43. KESALAHAN FATAL

8.7K 873 137
                                    

Sejujurnya kehidupan pernikahan ini terasa sangat aneh bagi Ada. Ia yang terbiasa tidur sendiri kini harus bangun dengan seorang pria di sebelahnya. Tak hanya itu, Ada juga tidak lagi memiliki ruang untuknya sendiri dimana ia bisa berlaku gila atau bahkan menyendiri sambil mendengarkan lagu. Ada harus sekamar dengan Daniel dan hidup bersama pria itu. Ada sangat merindukan rumah; terlebih ia merindukan Mama. Ada ingin kembali lagi ke rumahnya yang sederhana, daripada penthouse pria itu yang terlalu sepi dan dingin.

"Kenapa tiba-tiba ada cermin disini?" tanya Ada kebingungan ketika melihat cermin lebar dan luas berdiri tepat si samping ranjangnya. Cermin itu menghadap ke arah jendela, sehingga bayangan pemandangan kota terlihat jelas. Sewaktu Ada menjadi simpanan Daniel, ia tidak mengingat ada cermin di kamar pria itu. Kamar pria itu minimalis dan maskulin hingga terkesan membosankan.

Toni dan Mbok Lastri saling memandang antara satu dengan yang lain, seolah memahami telepati keduanya. Daniel meletakkan sekardus barang-barang Ada dan mulai membongkarnya untuk ditata ke kamarnya yang sepi dan menyedihkan itu. Ia mengeluarkan boneka demi boneka dan menempatkannya dengan manis di ranjang.

"Saya butuh variasi," ucap Daniel seadanya, sambil membantu menata barang-barang Ada, padahal sang empunya sibuk menelaah apa yang baru di penthouse itu.

"Variasi? Hanya cermin? Kenapa nggak ganti interior keseluruhan?" tanya Ada kebingungan. Toni dan Mbok Lastri segera keluar dari ruangan itu dengan membawa kardus kosong, memberikan privasi bagi kedua majikan mereka.

"Kamu mau mengganti interiornya secara keseluruhan, Ada?" Daniel balik bertanya, membuat Ada terdiam sesaat, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Good. Sekarang bantu saya bersiap-siap," ucap Daniel dengan nadanya yang memerintah seolah-olah mereka masih di kantor. Ada menggeram keberatan, tetapi ia tetap mengikuti Daniel ke arah ruang walk in closet mereka. Lemari Ada dan Daniel berhadap-hadapan dengan lemari kaca untuk dasi serta jam tangan di tengah ruangan.

Daniel melepaskan kaos putihnya, lalu memakai kutang dan terakhir kemeja hitamnya. Pria itu melepas dan memakai baju dengan begitu santai, seolah tidak peduli jika sejak tadi Ada berdiri dan menonton pria itu dengan pipinya yang memerah. "Kamu hanya akan melihat saya, Ada?" sindir Daniel, membuat Ada akhirnya bergerak mendekati pria itu.

Ada membantu suaminya yang manja untuk mengancingkan kemeja hitamnya di saat Daniel memasang mansetnya. "Minggu depan kita berangkat," ucap Daniel tiba-tiba, membuat Ada mendongak dengan wajah bingungnya.

"Kemana?" tanya Ada tanpa melepaskan aktivitasnya memasang kancing kemeja Daniel.

"Ke Italia."

"Aku disini aja, gapapa." Ada mengira Daniel membawanya bersama pria itu untuk menemaninya dalam perjalanan bisnis.

"Saya tidak ingat konsep bulan madu zaman sekarang adalah meninggalkan istri di rumah," balas Daniel membuat Ada mematung. Oh iya... bulan madu. Ada ingin menangis dan berguling-guling. Ia tidak ingin bulan madu. Ada membenci bulan madu. Ada ingin pulang, kembali ke rumahnya. Ada takut. Ada merindukan Mama.

"Aku nggak mau bulan madu," protes Ada marah.

"Saya yang mau. Masalah selesai," jawab Daniel dengan sikap tak acuhnya yang begitu menjengkelkan dan brengsek. Ada meraih dasi berwarna senada dengan kemeja pria itu dan memasangnya di leher Daniel. Pria itu tidak mau membungkuk atau menunduk, sehingga membuat Ada harus berjinjit dan bersusah payah melingkarkan dasi itu di leher suaminya.

"Ini jadwal kamu hari ini," ucap Daniel lagi, membuat Ada mengerutkan kening tidak mengerti. Ia meraih selembar kertas yang disodorkan Daniel padanya. Disitu tertera rundown kehidupan yang ia harus jalani. Mulai dari jam 10.00 hingga jam 11.00, ia akan menghadiri private viewing koleksi Chanel Cruise 2024, lalu setelahnya makan siang bersama Daniel di Plaza Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan jam 14.00 sampai 15.00, ia akan menghadiri acara launching koleksi terbaru dari Valentino. Dan berbagai acara lainnya hingga berakhir di jam enam sore, yakni makan malam lagi bersama Daniel di penthouse. Ini seperti jadwal ibu-ibu kaya yang pekerjaannya adalah arisan, berbelanja dan menikmati hidup.

OFF TO THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang