44. PENGACARA

10.8K 815 62
                                    

Mengandung adegan dewasa (21+)

***

Malam sudah semakin larut dan Daniel masih bekerja di ruang kerjanya, menyelesaikan semua urusan, sebelum menikmati cuti bulan madunya. Di sisi lain, sejak tadi ia melihat bayangan yang mondar-mandir di depan ruang kerjanya. Hampir satu jam bayangan itu terus bergerak di depan ruang kerjanya, membuat Daniel yakin sekali, Ada sebenarnya ingin membicarakan perihal Toni dan Kusno, tetapi perempuan itu takut. Menginjak jam 11 malam, pekerjaan Daniel sudah selesai, tetapi ia masih duduk di kursinya sambil memperhatikan bayangan itu yang tampaknya tengah duduk di depan pintu ruang kerjanya. Senyuman miring muncul di wajahnya. Daniel merapikan kacamata bacanya dan memiliki firasat, tak lama lagi, Ada akan menyerah dan akhirnya mendatanginya.

Benar dugaannya. Pintu ruang kerjanya diketuk pelan, sebelum Ada masuk dengan jubah satin berwarna putih dan rambutnya yang digulung asal-asalan. Daniel menunggu di kursinya sambil memindai tubuh mungil istrinya yang berjalan pelan ke arahnya. Bahkan sepatu tidur berbulu itu lebih besar dari kaki Ada yang biasanya.

"Kemari," ucap Daniel sambil mengulurkan tangannya pada Ada dan memutar kursi kerjanya ke arah perempuan itu. Ada menghampiri Daniel dan menyambut uluran tangan suaminya. Daniel merapatkan jemari mereka dan kembali memindai Ada dari balik kacamata bacanya.

Ada sendiri sudah memantapkan hati untuk menggoda Daniel malam ini, tetapi ketika melihat pria itu, jantungnya berdegup tidak terkendali. Daniel tampak menawan dalam piyama katun hitamnya dan kacamata baca yang bertengger di hidung tingginya. Pria itu tampak serius dan menguarkan aura dewasa yang kuat. Namun, Ada menguatkan dirinya sekali lagi, sebelum melepaskan ikatan jubahnya dan menurunkannya, menampilkan lingerie putih dengan garter belt yang provokatif.

"Aku... aku pakai ini untuk kamu," gumam Ada dengan pipinya yang merah padam hingga ke telinganya.

Daniel mengusap dagunya dan memindai tubuh Ada terang-terangan. "Hmm..." gumam Daniel seolah tengah menilai daging yang berkualitas di supermarket. "Berputar."

Ada menuruti pria itu dengan menunjukkan set provokatif itu 360 derajat. Ia berputar di tempatnya, memberikan tampilan keseluruhan dari lingerie yang dibelikan oleh Daniel sendiri sebagai hadiah untuk malam pertamanya. Satu minggu berlalu sejak mereka menikah, mereka bahkan belum malam pertama sedikit pun. Dan lingerie ini terbengkalai begitu saja.

"Cantik," puji Daniel sambil menganggukkan kepalanya, tetapi nadanya begitu datar.

"Aku mau..." Belum sempat Ada menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Daniel sudah berdiri menjulang di hadapannya, membuat kata-katanya tersendat.

"Mau apa?" balas Daniel sambil mendekati istrinya itu hingga Ada terdesak di meja kerja pria itu.

"Toni sama Pak Kusno," ucap Ada sambil menahan dada Daniel agar menjauh darinya. "Kamu... kamu nggak boleh sentuh aku, sampai kamu nurutin permintaan aku yang ini," tegas Ada dengan nada yang dikeraskan, meskipun masih gemetar.

"Kalau saya setuju, saya boleh melakukan apa saja pada kamu?" tanya Daniel, berhenti di posisinya yang cukup jauh dari Ada, menghargai jarak perempuan itu.

Ada mengangguk cepat, mengiyakan tawaran Daniel.

"Deal," ucap Daniel tiba-tiba saja meraih tangan Ada mengikutinya. "Now, come."

Ada ditarik oleh Daniel keluar dari ruang kerja pria itu, naik ke atas tangga hingga sampai di kamar mereka. Untung saja, Mbok Lastri hanya bertugas sampai jam tujuh malam, sebab Ada ditarik Daniel dalam keadaan yang tidak senonoh seperti ini. Daniel melepaskan genggamannya di tangan Ada kemudian mulai menarik piyamanya hingga kini suaminya itu bertelanjang dada. Setelahnya, Daniel kembali duduk di pinggir ranjang yang menghadap cermin.

OFF TO THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang