16. RAPAT

7.8K 845 64
                                    

Ada sudah berusaha menghubungi Bastian berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban dari pria itu. Ia bahkan sudah menghampiri rumah Bastian, tetapi pria itu pasti selalu tidak ada. Ini adalah pertama kalinya Ada mengalami patah hati yang sebesar ini. Ia tidak hentinya menangis di kamarnya sendiri dan bahkan performa kerjanya juga ikut menurun di masa-masa yang berat ini. Untungnya, Daniel brengsek itu tidak memintanya tiba-tiba datang beberapa hari terakhir. Ada benar-benar tidak berhubungan lagi dengan Daniel empat hari terakhir, sejak mereka pulang dari Singapur. Pesan terakhirnya dengan pria itu hanyalah Daniel yang tiba-tiba menyuruhnya bersiap-siap ke Singapura.

Namun, anehnya, Ada terus mendapatkan barang-barang kiriman yang tak jelas asalnya dari mana. Tiga hari yang lalu, ia mendapatkan kiriman laptop Macbook terbaru, tanpa pesan atau pun nama pengirim. Kemudian, ia tiba-tiba saja mendapatkan mobil Mazda mungul berwarna merah, yang tentu saja terlalu mewah untuk diparkir di halaman rumah makan padang itu. Ketiga, hari ini, Ada tiba-tiba saja dikirimkan ponsel terbaru yang mana di Indonesia bahkan belum rilis. Namun, anehnya ponsel itu sudah disetting dengan Bahasa Indonesia dan menerima kartu seluler Indonesia.

"Kamu... kamu dapat dari mana semua barang-barang seperti ini?" ucap Mama dengan wajah khawatirnya, membuat Ada menggelengkan kepalanya bingung. Namun, Ada tahu siapa dalang dibalik semua pemberian ini.

"Kirim balik deh. Meskipun itu ditujukan untuk kamu, tapi kalau nggak tahu siapa pengirimnya, jangan diterima," gumam Mama khawatir sambil menatap mini cooper putih yang mengilap itu.

"Ada... Ada tahu siapa pengirimnya," ucap Ada sambil menilai ekspresi Mama.

Mama menoleh dengan wajahnya yang tampak tidak senang. "Atasan kamu ya?" tanya Mama dengan nada menuduh.

"Nanti... nanti Ada akan bicarakan," ucap Ada dengan nadanya yang sedikit panik.

"Ada..." ucap Mama serius sambil menggenggam pundak putrinya itu. "Kamu... kamu dapat dari mana semua uang dan barang-barang seperti ini. Kamu... kamu nggak..."

"Nggak! Mama ngomong apa sih!" seru Ada dengan nadanya yang defensif. "Atasan Ada emang... emang tertarik sama Ada. Nanti Ada tinggal kasitahu baik-baik."

"Lalu sepuluh miliar?" tanya Mama dengan nadanya yang terdengar curiga. "Kamu dapat dari mana sepuluh miliar, Ada? Dan tas Lady Dior itu."

"Tas Lady Dior Ada beli dengan tabungan Ada selama ini. Sepuluh miliar Ada pinjam dari atasan Ada di Marriot. Dia... perempuan kok, Ma, nggak usah khawatir," ucap Ada berusaha menenangkan Mama yang mulai curiga dengan semua kekayaan mendadaknya.

Mama menatap Ada cukup lama, seolah mempertimbangkan kebenaran di balik ucapan anak perempuannya itu. Namun, kemudian ia akhirnya mengalah dan menganggukkan kepalanya. "Mama udah tahu seperti apa rasanya menjadi perempuan yang sehabis manis sepah dibuang, Ada. Mama nggak mau kamu terjebak ke dalam hal yang sama."

Ada merasakan tubuhnya menegang, mendengar ucapan Mama. Insting seorang ibu memang tidak perlu diragukan lagi dan hal itu membuat Ada semakin was-was saja. "Nggak, Ma..."

"Papa kamu dulu juga melakukan ini pada Mama. Memberikan apa pun yang Mama mau, membelikan barang-barang mewah dan mengatakan jika Mama adalah wanita yang sangat ia cintai," sergah Mama lagi dengan tatapannya yang tak gentar. "Mama saat itu terlalu naif dan bodoh, hingga tidak menyadari kalau posisi Mama memang hanya sebatas simpanan."

Jantung Ada seolah berhenti berdetak. Ia menelan ludahnya lagi, kemudian menganggukkan kepalanya. Mama seolah menyindirnya, padahal Ada tidak pernah memberitahu apa-apa pada Mama. Terlebih, apa yang dikatakan Mama, memang dialaminya sekarang. Namun, jatuh cinta pada Daniel yang brengsek itu adalah hal terakhir yang Ada lakukan. Pria itu manipulatif, arogan dan terlalu dominan untuk Ada yang sama-sama dominan. Ada membenci Daniel dengan sepenuh hatinya.

OFF TO THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang