-PROLOG-

833 28 4
                                    

"Bagus, pertahankan ekspresimu ini!"

Kilat cahaya kamera yang menyorot lurus tepat ke arah depan berkedip beberapa kali guna mengambil sudut gambar yang bagus. 

Studio pemotretan hari ini cukup padat, mulai dari beberapa staf yang berdiri acak disepanjang ruangan berikut dengan suara obrolan mereka yang saling berbaur dengan bidikan kamera. Kabel-kabel yang menjalar layaknya akar pohon cenderung mendominasi lantai ruangan. 

Tepat dibawah sorot cahaya lampu, seorang pria berdiri layaknya seorang tokoh utama. Tinggi dan kuat. Kehadirannya mampu menyerap perhatian semua orang hanya untuk tertuju kepadanya. Tak ada sirat keraguan dalam wajahnya kala ia menampilkan beberapa pose singkatnya, terlihat percaya diri dan menawan disaat yang bersamaan. Ia melakukan pose terakhirnya bersamaan dengan suara bidikan kamera.

"Pemotretan hari ini selesai, kerja bagus untuk semuanya! Dan Akiro, kau memang tidak pernah mengecewakan," seorang pria dengan perutnya yang sedikit buncit dan headphone yang bertengger dilehernya-gambaran sempurna untuk seorang sutradara- berteriak keras diikuti deretan suara tepuk tangan yang memenuhi seisi ruangan.

Akiro membungkuk sekali ke arah staf sebelum melangkah pergi dari area pemotretan. Akiro yang tengah berjalan ke arah ruangan make up-nya segera mendapat sodoran botol mineral yang langsung diterima olehnya. Selagi meneguk isinya, Akiro membuka pintu ruangannya dan dengan cepat mendaratkan tubuhnya ke atas sofa. Sebuah hembusan napas keluar dari bibirnya sebelum suara pintu yang ditutup secara sengaja berhasil membangunkan fokusnya. 

Akiro menoleh ke arah pintu dan menemukan James, manajernya itu melangkah cepat kearahnya sembari menenteng sebuah map file berwarna hitam.

"This is crazy! Kupastikan ini akan menjadi batu loncatan untuk karirmu nanti!" James berujar dengan nada antusiasnya, matanya membelalak riang sembari mendekati Akiro dan mengambil tempat tepat disampingnya.

Akiro meraih file yang diberikan oleh James kemudian membukanya dan membacanya. Untuk sesaat yang terasa membingungkan, kedua alisnya tertaut sebelum akhirnya Akiro tersenyum miring saat renanya berhenti pada sebuah nama. 

Gwenn Victoria, gadis yang sangat ia benci itu.

---

"Aku sudah menemukan seorang model yang cocok untuk pemotretan produk keluaran terbaru kita kali ini."

Seorang wanita yang sedari tadi tengah memfokuskan pandangannya pada layar laptopnya langsung mengalihkan tatapannya. Lipstik merah menyala pada bibirnya berhasil meninggalkan kesan pertama yang kuat. Sudut bibirnya melengkung sempurna sebelum menyampirkan rambut bergelombangnya ke belakang bahunya. Sepertinya ia bisa pulang lebih awal hari ini.

"Siapa?" tanyanya, tak mampu menahan tatapan berbinarnya kala Grace, sekertarisnya itu meyerahkan sebuah folder berwarna hitam ke atas meja kerjanya.

Wanita itu langsung menyambar cepat dan membukanya, dengan gesit renanya bergerak menyusuri kalimat per kalimat yang berisi syarat-syarat untuk kerja sama kali ini sebelum tatapannya berhenti pada kolom tanda tangan kontrak.

"Mr. Kiro?"

Grace menangguk pelan sembari menyalakan ipad pada genggamannya, "Ah, itu hanya panggilannya tiap kali mendatangani sebuah kontrak. Nama lengkapnya itu Akiro Yutaka," ujar Grace pelan kemudian mengetikkan sesuatu pada layar ipad-nya dan menyodorkannya ke arah Gwenn.

Foto seorang pria terpampang jelas sembari memegang tropi penghargaannya. Tatapannya yang mendominasi berhasil mencuri perhatian Gwenn, menyihirnya untuk tetap mempertahankan tatapannya selama beberapa saat. 

Gwen akhirnya mengerjap beberapa kali saat dirinya ditarik paksa untuk kembali pada sebuah realita pahit.

Tidak mungkin, tidak mungkin dia.

O
o
o

Hola! Welcome back!!!

Semoga syukaa sama prolognya 😘.

-Hope you enjoy and stay until The End-


With luv,

ThIsGiRlAw

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang