Tak terasa sudah enam bulan Haevie menjadi mahasiswa baru di Neo University. Sudah enam bulan juga Haevie dan Marvie semakin dekat. Marvie sering memberikan afeksinya pada Haevie bahkan jika mereka berada di area kampus yang dengan jelas bisa dilihat oleh mahasiswa lain.Mahasiswa Neo University seakan tahu jika presiden mereka sedang menjalin hubungan dengan pemuda manis berkulit Tan itu padahal sebenarnya dua orang itu belum memiliki ikatan resmi. Marvie seakan menggantungkan hati Haevie yang sudah lama jatuh padanya.
Haevie sendiri hanya diam, pasrah. Bukannya gimana, dia tahu jika Marvie masih memiliki perasaan pada sahabat kecilnya yang lama hilang itu. Dan secara kebetulan pula, wajahnya mirip dengan teman masa kecil Marvie. Mungkin itu yang membuat Marvie nyaman dengannya. Haevie paham. Dirinya juga tak ingin menuntut lebih. Baginya, memiliki teman yang mau dekat dengannya saja sudah membuat dirinya senang dan bahagia.
Namun, kedekatannya dengan Marvie juga membuat dirinya sedih karena tak jarang mahasiswa atau kakak tingkat yang mengidolakan Marvie membullynya bahkan sampai mengancam.
Haevie bisa saja membela diri atau bahkan membalas perbuatan mereka namun dirinya tak tega karena kebanyakan yang membullynya adalah seorang perempuan. Jika di kaitkan antara kekuatan Haevie menang, namun kembali diawal, Haevie tak tega.
Seperti sekarang contohnya....
"Heh! Kan udah gue bilangin kemarin, jangan deket deket sama Marvie! Lo paham gak sih!!" Teriak salah satu perempuan dari tiga perempuan yang berdiri dihadapan Haevie.
Haevie hanya diam tak menjawab perkataan kakak tingkatnya itu.
Merasa diabaikan, perempuan itu mengambil satu ember yang penuh dengan air bekas. Disiramkan air itu ke kepala Haevie membuat badanya basah kuyup.
Haevie tentu saja terkejut. Apalagi air itu meiliki bau yang tak sedap. Matanya berkaca kaca siap untuk menangis. Selama mendapat bullyan, Haevie tak pernah diperlakukan seburuk ini. Mereka mungkin hanya mengatakan kata kata yang sangat pedas padanya. Namun kali ini berbeda.
Plaakkk....
Kepala Haevie tertoleh ke kanan. Terlihat cap lima jari di pipinya. Perempuan itu menamparnya. Haevie tak tahan, isakan perlahan muncul.
"Malah nangis, cengeng amat Lo jadi cowok, hah!!" Bentak perempuan itu.
Hikss..
Hikss..
"Makanya, kalo gue bilang jangan deketin Marvie tu Lo dengerin! Murahan banget jadi cowo!! Awas aja lo' kalo gue masih liat Lo deketin Marvie, abis Lo sama gue!!"
Ujar perempuan itu dengan mendorong dahi Haevie menggunakan jari telunjuknya dengan keras hingga kepala Haevie terdorong ke belakang.
Merasa puas, perempuan itu keluar dari gudang bersama dua temannya meninggalkan Haevie yang merosotkan tubuhnya ke bawah.
Matanya menatap lurus pada pintu yang ditutup dengan pandangan sendu. Kenapa mereka sangat kejam padanya.
Tak lama Haevie mengusap air matanya, mengambil tasnya dan berjalan keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Memang sejak pertama kali dirinya dibully Haevie selalu membawa baju ganti di tasnya untuk jaga jaga jika ada kejadian seperti ini contohnya.
Tiga puluh menit kemudian, Haevie keluar dengan tubuh yang sudah bersih. Kampus sudah terlihat sepi. Namun masih ada beberapa orang yang duduk di bangku dan mengerjakan tugas atau main game dengan menggunakan WiFi kampus.
Lagian kampus ada WiFi itu harus digunakan secara bijak toh. Seenggaknya gak boros boros amat lah kuotanya, wkwkw. Contohnya author sendiri. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend is Presiden Mahasiswa
FanfictionNgga pinter buat deskripsi hehe Jadi langsung baca aja ye pren BXB + MPREG AREA YANG HOMOPHOBIC HARAP MENJAUH Jangan salah lapak ye happy reading pren