Daniel tidak berlama-lama di rumah Oma, sebab ada yang harus ia urus di Lake Como Beach Club-nya. Karena itu, ketika waktu menginjak siang hari, Daniel langsung membawa Ada bersamanya ke Canggu. Hari itu, Ada tampak sangat letih dan tidak bersemangat. Ada lebih banyak tidur dan perasaannya jauh lebih sensitif. Ia juga berulang kali menolak makan dan mual. Semua itu terjadi karena pil kontrasepsi yang ia minum, setelah berhubungan tanpa pengaman bersama Daniel semalaman penuh. Ketika melihat Ada yang tampak begitu tersiksa setelah meminum pil itu, Daniel menyesali permintaannya semalam. Ia tidak tahu efek sampingnya bisa separah ini.
Ada tertidur sepanjang perjalanan mereka ke Canggu. Kepalanya bersandar di pundak Daniel dengan jas pria itu yang tersampir di tubuhnya. Bahkan ketika mereka sampai di beach club, Ada masih terlelap dengan begitu pulasnya. Karena tidak tega membangunkan perempuan itu, Daniel menggendong Ada dan membawanya masuk ke ruang kantornya lewat pintu belakang beach club. Ada tersadar ketika Daniel menggendongnya. Ia mengeratkan pelukannya di leher pria itu.
"Kita nggak ke hotel aja?" tanya Ada dengan suara seraknya, sebab ia ingin melanjutkan tidurnya kembali.
"Saya masih ada urusan di sini, Ada," gumam Daniel dengan nadanya yang lembut, lalu membaringkan Ada di sofanya yang luas dan empuk. "Kamu mau ke hotel?"
Ada ikut beranjak duduk hingga kini ia berhadapan dengan Daniel. "Kamu mau aku ke hotel?" tanya Ada, membalik ucapannya, membuat Daniel terdiam. Ada tahu jika Daniel lah yang tidak ingin ditinggal sendirian.
"Tidak, tapi kalau kamu ingin, saya akan menelepon Pak Kusno untuk mengantar kamu," ucap Daniel sambil mengusap mata Ada yang tampak sayu.
Ada tersenyum lembut sambil menggeleng. "Aku nggak papa di sini," balasnya lembut.
"Kalau kamu mau berbelanja atau jalan-jalan langsung telepon Pak Kusno saja. Kartu kredit saya sudah di tas kamu. Have fun, okay? Toni akan menemani kamu," tambah Daniel sambil mengusap pipi Ada dengan tatapannya yang dalam dan tak terbaca.
"Aku mau di sini aja. Kamu selesainya cepat kan?" tanya Ada lagi sambil menggengam tangan Daniel dengan erat. "Nanti kita balik ke hotelnya bareng aja."
Senyum tipis terlihat di wajah Daniel, membuat Ada mengerjapkan matanya tak percaya. Pria itu sangat jarang tersenyum, apalagi senyuman penuh kasih seperti ini. "Fine. Jam lima akan saya usahakan kita kembali ke resort," bisik Daniel sebelum melabuhkan ciuman mesranya di bibir Ada dengan lembut. "Are you okay?"
"I'm fine, hanya mengantuk," jawab Ada dengan nada pelannya.
"Saya harus pergi, Ada. Have fun, okay?" ucap Daniel sekali lagi, terus menekankan agar Ada bersenang-senang dengan semua uang yang ia berikan pada perempuan itu, tetapi anehnya kartu kreditnya bahkan jarang sekali dipakai. "I love you."
***
Ada menghabiskan waktunya di beach club itu dengan mengerjakan proposalnya dan juga menyelesaikan laporannya. Ia duduk di sofa yang pemandangannya langsung menghadap laut di sore hari. Biaya sewa sofa tersebut mungkin seharga biaya sewa rumah makan padang ibunya selama sebulan, mengingat semua fasilitas yang ia dapat adalah VIP. Ada berkali-kali kehilangan fokusnya dan ia memejamkan matanya dengan lelah. Ini adalah pertama kalinya Ada menggunakan kontrasepsi dan ternyata rasanya sangat memberatkan.
Ada berusaha menyegarkan dirinya dengan berjalan keluar dari beach club itu ke arah pantai yang kini dipenuhi turis berjemur dan sesekali berselancar. Matahari mulai terbenam dengan semburat oranye yang cantik menghiasi langit. Dari pantai, Ada bisa melihat beach club dengan orang-orang yang tampak menikmati waktu mereka. Ada kembali menatap gelombang laut di hadapannya sembari sesekali bermain dengan air laut yang dingin itu, Gaun floral putih dengan garis leher yang rendah dan slit yang tinggi, bermodel halter neck itu memeluk tubuh Ada dengan pas, memberikan siluet yang feminin dan manis.
Ada memotret pemandangan itu dan menyadari ada kerinduan yang tak terjelaskan muncul darinya pada Bastian. Ia sangat merindukan pria itu hingga di satu titik Ada mulai emosional. Bastian sangat menyukai Ada dalam balutan gaun pantai seperti ini. Ada bertanya-tanya apakah hidup pria itu sekarang baik dan sudah melupakannya? Ada berharap Bastian melupakannya dan melanjutkan hidup pria itu dengan baik. Ada menoleh ketika ia merasakan tatapan tak biasa dari arah belakang tubuhnya. Matanya langsung bertemu Daniel dalam balutan kemeja hitam pria itu dengan lengan yang sudah digulung tanpa dasi dan celana kain pria itu. Daniel berjalan ke arahnya tanpa memakai alas kaki.
