09 { surat }

335 36 2
                                    

"Jika kau merindukanku, maka artinya kau mencintaiku"

[The Fate : 15-05-2023]

•••••

"Besok aku harus pergi ke Desa seberang, mari kita lihat obat apa saja yang tersisa." Jungkook menaruh pakaian yang telah ia cuci di atas tempat duduk di pekarangan rumahnya.

Kemudian berjalan ke dapur untuk melihat sisa obat yang akan di jualnya besok.
"Aku harus menumbuk lagi, baiklah besok setelah pulang dari Desa seberang akan ku cari tanaman herbalnya."

Ia menutup lemari kayu itu sembari menghela napas.
Jungkook lelah, maka dari itu setelah menjemur pakaian ia berniat untuk beristirahat.

Tubuhnya memerlukan tenaga besok, ia harus berjalan ke Desa orang dengan jarak cukup jauh.

"Ibu dan Ayah tak pulang hari ini, lagi-lagi aku harus berdiam diri sendirian di rumah ini." Tangannya tak berhenti menjemur dan mulutnya menggerutu.

Hingga akhirnya ia selesai.
Segera Jungkook berlari ke dalam rumahnya dan menuju kamarnya.
Tanpa ba-bi-bu lagi dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur

"Oh!" Jungkook bangkit.
Segera membuka nakas kecil tempat ia menaruh Koin milik Taehyung.

Ia mengambilnya, kemudian membaringkan tubuhnya lagi.
"Ukirannya sangat cantik." Sembari berbaring telentang ia angkat tangannya.
Memperhatikan Koin itu begitu intens.

Otaknya pun tak henti-hentinya berpikir–
"Sebenarnya, apa tujuan Putra Mahkota memberikan ini padaku?"
–apa maksud Taehyung?

Jungkook ambil buku tentang Koin yang ia baca beberapa waktu lalu.
"Barangkali ada bagian yang tak ku baca." Monolognya sembari membalik-balikan lembar buku itu.

Ia membacanya lagi.
Tepat pada halaman yang sama.
"Tidak ada apa-apa lagi di sini, apa maksudnya?" Ia kembali menatap Koin itu.

"Apa aku harus tanya pada Ibu, atau pada Ayah? atau mungkin dengan Wonwoo?"

"Ah tidak tidak, mereka hanya akan meledek." Ia menggelengkan kepalanya.
"Tapi jika tidak bertanya, sampai kapan aku akan kebingungan seperti ini?"

"Kenapa? Kenapa Putra Mahkota tak memberitahu ku saja? Berterus terang lebih baik bukan?"
Jungkook menghela napas kemudian memiringkan tubuhnya.

Masih menatap Koin itu dengan seksama.
Hingga sebuah senyuman muncul di wajahnya.
Mengingat betapa manisnya perlakuan Putra Mahkota pada dirinya dua hari belakangan ini.

"Kita bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, Putra Mahkota."

"Iyakan?"

"Apa maksud sikapmu yang seperti itu?"
"Wonwoo bilang, kau menyukaiku."

Perlahan, nafasnya mulai teratur.
Manik cantiknya tertutup.
Dan wajah indahnya tak menunjukan adanya tanda-tanda bahwa ia tengah tersadar.

Jungkook tertidur,
menggenggam Koin itu erat.

•••••

"Dimana teh ku, kenapa lama sekali!"
Teriaknya membuat Yoongi yang sedang berdiri di depan pintu Singgasana terlonjak kaget bersama Dayang lainnya.

Yoongi membuka pintu itu.
"Maaf Nek, tolong tunggu sebentar lagi. Hari ini pelayan sangat sibuk karena di belakang sedang ada pembuatan Kolam Ikan milik Putra Mahkota."

Wanita berumur yang di panggil dengan sebutan Nenek itu mengangguk.
Jika saja bukan Yoongi, maka sudah dipastikan ia akan melempar seluruh benda di depannya saat ini.

Saat Yoongi berbalik, ia melihat Bibi Jeon yang tengah membawa nampan teh.
"Mau aku bawakan, Bi?" Yoongi mendekat.
"Tidak usah, kau bukakan saja pintunya. Aku sedikit kesulitan meraih gagangnya." Tolak Bibi Jeon.

THE FAFE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang