46. MENERIMA

7.8K 784 92
                                    

Hari yang paling Ada takutkan pun tiba. Ia akhirnya berangkat bersama Daniel untuk berbulan madu di Italia, tepatnya di Italia Utara. Berkali-kali Ada menangis sebelum berangkat bulan madunya membuat Toni sedikit kebingungan. Di sisi lain, Daniel memakluminya dan dengan sangat sabar menghadapi semua tantrum kehamilan Ada. Daniel bahkan mengayomi Ada sebaik mungkin, lebih baik dari sebelum mereka menikah. Benar dugaan Daniel. Begitu sampai di Italia dan menikmati semua atraksi dan jalan-jalan bersama, Ada menjadi lebih lunak padanya. Dan terkadang, Daniel mulai merasakan jika perempuan itu mulai clingy dan manja padanya.

Di sisi lain, Ada menyadari jika Daniel jauh lebih lembut dan baik daripada ketika ia masih menjadi simpanan pria itu. Mungkin karena kehamilannya atau karena Daniel memang tulus padanya. Dan semakin bertambahnya hari, Ada juga menyadari jika ia semakin manja dan tidak ingin lepas dari pria itu. Oh tentu saja, perasaan itu bukan darinya, melainkan dari anaknya.

Malam pertama Ada di Italia Utara, ia langsung mengidam martabak telor. Dengan perut yang terus berbunyi, Ada beranjak duduk sambil menatap suaminya yang masih terlelap. Air mata berlinang di pipi Ada, karena entah mengapa ia merasa sangat emosional ketika mengidam. Ada tidak senang jika tidur tanpa dipeluk seperti yang biasa Daniel lakukan padanya dan lihatlah pria itu bahkan membelakanginya. Sambil merajuk, Ada merayap di atas Daniel hingga akhirnya posisinya di depan pria itu. Ada memeluk Daniel dengan erat dan sepertinya Daniel menyadari kepindahan Ada, sebab napas pria itu yang tenang berubah menjadi berat.

"Aku lapar," isak Ada sambil memeluk Daniel dan meremas piyama pria itu.

"Hm?" gumam Daniel yang belum mengumpulkan kesadarannya.

"Aku lapar," ulang Ada lagi. Daniel mengerjapkan matanya sesaat dan menyadari posisi Ada sudah di ujung ranjang. Dengan berhati-hati, Daniel memeluk Ada dan menarik perempuan itu agar posisinya lebih di tengah.

"Mau makan apa?" tanya Daniel dengan nada seraknya sambil menyalakan lampu tidur.

"Martabak telor."

"Apa?" balas Daniel sedikit syok sambil beranjak duduk. Ada buru-buru mengikuti pria itu dan naik ke atas pangkuan Daniel. Dengan segala sikap manjanya dan bagai parasit, Ada memeluk pria itu seolah tidak ingin lepas.

"Mau martabak telor?" tanya Daniel sambil menepuk punggung istri kecilnya itu dengan lembut. Ada mengangguk singkat. "Fine."

"Kamu marah?" tanya Ada sambil meneliti wajah suaminya.

"Nggak, Ada," gumam Daniel dengan nada gemasnya sambil tertawa pelan. Daniel melepaskan pelukan Ada di tubuhnya dan beranjak berdiri dari kasur itu untuk meraih ponselnya. Dengan terburu-buru, Ada turun dari ranjang dan kembali memeluk punggung lebar pria itu. Ada merasa malu sekali, tetapi sungguh ia sedang tidak ingin jauh dari Daniel. Ia ingin selalu berdekatan dengan pria itu, menghirup wangi musk maskulinnya dan kehangatan familiarnya.

"Itu kan... kamu marah," isak Ada lagi merasa sangat sensitif karena Daniel tiba-tiba melepaskan pelukannya seperti itu.

"Tidak, Ada. Saya harus menelepon concierge untuk martabak telor kamu," gumam Daniel lagi dengan tawa pelannya, merasa istrinya sangat menggemaskan akhir-akhir ini. Selama Daniel menelepon concierge, Ada perlahan-lahan bergeser dari belakang tubuh pria itu hingga kini ia di tepat di depan Daniel, tanpa melepaskan kaitan tangannya. Dan Daniel juga memberikan ruang bagi Ada untuk berpindah. Selama ia menelepon concierge, tangannya tak berhenti mengusap rambut istrinya itu. Petugas concierge tampak sedikit bingung dan syok mendengar ia harus mendapatkan makanan asing bernama martabak telor di jam tiga lagi. Namun, ia harus memenuhi permintaan tamu VVIP ini apa pun keadaannya.

"Selagi menunggu, mau menonton dulu?" tanya Daniel yang ditanggapi anggukan dari Ada. Daniel tersenyum tipis sambil menarik tangan istrinya untuk ikut bersamanya ke arah ruang tamu yang berhadapan langsung dengan kolam renang dan taman. Villa itu bergaya Mediterania dengan udara yang hangat hingga tidak memerlukan kipas angin, AC maupun penghangat. Daniel menyamankan dirinya di sofa sambil menyalakam televisi yang menayangkan acara asing. Dan benar dugaan Daniel, Ada kembali merayap ke arahnya dan duduk di pangkuannya. Anehnya, perempuan itu malah duduk menghadap ke arahnya.

OFF TO THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang