"Kamu mendapatkan dunia, Ada. Apa lagi yang perlu kamu sesali?" bisik Daniel di telinganya ketika pria itu menekan tubuhnya pada Ada hingga membuat seluruh bulu roma Ada berdiri. Ada tidak sudi melabuhkan tangannya sedikit pun di tubuh tegap Daniel. Ia memalingkan wajahnya dan meremas sprei di kala pria itu terus membuatnya kehilangan kewarasan. Ada membenci ini. Ia membenci ini... benarkah? Tidak... tidak... Ada tidak boleh menikmati ini, tidak di saat ia sedang dalam suasana hati yang buruk. Daniel selalu melakukan seks dengannya ketika mereka bertengkar. Semakin besar pertengkaran mereka, semakin panas seks keduanya. Alasan pria itu adalah seks membuat Ada lebih luluh dan lebih mau terbuka padanya. Dan hal itu membuat Ada semakin merasa dikontrol.
"Peluk saya, Ada," bujuk Daniel sambil menaikkan tangan Ada ke lehernya. Namun, dengan keras kepala Ada kembali menurunkan tangannya. "Ada, jangan menguji kesabaran saya."
Ada sangat membenci sisi Daniel yang ini. Control freak yang brengsek. "Kamu masih belum belajar?" bisik Daniel sambil menarik dagu Ada ke arahnya. "Saya selalu menang. Apa pun yang saya inginkan, akan saya dapatkan."
Dan setelahnya, Ada bisa merasakan pria itu memeluk pinggangnya dengan erat dan dalam sekali gerakan ia sudah berada di gendongan pria itu. Ada memekik dan ia tidak memiliki pilihan lain selain memeluk leher pria itu dengan erat dan melingkarkan kakinya di pinggang Daniel. Tidak... jangan ini... Ada sangat muak pada Daniel dan posisi ini membuatnya harus bergantung pada pria itu. Posisi ini terlalu mesra untuk hubungan mereka yang dingin. Daniel menekan tubuh Ada di dinding dan Ada bisa merasakan jika dunianya berputar.
"Aku... nggak suka," keluh Ada dengan napasnya yang terengah ketika Daniel mencium sisi wajah Ada.
"Menyerah, Ada," tegas Daniel, membuat Ada mengerutkan kening jengkel.
"Bastian jauh lebih baik dari kamu," balas Ada membuat Daniel terdiam dan kerutan di kening pria itu semakin dalam. Tiba-tiba saja, Daniel menghentakkan tubuhnya dengan keras dan perlahan, membuat Ada meringis. Ada kehilangan kekuatannya, sebab ia langsung menumpukan dahinya di pundak Daniel sambil mengeratkan pelukannya di leher pria itu.
"Aku hamil anak kamu," bisik Ada sambil menancapkan kukunya di pundak Daniel di setiaap hentakan pria itu.
"I know, Ada," bisik Daniel sambil mencium telinga Ada. "Dan saya sangat senang mengakuinya."
"Tapi sepertinya Mama membutuhkan sedikit peringatan halus agar dia berhenti menyebutkan pengecut itu di hadapan Papa," tambah Daniel membuat bulu kuduk Ada meremang. Suara desahan lembut nan feminin menggema di ruangan itu, terdengar harmonis dengan suara hujan deras yang mengguyur Jakarta. Ketika Ada mendengar suaranya yang sensual, ia langsung menutup mulutnya rapat-rapat, sebab ia merasa seperti pelacur sekarang.
"Kamu brengsek," maki Ada sambil menggigit bibirnya sendiri.
"Kamu tidak akan pernah menang melawan saya, Ada," ucap Daniel sambil menekan tubuh Ada di dinding, membuat percintaan keduanya semakin dalam. Daniel mencengkeram dagu Ada hingga kini tatapan keduanya bertemu. "Tidak dengan cara seperti ini."
"Daniel..." erang Ada yang terdengar seperti memohon.
"Seperti yang saya bilang sebelumnya, jika kamu berhasil memenangkan saya... kamu akan mendapatkan dunia, Ada," balas Daniel dengan tatapannya yang tampak sangat menikmati Ada yang mulai jatuh dalam godaannya. Napas Ada berat dan matanya sayu. Ia mulai lengah. Ya Tuhan... jangan lagi.
"Jika kamu melawan saya seperti ini, ego kamu hanya akan semakin tersakiti," tambah Daniel sambil menekan puncak dada Ada membuat Ada kembali mendesah lembut. Kehamilan mudanya membuat gairahnya mudah dipancing. Dan ia semakin terlihat seperti pelacur.
