Kakanda Mahesa, kakaknya Mia itu!

Risu jadi gak sabar ingin main, deh! Hihihi, tawa Risu dalam hati, berandai-andai bagaimana kira-kira rencana bermain dengan sahabatnya Mia akan terlaksana.

Namun, perasaan bahagia Risu tidak berlangsung terlalu lama.

Perasaannya harus pupus dan sirna, secara tiba-tiba. Bagaikan petir yang menyambar dunia, bagaikan kejutan hantu dalam film menyeramkan, yang langsung memacu dan memompa adrenalin Risu hingga puncak!

Bahkan, mungkin pacuan adrenalin ini berlebihan dan bakal meledak?

Semuanya seakan-akan terjun jatuh bebas dengan sangat cepat, seperti sebuah peluru yang melesat, bahkan sempat menghentikan detak jantungnya untuk beberapa saat.

Bagaimana tidak?

Perasaan bahagia Risu berubah drastis menjadi perasaan takut, khawatir, kebingungan, perasaan-perasaan yang begitu masam ketika dirinya mulai menyadari bahwa jarak terhadap rumahnya hanya terpaut beberapa langkah saja.

Udah mau sampai rumah, ya?

Kira-kira Risu bakal dimarahin lagi gak, ya?

Kira-kira Risu bisa cerita dan nanya-nanya ke papa mama gak, ya? tanya Risu dalam hati, meragukan beberapa hal sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu rumah.

Sepertinya ... Risu bisa bernapas cukup lega?

Meski bukan menyambut kedatangannya, mamanya tetap terdengar sedang tertawa bahagia, dengan suasana hati penuh sukacita, seperti sedang memberikan harapan kepada Risu bahwa hari ini pasti akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya, dari bulan-bulan yang telah lalu.

HoloRoot - Hololive FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang