Sebelum kesadarannya menghilang, perasaan terakhir yang ia rasakan adalah sebuah kekecewaan. Mungkin juga kesedihan.
Mungkin ada pula perasaan tak berdaya, atau keinginan untuk meminta bantuan.
Tapi, semua penyesalan itu sirna begitu saja, ketika ia sudah mulai bangun dari lelapnya dan perasaan lebih kuat mendominasi pikirannya. Sebuah perasaan bertanggung jawab, terhadap acara yang akan ia pimpin di balai kota Nova Luna. Sebuah acara besar, yang direncanakan matang-matang, yang dinantikan semua orang.
Tuan Putri Moona langsung berusaha menggerakkan badannya, memaksakan tubuhnya untuk segera menyiapkan diri, dengan satu tujuan absolut; yakni menyelesaikan kewajibannya.
Sayangnya, ada rasa sakit asing di pergelangan kakinya, yang menghambatnya untuk bangun dari tidur tidak nyenyaknya ini.
Borgol kaki? pikir Moona setelah melihat lebih jauh. Tunggu ... ini dimana?
Akhirnya, Tuan Putri Moona benar-benar sadar.
Pikirannya pelan-pelan jernih, untuk memproses apa-apa yang sedang terjadi kepadanya. Dengan pakaian yang masih sama (namun berantakan dan kotor tak karuan), rupanya dirinya tengah berada di sebuah ruangan kecil yang begitu menyesakkan? Begitu hampa, begitu kosong?
Sebuah ruangan yang luasnya tidak lebih dari enam meter, dengan dinding-dinding beton yang dilapisi lapisan metalik mengkilap dingin, satu jendela kecil di atas ruangan dengan kaca buram yang sangat tidak bermanfaat kecuali membuat ruangan pengap, serta cahaya dari lampu yang sangat minim membuat ruangan begitu remang.
Tanpa furnitur (kecuali kasur tipis di sudut ruangan), adapun pintu besi berat yang khas di hadapannya–dengan lubang kecil tertutup di bagian bawah tempat memberikan makanan–Moona akhirnya bisa menyadari keberadaanya.
Ini di penjara? Ruang sel isolasi?
Kenapa aku ... ada disini?
Melihat ruangan kecil ini, merasakan atmosfer tidak menyenangkan ini, yang menggiring para narapidana untuk mempertaruhkan kewarasan mereka, Moona akhirnya merasakan sendiri bibit yang ia tanam atas kebijakan-kebijakan tegas yang ia buat untuk para penjahat.
Dan sekarang ... akulah yang dihukum? Seperti para penjahat bedebah itu?
"Atas dasar apa?! Atas tuduhan apa?! Padahal selama ini aku selalu berusaha menjadi pemimpin yang bertanggung jawab? Selalu berusaha menyejahterakan orang-orang, selalu berusaha bijaksana dan adil bagaimanapun caranya?!" protes Moona tidak kepada siapa-siapa, hanya pelampiasan emosi yang memuncak saja.
Apa salahku dalam memimpin?! Pekora, tolong aku! Apakah seharusnya ... kita tidak berpisah? Kamu pasti bisa memimpin dengan bijaksana, kan? Kalau kita berdua, pasti bisa menciptakan Bulan yang lebih baik. Atau setidaknya, kamu sendiri pasti akan memimpin dengan luar biasa!
...
Tidak. Jangan terbawa emosi. Jangan mulai gelisah, jangan pula gegabah.
Aku harus tenang.
Aku adalah sang putri Bulan! Aku harus hadapi ini dengan bijak, harus dinginkan kepala juga, harus berpikir penuh perhitungan, penuh kehormatan! ucap Tuan Putri Moona dalam hati sambil berusaha memulihkan harga diri. Mari kita pikirkan baik-baik.
Moona sedang berada di dalam sel isolasi penjara. Dari struktur desainnya, ini merupakan penjara bawah tanah Nova Luna. Moona bersyukur, dirinya masih berada di Nova Luna. Sekarang, apakah ada yang bisa ia ajak bicara? Entah itu para tetangga narapidana, entah itu penjaga penjara?
... Sepertinya tidak ada.
Sel isolasi penjara memang tidak memberikan fasilitas sosial sama sekali. Ini adalah ruangan untuk membuat narapidana yang bermasalah bisa jera dan merenungkan sikapnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
HoloRoot - Hololive FanFiction
Fanfiction⚠️ Rate 18+ ⚠️ Mengandung konten dewasa UNOFFICIAL HOLOLIVE FAN FICTION Bagaimana jika para member hololive memiliki kehidupan alternatif, kehidupan diluar menjadi idola, kehidupan yang tidak pernah terjadi sama sekali? NIKMATI !!!! - Kehidupan alte...