My Boyfriend is Presiden Mahasiswa

Bagian satu

Happy reading gaess..

📍 Jakarta, 14.00 WIB

Pemuda bernama Haechandra Haevie itu baru saja sampai di kota yang terkenal macetnya yaitu, Jakarta.

Sesampainya disana, Haevie langsung menuju kost-an yang sebelumnya sudah dia cari lewat internet.

Haevie langsung menemui pemilik kost yang akan ia tempati itu.

"Ibu, maaf mau tanya, masih ada kost yang belum terisi tidak?" Tutur sopan Haevie.

"Oh, masih nak. Kamu mau mengisinya?" Tanya ibu kost itu, sebut saja namanya ibu Lia.

"Hehe, iya bu"

Setelah proses pembayaran kost itu, Haevie langsung menarik kopernya masuk ke dalam kost barunya itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh kost.

Kost itu tidak besar namun juga tidak sempit. Didalamnya pun sudah terisi satu kasur yang cukup untuk ditempati satu orang, lemari pakaian, kamar mandi, dan dapur mini.

Harvie menatap puas ke arah dapurnya. Walaupun berukuran mini, dapur itu cukup pas untuk Haevie yang suka sekali dengan masak memasak.

Yah, Haevie memang lihai dalam urusan memasak. Hal itu dipengaruhi dengan ia yang tinggal sendiri sejak kecil. Memasak sendiri juga akan meminimalisir keuangan yang dia keluarkan.

Setelah menata seluruh pakaiannya, dia membaringkan tubuhnya di kasur. Hari ini cukup melelahkan untuknya.

Haevie POV on

"Huft...ini gue harus nyari kerjaan dimana yah? Pusing banget anjir" gue menghela nafas lelah.

'andai keluarga gue ada, gue pasti ga perlu mikirin tentang gimana gue besok, bisa makan ga nya, ga perlu mikirin gimana caranya cari duit' batin gue.

Saking lamanya gue ngelamun, gue sampai ga nyadar kalo hari udah mulai sore dan gue belum masak apapun.

"Hah, beli jadi aja deh, gue lagi males masak"

Gue pun keluar kost untuk mencari makanan. Sebelumnya gue udah mandi. Ga mungkinkan gue cari makan dengan wajah lusuh buluk gue yang ada nanti gue dikira mau minta lagi wkwk.

Ga lama sih gue jalan buat nyari makan karena sekarang gue lagi di surganya dunia makanan mwehehe.

Yep, gue lagi di streetfood. Gila banyak banget makanan di sini. Mata gue sampai berbinar cuma karena melihat makanan yang banyak gini.

Dari banyaknya penjual makanan, mata gue langsung tertarik ke sebuah gerobak yang menjual berbagai jenis bahan, ada mie, bakso, sosis, ceker, sayap ayam, sayuran, bahkan ada aneka seafood juga.

Yang bisa nebak makanan ini gue acungi jempol dua hehe. Lagian siapa sih yang ga suka sama makanan satu ini. Makanan berkuah pedas dengan bumbu yang cukup menyengat di hidung.

Yang nebak seblak cung dong...

Haha, bener ini seblak makanan sejuta umat. Gue emang suka banget sama seblak. Jadi, langsung aja gue pesen keabang penjualnya.

Gue pesen seblak yang isinya ada mie, bakso, sosis, ceker sama sayur. Hehe irit dikit gue mah soalnya belum dapet kerjaan. Ini kalau gue udah dapet kerjaan biasanya gue pesen seblak yang lengkap.

Ga lama gue nunggu eh abangnya udah kasih pesenan gue aja. Langsung aja tuh gue makan. Gue sruput dulu kuahnya. Karena seblak kalo kuahnya ga enak mau makan isiannya juga pasti ga puas.

Slurrpp ahh...

Eh bukan desah woi itu wkwk.

Mata gue langsung melotot. Bukan karena seblaknya ga enak tapi karena seblaknya ini super duper enak. Muantep pastinya mah.

Kalo kata Ncess Nabati di Bikin Laper itu pasti kek gini 'ADUH GUSTIII, ENDUL SURENDUL TAKENDUL ENDUL NGUENAHH'.

Tapi gue ya ga mungkin teriak begitu. Malu lah woi rame ini nanti gue malah dikira orang gila lagi.

Haevie POV off

Bukan cuma seblak yang Haevie beli tapi dia juga membeli jajanan goceng lain. Contohnya, tahu bulat, cilor, cilung, cimol, dan juga siomay.

Haevie menepuk pelan perutnya yang sedikit membesar karena kekenyangan itu. Kemudian, dia berjalan untuk pulang ke kostnya.

Dia kekenyangan dan juga cukup lelah karena berjalan keliling untuk jajan selama dua jam.

Saat melewati jalan yang lumayan sepi, Haevie mendengar suara orang yang berteriak dan suara pukulan. Dengan perlahan dia mendekati asal suara itu.

Matanya mendapati seorang pemuda yang sedang dikeroyok oleh belasan pemuda lain. Haevie ingin membantu tapi dia sadar diri kalau dia tidak mungkin kuat untuk mengalahkan belasan pengeroyok itu.

Bukannya membantu, dia nanti malah jadi beban untuk pemuda itu. Haevie menggigit jarinya bingung. Tiba tiba satu ide terlintas di pikirannya.

Harvie mengambil handphonenya dan memutar suara sirine polisi. Mendengar suara sirine polisi, belasan pemuda itu langsung pergi menggunakan motor mereka.

Setelah merasa aman, Haevie mendekati pemuda yang terbaring lemas itu.

Jarinya menoel noel pelan lengan pemuda itu dengan tatapan mata yang terlihat polos. Dia memastikan apakan pemuda itu masih hidup atau tidak.

Merasakan ada orang yang menoel lengannya, pemuda itu membuka matanya menatap Haevie sebentar lalu memaksa tubuhnya bangun.

"Argh...anjing sakit banget." Geram pemuda itu.

"Eh, Lo baik baik aja kan? Butuh rumah sakit ga? Atau gue anter pulang deh? Gimana? Mau ga?" Tanya Haevie bertubi tubi.

Haevie tidak tau dirinya kenapa. Dia merasa sangat khawatir kepada pemuda yang belum ia ketahui namanya itu.

Sedangkan pemuda yang ditanya itu malah menatap Haevie. Pemuda itu menatapnya dengan pandangan sendu dan errrr....rindu?.

Entahlah, Haevie tidak tau kenapa pemuda itu menatapnya rindu. Mata pemuda itu juga berkaca kaca seakan siap untuk menjatuhkan bulir bulir bening.

"Hei, gimana? Ke rumah sakit aja ya" tepuk Haevie pada pundak pemuda itu pelan, menyadarkan dari lamunannya. Ya ga mungkin lah dia nepuknya kuat. Orang pemuda di depannya ini baru aja dikeroyok orang.

"Ngga perlu, gue telfon bodyguard gua aja. Thanks sebelumnya" pemuda itu berkata dengan senyum tipisnya yang bahkan Haevie tak menyadari saking tipisnya senyum itu.

"Oh, iya, gaperlu. Sesama manusia emang harus saling bantu kan" harvie tersenyum manis.

Degg.....

'senyumnya mirip banget' batin pemuda itu.

"Btw, nama gue........

Gantung ga sih menurut kalian??
Lanjut besok aja lah udah buntu soalnya.
Ini aja tadi ide tiba tiba ilang ditengah jalan wkwk.

Jangan lupa mam gaess, gue baik nih ngingetin.
Yang jomblo nih gue ingetin karena gue tau gaada yang ngingetin kann wkwk.