Bagian enam

4.9K 289 2
                                    

Sorry for typo yaa :)
Soalnya kadang ceritanya gak gue baca ulang hehe:')
Selamat reading yeee wkwkw

.
.
.

Suasana sebuah kamar yang berada disalah satu apartemen mahal itu awalnya tenang sebelum suara alarm jam yang cukup memekakkan teling itu terdengar. Oh, rupanya alarm itu membangunkan salah satu dari dua adam yang tertidur di kasur.

Pemuda Adam yang bangun itu mulai mengerjapkan matanya dan memandang seonggok pemuda manis yang memeluk perutnya dengan menyembunyikan kepalanya didadanya.

Pemuda dengan paras yang diatas rata rata itu menyempatkan dirinya untuk memandang pemuda manis dipelukannya. Kurang lebih sepuluh menit dirinya memandang pemuda manis itu, sampai akhirnya dia mengalihkan pandangannya kearah jam yang menunjukkan pukul 05.25 WIB. Sepertinya hari ini akan terlambat, batinnya.

Pemuda itu Marvie, menatap Haevie kemudian mencoba melepaskan lilitan tangan Haevie yang melingkar pada perutnya. Setelah keluar dari lilitan tangan Haevie, dia langsung saja mandi untuk bersiap karena ospek masih berlangsung.

Lima belas menit kemudian Marvie keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang hanya menutupi area pinggang hingga lututnya saja.

'belum bangun ternyata' batin Marvie sembari menatap Haevie yang masih tertidur dengan pulasnya.

Yang tanpa Marvie sendiri ketahui jika malam kemarin itu merupakan malam paling indah menurut Haevie. Bukan bermaksud aneh, hanya saja Haevie jarang tertidur dengan begitu pulas, biasanya Haevie akan terbangun disepertiga malam karena mimpi buruk. Mimpi itu sering muncul ketika Haevie tidur dan membuatnya terjaga sampai pagi. Tak ayal juga mimpi itu membuatnya ketakutan.

Tak hanya Haevie, Marvie sendiri juga bingung, tak biasanya dirinya bangun setelat ini. Marvie selalu bangun jam 04.00 namun hari ini dirinya bangun lebih telat dari biasanya. Tak tau kenapa, tapi Marvie hanya merasa kenyamanan yang ditunggunya sedari dulu sudah dia dapatkan makanya dia telat bangun.

Marvie berjalan dan duduk di pinggir kasur samping Haevie. Tangannya terulur untuk membelai pipi berisi milik Haevie. Mengelusnya serta menepuk pipi berisi itu dengan pelan takut menyakiti pemiliknya.

"Hei, Haevie bangun." suara lembut Marvie terdengar.

Haevie yang memang mudah terbangun itu langsung saja mengerjapkan matanya mencoba mengumpulkan nyawanya. Melihat sekitar dan berhenti pada Marvie yang menatapnya lembut. Terbengong sebentar ketika matanya melihat otot milik Marvie dan turun menuju perut sixpack Marvie yang terbentuk dengan sempurnanya. Marvie yang melihat kelakuan Haevie tentu saja tertawa, Haevie-nya sangat lucu. Mendengar suara tawa, Haevie seakan tersadar dari lamunannya dan langsung bangun.

"Eh, maaf kak." ucap Haevie menunduk, takut.

Marvie yang melihat itu malah terkekeh pelan. Pemuda didepannya ini sungguh manis. Tangannya bergerak mengelus kepala Haevie.

"Tak apa. Sekarang mandi dulu, oke. Bajumu akan ku letakkan di kasur nanti." Ujar Marvie.

Mendengar perkataan Marvie, sontak saja matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 05.40 yang berarti mereka akan telat. Maka, langsung saja Haevie berlari menuju kamar mandi membuat Marvie khawatir jika nanti Haevie terpeleset.

Menghela napasnya pelan kemudian menyiapkan baju untuknya dan untuk Haevie. Mengenakan bajunya sembari menatap pantulan dirinya lewat cermin panjang yang terpajang disamping lemari. Menatap pantulan dirinya sebentar sebelum menyiapkan peralatan yang akan digunakan ospek nanti.

Sepuluh menit berlalu kamar itu hening sebelum akhirnya suara pintu yang terbuka membuat Marvie menolehkan kepala. Tertegun sejenak. Matanya tak lepas menatap kulit tan Haevie yang terekspos.

My Boyfriend is Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang