10. Musuh kehidupan glamor

194 5 1
                                    

Saat ini Gwenn sedang berada di sebuah kafe sebab ia memiliki janji temu dengan Mr. Richard.

Richard Kenneth-salah satu pengusaha terkenal yang juga menggeluti dunia fashion, dia terkenal akan acara peragaan busananya yaitu Kenneth edition yang digelar setiap pergantian musim guna memperkenalkan konsep pakaian yang cocok untuk dikenakan. Mr. Richard terkenal akan obsesinya dalam dunia fashion, tidak hanya tentang pakaian, bahkan untuk produk make up, perhiasan dan aksesoris lainnya juga ia garap. Tren acara fashionnya yang sudah berlangsung hampir belasan tahun lamanya dan selalu berhasil memuncaki tagar teratas media sosial, membuat mereka mendapatkan para sponsor dengan mudah. 

Dalam percobaan pertama Gwenn dalam menghubungi sekertarisnya, pria itu langsung menyetujui saran Gwenn untuk bertemu pandang serta membicarakan tentang tujuan Gwenn meneleponnya. Entah harus merasa beruntung atau tidak, sebab biasanya pria itu selalu sibuk dan cenderung memiliki sikap sok jual mahal terhadap kliennya apalagi dari kalangan pemula seperti Gwenn, mengingat brand pakaiannya baru terbentuk empat tahun lalu. 

Tujuan Gwenn hanya satu, mengait kontrak dengan mereka agar setuju untuk memasukkan beberapa set pakaian keluaran terbaru mereka di acara itu sekaligus menjadi pihak sponsor disana.

Gwenn mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja, ia duduk dengan memikul segenggam rasa tidak nyaman dalam pundaknya. Tatapannya yang terkesan dingin dan tak terbaca itu melirik ke sekitar sebelum terhenti ketika melihat pintu masuk kafe yang terbuka, menampakkan seorang pria-dengn kisaran umur yang mendekati fase pensiun- berjas biru dongker berjalan masuk ditemani oleh seorang wanita sebaya Gwenn yang ia yakini adalah sekertarisnya.  

Mereka bertemu pandang dan Gwenn sontak langsung berdiri, ia menarik napas sejenak sebelum membungkuk hormat. Melainkan sebuah senyuman ramah, raut Gwenn kini lebih ke arah kaku, entah kenapa Gwenn susah untuk tersenyum kepada pria didepannya ini setelah membayangkan apa yang sudah mereka lalui dulu.

Gwenn masih sangat membencinya.

Richard tersenyum ke arah Gwenn, dengan tatapannya yang berbinar seolah menemukan sesuatu yang menarik baginya, pria itu membetulkan letak dasinya dan berhenti tepat didepan Gwenn. Richard mengancungkan jari telunjuknya ke atas, mengisyaratkan sekertarisnya itu untuk pergi dari sana dan meninggalkannya dengan Gwenn. 

"Kenapa kau repot-repot mengajakku bertemu di kafe? Kita bisa bertemu di kantorku saja," dengan nada bicaranya yang terdengar girang, Richard berujar tanpa menghilangkan senyum lebarnya.

Tiba-tiba pria itu melebarkan matanya dan membuat ekspresi seolah dia tengah terkejut, "Kau masih ingat tempatnya kan? Aku masih ingat dulu kau sering sengaja makan siang disana untuk menemani ayahmu karena takut dia akan melewatkan makan siangnya karena terlalu sibuk," lanjutnya sebelum tertawa kecil dan berakhir menatap Gwenn untuk menunggu responnya.

Gwenn menggertakkan giginya dengan keras, sebisa mungkin Gwenn harus menahan emosinya agar tidak meluap keluar mengingat Gwenn harus profesional dalam pekerjaannya. Seharusnya Gwenn sudah tahu betul dari awal kalau pertemuan hari in tidak akan berjalan dengan lancar seperti sebuah pertemuan formal pada umumnya.

"Senang bertemu denganmu Mr. Richard," ujar Gwenn sebelum menampilkan senyum paksanya dan mempersilahkan pria itu untuk duduk.

Dunia ini memang kejam, ia harus tunduk kepada orang yang mempunyai kuasa dan terlebih lagi dengan sifat bejatnya itu. Fakta bahwa mereka berada disatu ruangan yang sama dan berinteraksi sedekat ini membuatnya terasa sesak dan ingin cepat keluar dari sana.

"Aku akan memesan minuman untukmu..."

"Tidak perlu, aku hanya sebentar disini karena pekerjaanku masih banyak."

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang