Ada mengedarkan pandangannya pada ruang kerja milik Daniel Agung ini. Awalnya, Ada mengira ruang kerja pria itu akan sebesar rumah makan pada ibunya, tetapi nyatanya ruang kerja itu berukuran standar. Namun, terdapat jendela di belakang meja kerja yang menghadap langsung ke arah beach club dan laut. Tak hanya itu, terdapat banyak lukisan dari seniman Bali yang terpajang di dinding.
"What is it?" tanya Daniel sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Meskipun ini beach club, anehnya pria itu tetap tidak mengganti gaya berpakaiannya. Bajunya tetaplah kemeja putih dengan lengan digulung, celana kain, jam tangan besi dan sepatu pantofel hitam.
"Mengenai yang di lift waktu itu..."
"I told you, I already have everything I want, Atmadja," gumam Daniel sambil mengusap tengkuknya dengan wajah lelahnya. "Dan kamu... sebaiknya kamu pulang setelah ini. Tugas Bastian sebentar lagi selesai. Jangan kembali lag-"
"Saya tahu, Pak," potong Ada dengan tatapannya yang lurus dan bersungguh-sungguh ke arah Daniel. "Tapi ada cara lain, kan?"
Daniel menatap datar ke arah Ada seolah menyelidiki perempuan itu. Ada bisa merasakan tatapan Daniel perlahan turun dari wajahnya ke tubuhnya, lalu berhenti di lehernya untuk sesaat, sebelum kembali menatap matanya. Jika Daniel bukan atasannya, Ada ingin sekali menampar pria itu karena sudah menatapnya terang-terangan seperti itu.
"Tell me," ucap Daniel dengan nadanya yang seperti memerintah.
"Saya tahu jika beach club Anda menjual drugs," balas Ada tanpa keraguan sedikit pun.
Daniel terdiam sesaat, lalu mendengus. Ia mengusap dagunya dengan senyuman miring muncul di wajah pria itu. "Jadi... kamu akan menggunakan informasi itu untuk memeras saya?" gumam Daniel sambil memiringkan kepalanya menatap Ada. "Dan ini yang kamu bilang ingin mendapatkan perusahaan itu karena kamu tulus ingin menyelamatkannya dari kebangkrutan?"
"Kadang, Pak... sugar coating di awal memang perlu, tetapi ketika negosiasi hal seperti itu perlu dipinggirkan," gumam Ada dengan senyuman manisnya sambil bersandar di meja kerja Daniel seolah berhasil memenangkan pertarungan itu.
"Negosiasi, huh?" balas Daniel sambil mendekati Ada dengan langkahnya yang teratur dan tenang. Pria itu memang terlihat santai, tetapi Ada bisa merasakan jika Daniel seperti predator yang menilai mangsanya. "Kamu menganggap informasi murahan itu cukup untuk memeras saya? Dan lagi... memeras untuk apa?"
"Saya ingin Anda mendukung saya dalam setiap pengambilan keputusan rapat dewan. Anda juga harus merekomendasikan saya ketika voting tiba," balas Ada dengan tatapannya yang sekeras baja. "Ini bukan informasi murah, Pak. Anda tahu pasti jika pemerintah Indonesia sangat keras pada narkoba."
Ada mengira Daniel akan berhenti dalam jarak yang aman, tetapi pria itu terus mendekatinya, bahkan memasuki daerah personalnya. Tubuh pria itu begitu dekat dengannya dan dadanya hampir menyentuh Daniel. Pria itu membungkuk dan Ada mendongak, hingga wajah keduanya cukup dekat sampai Ada bisa merasakan napas pria itu terasa di pipinya. "Kamu tidak takut akan apa yang mungkin bisa saya lakukan pada kamu?" bisik Daniel di telinga Ada sambil menyentuh lembut leher perempuan itu.
Ada bisa merasakan napas pria itu di tengkuknya dan usapan ibu jari Daniel di lehernya... tepat di bekas gigitan Bastian pagi tadi. Ada mencengkeram tangan Daniel, berusaha mencegah pria itu menyentuhnya. "Kamu benar... informasi sekecil itu bisa menghancurkan perusahaan saya. Tapi, kamu terlalu naif jika berpikir saya tidak bisa mengatasinya."
"Anda berusaha menekan saya, Pak?"
"Kamu bisa dengan mudah saya singkirkan. Saya bisa membunuh kamu di sini dan saat ini juga, lalu membiarkan bawahan saya yang melarung mayat kamu ke laut. Tinggal membuat skenario murahan pada polisi jika kamu sendiri yang bersikeras ingin berenang di laut," bisik Daniel di bawah telinga Ada dan Ada bisa merasakan pria itu mencium lehernya, lagi-lagi tepat di bekas gigitan Bastian. "Jika mereka tidak percaya, tinggal tambahkan uangnya. Dan voila, kasus ditutup."
Ada mematung. Ia seharusnya melawan, sebab pria itu menyentuhnya dengan tidak sopan. Namun, ancaman pria itu membuat seluruh tubuhnya kaku. Hanya orang gila yang tidak mempercayai kebenaran ancaman seorang Daniel Daniswara. Pria itu bersungguh-sungguh akan membunuhnya?
Lalu, tak beberapa lama kemudian, Daniel tertawa. Bukan tawa geli yang menyenangkan, melainkan tawa yang terdengar tidak tulus. "Saya hanya setengah bercanda," ucapnya dengan nada geli. Orang gila mana yang akan percaya pria itu sedang bercanda?
"Saya hanya menerima tawaran, Atmadja, tidak dengan ancaman," ucap Daniel menekankan kata demi kata pada Ada, seolah Ada adalah gadis bodoh, setelah mengatakan ia hanya bercanda sebelumnya.
Ada harus tenang. Jangan terpengaruh. Toh kalau ia dibunuh, ia akan menghantui Daniel Daniswara sampai pria itu mati. "Jadi... Anda tidak akan membantu saya sama sekali?" tanya Ada dengan nadanya yang polos.
Daniel mendengus ketika mendengar ucapan Ada. "Selalu punya nyali," bisik Daniel sambil mengusap dagu Ada dengan lembut.
"Jadi?" ucap Ada, sambil menahan tangan Daniel dan menjauhkannya dari tubuhnya.
"Tidak," ucap Daniel sambil menegakkan tubuhnya kembali dan berjalan memutar mejanya, sebelum kembali duduk di kursinya.
"Saya benar-benar harus mendapatkan perusahaan itu," gumam Ada sambil mengepalkan tangannya.
"Kamu bersikap seolah Arya Atmadja tidak mengatakan hal yang sama pada saya," jawab Daniel acuh tak acuh. Ada mengetatkan gerahamnya penuh amarah. Nafasnya memburu, tetapi ia juga tidak bisa memaksa Daniel.
"Thank you for having me then," jawab Ada setengah menyindir pada Daniel.
"Atmadja." Panggilan itu membuat Ada kembali menoleh pada Daniel. Pria itu tersenyum pada Ada dan Ada bisa merasakan bulu romanya berdiri.
"Saya berubah pikiran," ucap Daniel. "Saya terbuka untuk tawaran."
TBC...
Selamat menikmati✨️
KAMU SEDANG MEMBACA
OFF TO THE RACES
RomanceDark contemporary romance (21+) Ada Atmadja lahir dari hubungan gelap antara petinggi perusahaan dan sekretarisnya. Sepuluh tahun setelah Papa meninggal, Ada nekat mengajukan dirinya sebagai direktur utama di perusahaan yang hampir bangkrut itu. Den...