Selamat reading gaess...
Don't bosen bosen yee.
.
.Disinilah Haevie sekarang. Ditempat yang baru dia tinggalkan tadi pagi. Dan kejadian yang cukup mengerikan tadi membuatnya kembali ketempat ini, apartemen Marvie.
Haevie meringkuk ketakutan diatas kasur dengan kaki yang terlipat serta tangan yang dia silangkan diatasnya. Kepalanya pun dia tenggelamkan dalam lipatan itu. Tubuhnya masih bergetar bahkan suara isakan masih terdengar di dalam kamar yang hening itu.
Haevie masih tak menyangka jika dirinya kembali menghadapi situasi yang sama dua kali. Bayang bayang buruk yang dia simpan selama ini keluar dengan sendirinya. Berulang ulang didalam kepalanya seolah film. Isakan semakin terdengar ketika mengingat kejadian yang baru dia alami.
Sedangkan pemuda tampan yang berdiri tak jauh dari ranjang itu hanya menatapnya sendu. Tak berani mendekat. Pemuda itu tak ingin Haevie lebih ketakutan dan memberinya waktu untuk menenangkan diri.
Sepuluh menit berlalu, pemuda tampan itu melangkahkan kakinya mendekat ke kasur. Mengangkat tangan kanannya kearah kepala Haevie yang langsung ditepis oleh pemiliknya.
Haevie mengangkat kepalanya dan langsung berteriak ketakutan serta berusaha menjauh dari pemuda tampan itu.
"Akkhh-jangan kumohon, jangan sentuh-hiks....jangan sentuh hiks...takut hiks takutt" Isak tangis Haevie yang memundurkan tubuhnya.
Pemuda tampan itu terkesiap.
"Hei, ini Marvie sayang. Ini Marvie. Bukan orang lain" ujar lembut marvie seraya menarik Haevie kepelukannya. Ya, pemuda itu Marvie.
"Lepas hiks..tolong lepas..hiks sakit" Haevie memberontak didalam pelukan Marvie.
"Shuutt, tenang oke, tenang. Disini cuma ada Marvie sayang. Marvie gak bakal biarin kejadian itu keulang lagi, oke. Udah dong berhenti nangisnya nanti dadanya sesak, loh" Marvie mengelus pelan kepala Haevie dan sesekali mengecupnya.
Haevie mendongakkan kepalanya. Benar, itu Marvie. Langsung saja tangannya dia lingkarkan erat dipinggang Marvie yang sedang berdiri seraya mengadu.
"Hiks... Arvie hiks...sentuh orang itu sentuh Aevie hiks...takut Aevie takut hiks...dia..dia tadi cium cium leher Aevie hiks... Aevie takut Arvie" adunya pada Marvie. Haevie bahkan tak sadar menggunakan panggilan imutnya.
Marvie terpaku sejenak ketika mendengar plesetan namanya yang haevie berikan. Cute, pikirnya.
"Aevie takut...orang itu sentuh sentuh badan Aevie hiks...terus dia cium hiks cium" adunya lagi.
"Hei, sayang. Tenang ya...orangnya udah gak ada. Arvie udah bunuh dia jadi dia gak bakal datengin Aevie lagi. Tenang, oke" ucap Marvie.
"Hiks tapi...tapi dia cium cium badan Aevie hiks... Aevie kotor hiks kotor...lepas hiks lepas Aevie kotor hiks... Arvie hiks Aevie kotor" Haevie mendongakkan kepalanya keatas menatap mata Marvie dengan linangan air mata yang mengalir deras.
Melihat itu tentu saja amarah yang tadinya sudah redup kembali bangkit. Ingin rasanya dia melayangkan tembakan berkali kali pada tubuh orang yang sudah menyentuh miliknya ini. Dia tak tega melihat Haevie yang terus berkata bahwa tubuhnya kotor.
No! Big no! Haevie-nya masih bersih. Tidak kotor sama sekali. Haevie nya tidak kotor.
"Sayang, lihat Arvie. Aevie gak kotor kok Aevie masih bersih, oke. Aevie bersih" Marvie menangkup kedua pipi Haevie dan mengusap air matanya.
"Tap-tapi tad—" bantah Haevie yang terpotong.
"Yaudah, sini. Kata Aevie, Aevie kotorkan?" Tanya Marvie yang diangguki Haevie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Presiden Mahasiswa
FanfictionNgga pinter buat deskripsi hehe Jadi langsung baca aja ye pren BXB + MPREG AREA YANG HOMOPHOBIC HARAP MENJAUH Jangan salah lapak ye happy reading pren