1. Dendam Masa Lampau

448 22 1
                                    

Sepuluh tahun yang lalu...

"Ayo kita putus."

Nada bicara Gwenn terdengar nyaring dan jelas walaupun gadis itu mengucapkannya sambil mengunyah permen karetnya. Tidak ada tanda-tanda penyesalan dari tatapan matanya.

Bisa disimpulkan, gadis itu benar-benar serius dengan pernyatannya barusan.

Gwenn menatap Akiro dengan santai sebelum menyenderkan tubuhnya pada tembok beton disampingnya. Mereka berdua sedang berada di rooftop sekolah, walaupun pembicaraan mereka bisa saja tenggelam karena tersapu angin yang bertiup kencang saat itu tapi entah kenapa setiap kata yang keluar dari bibir Gwenn dapat Akiro terima dengan jelas.

Akiro masih menunduk ke bawah sembari memainkan jari-jari tangannya, tatapan Gwenn yang terkesan mendominasi penuh dirinya berhasil mengunci keberanian Akiro untuk menatap gadis itu. Akiro tahu betul akan besarnya pengaruh gadis itu terhadap pertahanan dirinya. 

"Kenapa kau terlihat sedih? Sh*t! Kau tidak memiliki perasaan kepadaku kan?" tanya Gwenn, matanya melebar sebelum detik selanjutnya menggeleng dan seolah kesadarannya mendadak kembali berfungsi lagi, Gwenn melempar tatapan menelitinya ke arah Akiro sembari melipat tangan. 

"Akiro?"

Akiro mendongak ke atas, membuat pandangannya beradu dengan milik Gwenn. Baginya, gadis itu masih terlihat sama seperti hari dimana Akiro datang ke sekolahnya sebagai seorang murid pindahan. Dibalik sikap angkuh dan sok berkuasanya- mungkin bisa dimaklumi mengingat Gwenn itu anak tunggal dan ayahnya merupakan penyokong dana terbesar untuk sekolah-tetapi Gwenn juga tidak waras.

Gwenn terkadang suka bertindak diluar nalar semua orang, seperti karena ingin memamerkan kekayaan ayahnya kepada teman sekelasnya yang tidak percaya kepadanya, Gwenn berakhir mentraktir semua orang sampai stok makanan kantin menjadi kosong. Sejatinya, gadis itu hanya tidak tahu kalau ia sedang dimanfaatkan lebih tepatnya dibodoh-bodohi.

Berlanjut pada suatu hari yang damai, Gwenn melewati sebuah kotak merah yang tersedia acak diseluruh penjuru sekolah. Gwenn yang penasaran pun menekan tombol yang terdapat disana yang berakhir mengeluarkan sirene peringatan yang berkumandang, membuat seisi sekolah panik dan berlarian seperti nyawa mereka dipertaruhkan dengan bunyinya alat itu.

Dan hal paling gila yang pernah ia lakukan adalah dengan belajar mengemudi di lapangan sekolah dan berakhir menabrak kantor guru, berikut dengan area koridor sekolah dan beberapa jendela kaca kelas harus pecah. Sehingga sekolah terpaksa diliburkan selama beberapa hari karena insiden itu. Beruntung tidak ada korban dan Gwenn mendapat hukuman skorsing selama seminggu. 

Satu hal yang pasti tentang gadis itu, Gwen sangat menyukai tantangan. Dia merupakan tipe gadis yang tidak suka ditindas apalagi diremehkan, dan tidak akan menyerah sebelum keinginannya tercapai. Itu adalah sikap buruk gadis itu yang susah dihilangkan.

Selain parasnya yang cantik dan otak cerdasnya, tidak ada lagi yang bisa disombongkan, tidak heran Gwenn mendapat julukan 'the crazy b*tch' disekolah.

"Kau pernah menyesal melakukannya?" tanya Akiro, tidak ada raut penakut lagi seperti yang Gwenn dapati saat pertama kali mereka bertatapan mata dulu. Pria itu terlihat serius dengan kalimatnya barusan. 

"Menyesal? Maksudmu masalah taruhan dengan Dino?" tanya Gwenn.

Akiro menangguk sekali sebelum menaikkan kacamata bulatnya yang melorot dengan jari telunjuknya.

Gwenn menaikkan alis kanannya, "Aku tidak menyesal sama sekali. Lagian kita sudah sepakat sedari awal, jadi jangan tampilkan ekspresi menyedihkanmu seolah aku yang sedang menjahatimu disini," ujar Gwenn yang bingung dengan perubahan sikap Akiro.

Kalimatnya berhasil membuat Akiro memberanikan diri untuk meluruskan pandangannya dan menyelami kedua manik Gwenn. Secara spontan yang anehnya menimbulkan getaran yang serasa menggelitik perasaan Gwenn, terasa asing dan membuatnya mati kutu hanya dengan sebuah tatapan.

