Sepertinya keputusan Akiro untuk kembali ke apartemennya adalah sebuah kesalahan besar.
Di depan sana, dia melihat James sedang terduduk tepat didepan pintu apartemennya. Kepalanya yang menyender ke pintu nyaris jatuh saat kedua matanya menutup karena rasa kantuk yang melanda. Begitu mendengar langkah kaki seseorang disepanjang lorong apartemen itu, seolah James memang sudah menantikan suara itu sejak lama, ia segera bangkit dari duduknya.
Tubuh James berdiri tegak dengan cepat dan secepat itu pula tatapan mereka bertemu.
"Akiro, aku rasa banyak yang harus kau jelaskan kepadaku sekarang," ujar James berkacak pinggang dengan tatapan penuh peringatannya jikau Akiro berani kabur lagi darinya.
Besarnya kantung mata James dan melihat kondisi James yang cukup berantakan, rambut acaknya, gerakan tangannya yang mengaruk-ngaruk lehernya kemudian mulutnya yang terus menguap menandakan jika James benar-benar bermalam di depan pintu apartemennya itu.
Akiro akhirnya mempersilahkan James masuk ke dalam apartemennya, setelah pria itu membersihkan diri, dia kembali menghampiri Akiro dengan keadaannya yang sudah lebih bersih.
Dengan handuk yang setia bertengger di lehernya, membiarkan air dari rambutnya menetes turun, James buru-buru ikut duduk bersama Akiro yang sedang bersiap untuk membuka laptopnya sembari berbaring di sofa.
"Kau menginap dimana kemarin?" Tanya James, nada bicara khas seorang wartawannya kembali. James pasti akan menginterogasi dirinya habis-habisan.
"Di hotel, untuk menghindarimu," jawab Akiro jujur sembarimengetikkan sesuatu pada laptopnya.
James menggeser duduknya lebih dekat ke arah Akiro yang langsung membuat Akiro beringsut menggeser duduknya juga. Mata James menyipit dan menatap Akiro dengan raut curiganya.
"Berita itu benar? Kau punya pacar?" Tanya James, matanya membesar menandakan ketidaksabarannya untuk menunggu jawaban Akiro.
Akiro menangguk dengan santai, "Benar."
Walaupun masih terkejut tetapi James ikut bahagia, "Kalau begitu perkenalkan dia kepadaku, kenapa kalian berkencan diam-diams eperti itu. Aku tidak melarangmu bahkan agensi juga tidak, mereka bahkan ingin membantumu menghapus komentar jahat itu. Hanya saja Mrs. Bella tidak suka dengan fakta kalau kalian berkencan di sebuah kelab, ada tempat kencan yang lebih baik dari itu Akiro," jelas James panjang lebar.
Aturan dalam kontrak dengan agensi Richard tidak menyebutkan kalau Akiro tidak boleh berkencan, hanya saja harus memberitahu mereka terlebih dahulu berikut dengan latar belakang profesi mereka. Mungkin alasan Akiro menghindari mereka karena malas mendengar ocehan Bella dan dirinya, jadi James harus memberitahu pria itu bahwa berkencan bukan sebuah kesalahan.
"Dan kemarin kenapa kau pergi begitu saja? Kau tahu bahkan mrs. Victoria telah menunggumu selama berjam-jam demi bisa berbicara denganmu. Kusarankan untuk mengajaknya bertemu dan minta maaf atas kejadian itu dan..."
James menggangtungkan kalimatnya sebelum berujar, "Dan menolaknya menggunakan alasan yang logis."
James sudah bersepakat dengan Akiro kalau sehabis pemotretan itu Akiro akan berbicara dengan Gwenn dan menolak kontrak yang mereka tawarkan berhubung Bella juga tidak akan setuju dengan kontrak itu tetapi nyatanya Akiro malah menghilang secara mendadak bersamaan dengan skandal kencannya yang menguap ke publik.
"Akiro, kau kemana kemarin?" Tanya James lagi saat belum mendapat jawaban atas pertanyannya.
Jari-jari Akiro yang sedari tadi sibuk mengetik tiba-tiba berhenti, tatapannya berubah dingin diikuti dengan sekelibat memori dalam benaknya yang tanpa aba-aba kembali menghampirinya. Tanpa peringatan, membuat dirinya hampir hilang kendal untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL CONTRACT
Random[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Sejak mereka putus saat duduk di bangku sekolah menengah atas, Gwenn tidak pernah mendengar kabar Akiro lagi. Hingga namanya yang tiba-tiba me...