"Saya tahu kamu cerdas, Ada. Kamu bisa menundukkan saya. Kamu hanya belum memahami saya sepenuhnya," ucap Daniel mengakhiri penjelasannya, sebelum merengkuh Ada semakin dalam dan membawa permepuan itu ke pusaran gairah yang takkan pernah padam. Seks ini akan disesali Ada sepanjang hari, seperti seks pasca pertengkaran mereka sebelum-sebelumnya.
***
Ada masih terlelap ketika ia merasakan pelukan di tubuhnya mengerat dan ciuman berlabuh di pipi dan lehernya.
"Mau breakfast dimana pagi ini? Di kamar atau di bawah?" Suara itu membuat Ada membuka matanya perlahan dan menyadari jika Daniel yang menawarkannya. Ada masih belum sepenuhnya sadar jadi ia hanya bergumam. Daniel tersenyum tipis, sebelum kembali mencium leher simpanan kesayangannya dengan mesra. Hanya Ada yang bisa merasa sisi lembut dan penuh kasih sayang dari si control freak Daniel. Selama ini, pria itu dikenal sebagai pria kaku dingin seperti blok es apalagi jika mengenai perempuan.
"Saya harus berolahraga, Ada. If something happens just call me, okay? Sleep tight," bisik Daniel dan setelahnya pelukan di tubuh Ada melonggar.
Ketika Ada terbangun di pagi hari, ia langsung mual dan akhirnya muntah di toilet. Perutnya terasa sangat tidak nyaman dan Ada merasa sangat jengkel karena keadaannya yang begitu lemah. Ia mengeratkan selimut di tubuh telanjangnya dan terus mengeluarkan seluruh isi perutnya. Bisa-bisanya Daniel menyentuhnya semalam, bahkan ketika Ada dalam keadaan yang sangat marah hingga di satu titik ia hanya bisa diam. Pagi ini, Ada bisa merasakan jika kemarahan itu berkumpul jadi satu dan hampir meledak dalam dirinya. Ia marah pada Daniel dan terlebih ia marah pada dirinya sendiri karena membiarkan pria itu menyentuh tubuhnya setelah dengan entengnya Daniel mengakui jika dia adalah dalang dari semua kekacauan ini.
Ada berjalan tertatih ke arah wastafel, sebelum menyikat giginya dan mencuci wajahnya. Bekas kemerahan dan kebiruan terlihat di leher dan pundaknya, membuat Ada mencengkeram wastafel itu dengan genggamannya yang erat. Dari pantulan cermin, ia melihat Daniel baru saja pulang dari kegiatan berolahraganya. Pria itu masih memakai baju athleisure-nya ketika mendekati Ada. Daniel memeluk pinggang Ada dengan erat dari belakang dan mencium leher serta tengkuk perempuan itu. Dengan jengkel, Ada langsung menjauhkan dirinya dari Daniel dan mendorong pria itu menjauh.
"Apa pembahasan kita kurang jelas semalam?" tanya Daniel dengan nada datarnya, membiarkan Ada lepas darinya.
"Aku butuh waktu sendiri," ucap Ada, menatap Daniel serius. "Sampai pernikahan kita. Jangan ganggu aku."
"Ada..."
"AKU CAPEK!" pekik Ada, membuat Daniel bungkam. Napasnya berat dan matanya berair. "Aku merasa seperti pelacur di dekat kamu. Jadi stop..."
"Fine," ucap Daniel dengan nada dominannya yang brengsek. "Sikap kamu yang kekanakan seperti ini hanya sampai di pernikahan kita. Setelah pernikahan, kamu akan bersikap seolah pertengkaran ini tidak pernah terjadi. Paham?"
Ada menatap Daniel dengan tatapan tidak percayanya. Namun, Daniel tidak peduli. Pria itu berjalan melewati Ada dengan langkahnya yang tajam dan dingin. "Ini bukan cinta, Daniel. Ini obsesi," bisik Ada tidak berdaya.
"Hari ini, Toni akan menemani kamu fitting baju pernikahan. Jangan sampai terlambat dan jangan manja," tegas Daniel dingin seperti Daniel ketika pria itu menjadi atasan yang brengsek. Namun, kali ini, pinta pria itu terasa sangat menjengkelkan hingga membuat Ada ingin mencekik pria itu dan membunuhnya.
Apa daya. Yang bisa Ada lakukan hanyalah melempar vas bunga dan sayangnya meleset. Vas bunga itu pecah berkeping-keping disusul tangisan kekesalan Ada.
TBC...
apa kabar selamat menikmati
KAMU SEDANG MEMBACA
OFF TO THE RACES
RomanceDark contemporary romance (21+) Ada Atmadja lahir dari hubungan gelap antara petinggi perusahaan dan sekretarisnya. Sepuluh tahun setelah Papa meninggal, Ada nekat mengajukan dirinya sebagai direktur utama di perusahaan yang hampir bangkrut itu. Den...