Melihat Daniel, senyuman Ada perlahan merekah. Ada merasa sangat kesepian hari ini dan melihat Daniel hadir seperti melihat sahabatnya sendiri. Ia berlari menghampiri pria itu dan langsung melompat ke dalam pelukan Daniel. Daniel tertawa lebar dan memeluk pinggang Ada dengan erat. Daniel mencium pipi Ada dengan gemas, membuat Ada tersenyum hangat. Namun, tiba-tiba saja Daniel berjalan semakin dalam ke arah laut, membuat Ada panik.
"Jangan terlalu jauh!" seru Ada takut.
"It will be fine," ucap Daniel sambil menaikkan kedua kaki Ada untuk melingkar di pinggangnya, mengingat dari pinggang ke bawah kini sudah terendam air laut.
"Daniel!" seru Ada jengkel, sebab Daniel seperti ingin menjatuhkannya, membuat Ada memeluk pria itu semakin erat.
"Ada," panggil Daniel serius. "Kalau kamu bersikap seperti ini, saya seperti ingin memenuhi semua permintaan kamu."
Ada menatap kedua mata Daniel yang serius dengan senyuman jenakanya. "Kamu nggak mau jadi investor program aku?"
"Bagaimana kalau... kamu resign, lalu nanti saya akan memberikan kamu modal untuk membangun usaha kamu sendiri. Saya akan menjadi investor tetap untuk usaha yang kamu bangun," ucap Daniel, menawarkan pilihan yang berbeda pada Ada.
"Kamu ada dendam kusumat apa sama Darma Permai?" balas Ada dengan nada curiganya, membuat Daniel tertawa.
"Perusahaan seperti itu tidak pantas dipertahankan, Ada," balas Daniel perlahan. "Bagaimana kalau kamu resign?"
"Dan jadi simpanan kamu secara full time?" gumam Ada tidak terima.
"Atau... kamu ingin bekerja di mana, Ada? Kamu ingin kembali ke Marriot? Saya bisa mengaturnya atau malah ingin bekerja di perusahaan saya?" tawar Daniel lagi, membuat Ada menyadari jika ia bisa mendapatkan dunia melalui pria itu. Daniel benar-benar kesempatan emas semua perempuan.
"Aku hanya simpanan, Daniel... kenapa kamu... sangat baik?" tanya Ada, dengan nadanya yang sedikit enggan di kata baik dan Daniel sepertinya menyadarinya.
"Ketika melihat kamu bermanja-manja seperti ini, Ada, yang saya inginkan hanyalah memanjakan kamu dengan semua yang saya miliki," ucap Daniel sambil mencium leher Ada dengan lembut. "Saya adalah pria yang sederhana, Ada. Cukup jadi gadis yang baik dan saya akan melakukan apa pun untuk kamu."
"Itu... tidak masuk akal," gumam Ada dengan nada curiganya, sebab Bastian saja tidak sampai seperti ini. Bastian malah aneh ketika melihat Ada bermanja-manja dengannya. Ada selalu menjadi figur perempuan yang tegas, mandiri dan tegar ketika bersama Bastian dan malah pria itu yang bermanja-manja padanya. Dan kini ketika bersama Daniel, malah Ada yang dituntut bermanja-manja pada pria itu. Ada tidak terbiasa dan ini sangat aneh.
"Kadang... Ada... tidak semua harus dipikirkan," ucap Daniel dengan nadanya yang lembut. "Gunakan semua fasilitas yang saya berikan pada kamu sebaik mungkin. Have fun seperti perempuan seusia kamu dan beli apa pun yang kamu mau. Just... have fun, okay?"
Ada terdiam sesaat, larut dalam pesona Daniel yang tampak begitu serius ingin memberikan kebahagiaan padanya hingga tanpa ia sadar ia menunduk dan melabuhkan bibirnya di bibir pria itu. Daniel tersenyum di sela ciuman keduanya dan kali ini ia tidak menutup matanya, sebab ia ingin menikmati wajah Ada yang menciumnya. Ada membuka bibirnya dan kembali memagut bibir Daniel dengan gerakan yang perlahan dan lembut. Ciuman itu begitu pelan dan manis, seperti didasari kasih. Ada tidak pernah menganggap Daniel lebih dari sekadar teman dan bosnya. Ia tidak pernah menganggap pria itu kekasihnya atau bahkan gadun-nya. Ada benar-benar memperlakukan Daniel seperti atasan dan sahabatnya, tetapi ciuman ini seolah mengkhianati semua anggapannya itu.
Ketika Ada membuka matanya kembali, dari kejauhan tatapannya tak sengaja bertemu dengan Bastian yang melihatnya dari beach club.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
OFF TO THE RACES
RomanceDark contemporary romance (21+) Ada Atmadja lahir dari hubungan gelap antara petinggi perusahaan dan sekretarisnya. Sepuluh tahun setelah Papa meninggal, Ada nekat mengajukan dirinya sebagai direktur utama di perusahaan yang hampir bangkrut itu. Den...