Berusaha menarik paksa fokusnya kembali, Gwenn memutuskan pandangan mereka secara sepihak dan segera merogoh saku rok nya kemudian menyodorkan sebuah kunci mobil kepada Akiro.

"Dan ini, seperti yang kujanjikan diawal," ujar Gwenn, tangannya masih setia mengambang di udara karena Akiro lebih tertarik untuk mengamati wajah Gwenn daripada menerima pemberiannya itu.

"Apa kau benar-benar suka menjadi populer?"

Lagi-lagi Akiro bertindak diluar ekspetasi Gwenn. 

Gwenn menarik tangannya kembali, "Kenapa kau bertanya begitu? Tentu saja, semua orang suka dipuji apalagi menjadi pusat perhatian kan? Hanya dengan kehadirannya saja itu bisa menimbulkan reaksi heboh dari orang-orang disekitarnya," terang Gwenn sembari menatap Akiro dengan tatapan percaya dirinya.

"Menurutmu, orang sepertiku juga suka menjadi pusat perhatian?"tanya Akiro lagi yang berhasil melenyapkan rasa percaya diri Gwenn beberapa waktu lalu.

Gwenn ingat jelas saat pertama kali Akiro datang ke kelas mereka untuk melakukan sebuah perkenalan diri sebagai murid baru. Saat pertama kali beratapan dengannya, Gwenn menyadari mereka berdua memiliki beberapa kesamaan namun dengan batasan yang berbeda. Mereka dengan mudah menjadi pusat perhatian sekolah. Namun, berbeda dengan Gwenn yang terkenal karena paras cantik dan kekayaan keluarga gadis itu, Akiro malah terkenal karena penampilannya yang terkesan kutu buku dan buruk rupa.

Kaca mata bulat yang bertengger manis di atas hidungnya serta merta diapit kedua pipi gembulnya. Lehernya nyaris tenggelam tak terlihat dan yang paling mencuri perhatiaan adalah perut buncitnya yang dibungkus rapat dengan seragam sekolah. Dari wajahnya, Gwenn tahu Akiro adalah pria cerdas dan terpelajar, dia bukan tipe pria dekil gendut yang jarang mandi, Akiro hanya kelebihan berat badan dan itu membuatnya menjadi pusat perhatian.

Dengan sekelas bersama Gwenn-kebanyakan diisi oleh kalangan siswa populer dengan kehidupan khas kelas atas yang cenderung mewah-Akiro seolah melempar dirinya sendiri ke dalam jurang ejekan.

Namun Gwenn akui kalau wajah Akiro tidaklah buruk, namun daripada tampan, kata 'menggemaskan' lebih cocok untuknya. Gwenn ingin memainkan pipi gembulnya itu dengan mencubitnya hingga meletup.

"Aku tidak bermaksud...tapi kenapa kau menjadi sensitif begini? Bukannya kita sudah sepakat dari awal?" Gwenn sempat mengambil jeda sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya dan berakhir menyodorkan kunci mobil yang sedari tadi berada digenggamannya itu.

"Kau memang gadis yang tidak berperasaan," Akiro berujar dengan nada merendahkannya namun Gwenn hanya mengedikkan bahunya, menurut Gwenn ia tidak salah disini, ia hanya melakukan seperti yag sudah disepakati diawal. Gwenn menyetujui taruhan Dino dengan berhasil memacari Akiro. Toh, mereka sama-sama mendapat imbalan, Akiro mendapat mobil hasil taruhan dan Gwenn dapat memenangkan taruhan itu.

"Kau tidak mau mengambilnya? Ini komisi untukmu," ujar Gwenn lagi.

"Kunci mobil itu tidak akan cukup, aku akan menagihnya lagi dimasa depan Vee," ujar Akiro dengan nada seriusnya membuat Gwenn tertegun sejenak dengan panggilan yang Akiro berikan kepadanya.

"Seperti kita akan bertemu lagi saja,"ujar Gwenn santai, tidak perduli akan kalimat pria itu yang terdengar seperti ancaman seorang penagih utang, Gwenn malah sibuk membuat gerakan memutar kunci mobilnya menggunakan jari telunjuknya.

Tanpa membalas perkataan Gwenn barusan, Akiro berbalik dan meninggalkan Gwenn sendirian di rooftop dengan tatapannya yang terus menatap pungggung Akiro hingga hilang dibalik belokan dinding.

Pria itu terihat sangat serius dengan kalimatnya membuat Gwenn merinding ketika mengingatnya kembali. 

"Senang bekerja sama denganmu Mr. Kiro!" Teriaknya sekali sebelum memasukkan kunci mobilnya ke dalam saku roknya dan ikut meninggalkan area rooftop sekolah.

Gwenn tidak mengira kalau hari itu adalah pertemuan terakhirnya dengan pria itu sebelum akhirnya Akiro tiba-tiba pindah dari sekolahnya dan sejak saat itu Gwenn tidak lagi mendapati kabar keberadaannya sekalipun.

Hubungan singkat mereka berakhir begitu saja.

Thanks for reading

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang