Hari itu, Jakarta sedang mendung-mendungnya. Hujan pun ikut memperparah kemacetan. Bahkan Ada baru sampai ke rumah Oma jam delapan malam sejak pekerjaannya selesai di jam setengah tujuh. Dengan terburu-buru, Ada membunyikan bel pintu rumah Oma. Tak lama kemudian, Mbok Sri muncul dengan senyuman hangatnya. Namun, Ada tidak memiliki waktu untuk berbasa-basi atau bertukar rindu sekarang.
"Oma di dalam?" tanya Ada dengan nafasnya yang memburu dan rambutnya yang basah karena hujan.
"Masih nonton di ruang tengah, Non," ucap Mbok Sri sambil mempersilahkan Ada masuk. Ada pun melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang megah itu. Air masih menitik dari tubuhnya. Namun, Ada tidak peduli. Ia harus mendapatkan pengampunan Oma malam itu juga. Ada tahu ia adalah orang paling pengecut di bumi itu. Namun, Ada benar-benar sudah terjepit sekarang. Ia akan menjilat ludahnya sendiri, asalkan Ibu tidak menjual rumah makan padang yang sudah ia bangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Ada tidak masalah masuk penjara, tetapi ia tidak ingin masalah ini menyeret semua orang yang ia kasihi.
"Oma..." panggil Ada dengan nada lembutnya.
Oma tidak menjawabnya sama sekali dan tetap menggoyangkan kursi itu sambil menonton siaran favoritnya. Ada pun mendekati Oma dan berlutut di samping kursi goyang wanita tua itu. "Oma..." panggil Ada lagi dengan nadanya yang gemetar. "A-ada minta maaf..."
Oma mendengus sinis mendengar kata itu keluar dari mulut Ada. "Beraninya menantang, tetapi kalau sudah kejepit seperti ini, langsung menjadi tikus penjilat."
"Ada minta maaf," ulang Ada lagi dengan ucapan yang lebih jelas. "Ada benar-benar minta maaf. Ada berjanji tidak akan lagi berurusan dengan keluarga Atmadja atau pun Darma Permai. Ada... Ada akan kembali ke Amerika kalau itu yang Oma mau. Tapi tolong... tolong cab-"
"Tidak," tegas Oma, tidak membiarkan Ada melanjutkan perkataannya.
"Oma," mohon Ada sambil menggenggam tangan wanita tua itu dengan air matanya yang mengalir. "K-kalau begitu, Ada berjanji akan membayar hutang tersebut, tetapi turunkan nominal per bulan nya."
"Tidak," ucap Oma lagi sambil menarik tangannya dari genggaman Ada dan menikmati kesengsaraan wanita pembawa sial di sampingnya.
"Ada tidak bisa memenuhinya, Oma. Sekali pun Ada bekerja seperti anjing sekali pun, Ada tidak akan bisa memenuhinya..."
"Itu memang tujuan saya," balas Oma dengan senyuman merendahkannya. "Kamu paham kan sekarang?"
Ada terhenyak. Matanya mengerjap tak percaya. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Sejak awal... Oma memang ingin memenjarakannya. Tak heran, wanita itu menetapkan standar yang tak masuk akal. Ada menggigit bibirnya dengan tubuhnya yang gemetar hebat. Ada sungguh tidak masalah dipenjara, tetapi Mama... Mama akan melakukan apa saja untuk mencegah hal itu. Mama sudah menanggung banyak hal karenanya dan Ada tidak ingin melihat Mama menanggung lebih banyak lagi.
"Sri!" teriak Oma, membuat Ada berjengit. Sri langsung berlari kecil ke arah Oma dengan wajah paniknya.
"Antar pelacur ini keluar sekarang!" pinta Oma tegas. Mbok Sri langsung membantu Ada berdiri dan mengantarnya keluar. Beberapa kali Mbok Sri memaksa Ada berjalan, sebab seringkali Ada sengaja membuat langkahnya tersendat-sendat. Ada ingin berbicara lagi dengan Oma, tetapi Mbok Sri terus menyeretnya.
"Oma!" seru Ada lagi dengan nadanya yang memohon.
"Jangan biarkan dia muncul di hadapan saya lagi." Itu adalah kata-kata terakhir yang Ada dengar, sebelum pintu itu menutup tepat di depan matanya. Ada memekik marah sambil menjambak rambutnya frustrasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana ia bisa kelaur dari situasi brengsek seperti ini? Tidak... Ada tidak boleh menyerah. Ia akan melakukan apa pun untuk bisa bebas dari tuntutan laknat ini. Ada bahkan rela menjual jiwanya pada iblis hanya untuk bertahan dan membalaskan dendamnya pada kelaurga Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFF TO THE RACES
RomanceDark contemporary romance (21+) Ada Atmadja lahir dari hubungan gelap antara petinggi perusahaan dan sekretarisnya. Sepuluh tahun setelah Papa meninggal, Ada nekat mengajukan dirinya sebagai direktur utama di perusahaan yang hampir bangkrut itu. Den...