Epilog

275 6 2
                                    

Belakangan ini, headline berita pada media benar-benar tidak bisa terlepas dari nama Akiro dan Gwenn. Mulai dari respon positif orang-orang terhadap Lily membuat skandalnya lenyap dalam waktu singkat dan kabar mengenai Akiro yang mulai membuka diri dan membawa Lily untuk mengunjungi pusat rehabilitasi benar-benar membuat Gwenn lega. Pada akhirnya, gaun pengantin yang ia kerjakan sebelum fokus pada penyembuhannya akan dinobatkan sebagai karya terakhirnya.

Sharren juga tidak pernah muncul lagi ke hadapan Gwenn dan kabar terakhir yang Gwenn dapati mengenai Hans adalah pria itu sedang berada di balik jeruji karena ketahuan memukul orang saat tengah mabuk berat. Gwenn hanya berharap, melalui penangkapan itu ayah Akiro dapat merenungkan kembali tindakannya selama ini.

Pada akhirnya, kita sampai pada acara ulang tahun Victoria. Bersamaan dengan rumor perilisan kepemimpinan Gwenn yang baru, pesta tersebut berhasil menarik perhatian banyak media dan pihak-pihak perusahaan lainnya. Digelar pada salah satu kapal kapal pesiar ISC, perusahaan milik Akiro yang membuat orang-orang berlomba untuk dapat hadir guna menyaksikan kemegahan pesta itu dengan mata mereka sendiri.

Tampak luar kapal raksasa itu memberi kesan megah dengan segala fasilitasnya. Didukung gelapnya langit malam, cahaya emas pada kotak-kotak jendela yang berguna sebagai tempat para penumpang beristirahat itu berkilau menarik mata. Mulai dari area restoran yang menyediakan berbagai hidangan yang memanjakan lidah, hiburan seperti klub, tempat casino hingga area spa sebagai teman perjalanan mereka.

Selepas memberikan kata sambutan dan menyapa tamu yang tidak ada habisnya di area aula, Gwenn memutuskan untuk mencari udara segar di luar sembari memandangi ombak laut yang bergerak pelan ditemani hembusan angin malam yang perlahan terasa menusuk permukaan kulitnya.

"Melamun?"

Bahu Gwenn terkesiap kaget saat permukaan sebuah jas membungkus bahu telanjangnya dengan erat. Gwennn berbalik dan menemukan Akiro yang tersenyum kecil ke arahnya sembari mengancingkan jasnya, memastikan agar Gwenn tidak kedinginan.

Menolak untuk melewatkan kesempatan emas yang tidak akan datang kepadanya lagi, mata Gwenn secara otomatis tertarik untuk mengamati penampilan Akiro malam ini. Pria itu terlihat tampan dengan rambutnya yang sudah tersisir rapi namun sesekali bergerak asal karena hembusan angin.

"Iya, pemandangan disini sangat bagus," balas Gwenn sebelum hendak menancapkan padnangannya ke depan lagi terhenti karena perkataan Akiro selanjutnya.

"Aku rasa wajah tampanku tidak kalah menarik dengan pemandangan disana Gwenn," ujarnya dengan anda percaya dirinya hingga detik selanjutnya pria itu terkekeh dengan kalimatnya sendiri atau lebih tepatnya ketika melihat wajah Gwenn yang berubah jijik.

"Aku menghormati rasa percaya dirimu itu," ujar Gwenn dan kembali memaku pandangannya ke depan.

Hening melanda keduanya saat Akiro memanfaatkan jeda singkat itu untuk memperhatikan wajah Gwenn dari samping.

"Gwenn," panggil Akiro akhirnya yang hanya dijawabi gumaman singkat oleh Gwenn.

"Gwenn," berusaha menarik perhatian Gwenn, Akiro memutuskan untuk mengusik ketenangan Gwenn.

"Kenapa lagi..." kalimat Gwenn terpotong ketika merasakan tangannya diraih oleh Akiro dan secara tiba-tiba Akiro menyematkan sesuatu pada jari manisnya sebelum berakhir mengusap permukaan tangannya secara lembut.

"Apa ini?" layaknya orang bodoh, Gwenn melempar pertanyaan itu.

"Cincin," jawab Akiro polos.

Mata Gwenn tidak berkedip saat ia kembali bertanya, "Maksudnya, kau sedang melamarku sekarang?"

Akiro mengagguk, "Kuakui, kau memang cerdas membaca situasi."

"Tapi kau bahkan belum bertanya kepadaku dan aku juga belum menjawa," balas Gwenn dengan sedikit kesal. Jika ingin jujur, momen penting seperti ini harusnya berjalan secara penuh istimewa yang penuh dengan kejadian krusial tertentu sehingga bisa diingat dan diceritakan untuk anak-anak mereka kedepannya.

Akiro menggeleng, masih dengan raut tenangnya, " Tidak perlu, aku sudah tahu jawabanmu."

Mulut Gwenn terbuka lebar, lamaran macam apa ini? Tidak romantis sama sekali, bahkan jika dipikir kembali, Gwenn tidak bisa menyalahkan Akiro mengingat pria itu belum pernah berpacaran setelah putus dari Gwenn dulu.

Akiro tersenyum ketika mendapati raut terkejut Gwenn, "Sekalipun kau menolakku, aku akan tetap menjadi satu-satunya orang yang menyematkan cincin di jari manismu ini," ujar Akiro kemudian mencium lembut jari manis Gwenn.

"Pemaksa."

"Hanya untukmu Vee."

—-

Happy ending for their sweet journey.

Give applauseee, akhirnya bisa tamatin cerita ini sebelum sempat berhenti beberapa minggu. 

Makasih buat yang udah  baca sampai selesai, jangan lupa berkunjung ke karya aku yang lain n see you on the next journey ^^


Full of love

-ThIsGiRlAw

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang