Teriakan Gwenn menggelegar diseluruh apartemen Akiro bahkan membuat James terperanjat kaget diawal dan hampir menjatuhkan ponselnya kalau Akiro tidak melototkan mataya ke arah James dan berbicara melalui gerakan mulutnya.
"Matikan atau kau dipecat."
Kalimat itu dapat James tangkap secara teramat jelas layaknya teriakan bagai petir Gwenn. Tanpa aba-aba dan tanpa peringatan terlebih dahulu.
James menggaruk pipinya sebelum berujar cepat, " Maaf Mrs. Victoria, nanti aku akan menghubungimu lagi," kemudian James menutup panggilan itu sepihak dan segera menarik napas panjang guna meredakan jantungnya yang berdetak cepat.
James menoleh ke arah sofa dan Akiro sudah menghilang entah kemana.
"Bahkan jadwalku lebih sibuk daripada dia tapi kenapa aku harus repot-repot meneleponnya," Gwenn bergumam jengkel namun tetap ia lakukan juga. Di sela kesibukannya ia juga tetap menyempatkan waktu untuk mengeluarkan protesnya terhadap Akiro. Aneh memang.
Grace yang sibuk memperhatikan Gwenn sedari awal akhirnya ikut menyuarakan pendapatnya.
"Gwenn, kurasa kau harus berlatih meditasi. Belakangan ini emosimu seperti biji jagung popcorn, menurut berita yang kubaca, meditasi bisa..."
Kalimat Grace terhenti kala Gwenn melayangkan tatapan nyalangnya ke arah Grace, sangat tajam dan menusuk tepat ke arah tembok keberanian Grace.
Grace mengangkat kedua tangannya ke atas, "Oke aku akan kembali bekerja," ujar Grace kemudian berlari cepat meninggalkan ruangan Gwenn sebelum memutar tubuhnya dan kembali menghampiri mea kerja Gwenn.
"Ponselku tinggal," Grace tersenyum kecil kemudian wanita itu benar-benar meninggalkan ruangan Gwenn.
Gwenn menatap lekat-lekat kontrak kerja samanya yang dikembalikan oleh pihak Akiro kemarin.
Ingat. Gwenn tidak pernah menyerah dengan mudah.
---
James mencari Akiro ke seluruh area apartemen pria itu dan berakhir menemukan Akiro sedang melakukan panggilan dengan seseorang didalam kamar tidurnya. Akiro berbicara dalam bahasa asing dengan aksennya yang terdengar sangat lancar dan fasih, bukan bahasa Inggris, tetapi bahasa asing yang tidak dapat James mengerti secara keseluruhan.
James masih memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka sampai terpaut jeda yang cukup lama diikuti Akiro yang mengubah gaya bicaranya dimana yang tadinya lebih terdengar formal menjadi lebih akrab. James menebak-nebak kalau panggilan yang tersambung itu sudah berganti orang.
Jujur James benar-benar penasaran sekarang, siapa kedua orang yang sedang berbicara dengan Akiro itu?
Kini nada bicara Akiro terdengar lebih girang, terlebih lagi obrolan mereka yang menggunakan bahasa Inggris itu membuat James otomatis mengembangkan senyumannya. Setidaknya walau tidak bisa mengerti secara keseluruhan, sedikit dari banyaknya kosakata masih bisa James cerna dengan baik. James mendapati beberapa kata kasar yang sering digunakan dan dilontarkan dengan nada bercanda seperti untuk sesama teman.
Akiro yang awalnyaberniat membuka mulut kembali untuk melontarkan balasan, akhirnya berhenti kala tatapannya tertuju pada lukisan kaca yang bergantung tepat diatas kasurnya yang memberikan akses pantulan pemandangan pintu kamarnya secara jelas.
James terkejut bukan main, bahkan pria itu mengra kalau jantungnya akan lepas detik itu juga saat Akiro tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan menatapnya. James memegangi dadanya yang naik turun sembari sibuk mengatur kembali tarikan napasnya sebelum Akiro membuat gerakan mengusir dengan tangannya.
James mengerti perintah itu tapi James berakhir mengelengkan kepalanya membuat Akiro membasahi bibirnya tampak kesal. James dapat melihat Akiro mengakhiri panggilannya dan langsung melempar tatapan kesalnya ke arah James.
"Kau sudah boleh pulang, kita tidak ada jadwal kan hari ini? Setelah aku menelepon dengan temanku aku juga akan tidur jadi kau juga nikmati libur seharimu ini," ujar Akiro membuat James menyipitkan kedua matanya dengan tatapan menelitinya.
James mengambil langkah mendekati Akiro dan berakhir berjalan mengelilingi tubuh Akiro sembari membuat gerakan emngendus-endus layaknya seekor anjing.
Akiro menyatukan kedua alisnya bingung dengan sikap James, "Apa yang sedang kau lakukan?"
James berhenti tepat didepan Akiro dan mendongakkan kepalanya yang langsung bertatapan dengan kedua manik Akiro.
"Aku mencium bau kebohongan," ujar James sembari terus mempertahankan tatapannya, berusaha menemukan tanda-tanda keraguan dan raut panik dalam diri Akiro tetapi sayangnya James tidak menemukannya.
"Bohong?" Tanya Akiro masih dengan nada tenangnya.
Lihat saja, bahkan Akiro melipat tangannyasembari bersender pada dinding kamarnya seolah tuduhan James yang barusan tidak berefek apa-apa padanya. Jika nyatanya Akiro memang tengah menyembunyikan sesuatu padanya maka James perlu merekrut kontrak akting untuk Akiro. Pria itu benar-benar pandai menyembunyikan emosi dalam dirinya dan tahu betul letak pengendalian dirinya agar terus berada dalam batas yang stabil.
James memiringkan kepalanya sedikit , tampak berpikirr, "Kau sangat mencurigakan belakangan ini. Dan kemarin malam kau kemana? Aku menunggumu di apartemen sambil membawa satu box ayam goreng untuk makan malam kita tapi sampai jam dua belas malam kau tidak kunjung pulang-pulang?" Dengan nada bicara yang dimirip-miripkan layaknya seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangkanya, James bertanya dengan nada seperti itu.
"Aku ada urusan," jawab Akiro singkat.
Dahi James berkerut, "Kenapa urusanmu sangat banyak belakangan ini?"
"Iya, karena aku orang yang sibuk."
James menampilkan raut terkejut yang ia buat-buat, "Tidak perlu sombong begitu, aku tahu kau sibuk tapi kau LEBIH...lebih sibuk belakangan ini," James menekankan nada bicaranya sambil menatap lurus ke arah Akiro.
Akiro menaikkan alis kanannya, sepertinya pertanyaan James tidak akan selesai dengan cepat kecuali Akiro memberikan jawaban yang memuaskan baginya.
"Ada urusan yang harus aku urus dan aku tidak perlu menceritakan semuanya kepadamu karena kau tidak perlu tahu," ujar Akiro jujur layaknya sebuah tamparan kuat kepada James.
Mulut James menganga, "Kenapa? Aku ini manajermu kan?"
"Karena tugas manajer itu mengatur jadwal pemotretan dan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaanku sebagai model," ujar Akiro yang lagi-lagi mengungkakan fakta kuat yang tak bisa dibantah oleh James.
"Memang benar, tapi kau berbicara seolah kau mempunyai pekerjaan lain saja. Hei, tapi urusa pribadimu juga penting bagiku," ujar James berseru diakhir.
"Jika kau sampai memiliki skandal diluar maka matilah aku. Ingat, aku tidak mau popularitas kita yang baru naik itu lenyap seketika. Kau bahkan masih harus membayar uang sewa apartemenmu yang sangat mahal ini. Kamera akan mengawasimu dimana-mana seperti bayanganmu sendiri. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh diluar, terutama tempat pertama yang harus kau hindari. Kelab malam, tempat dimana semua aura negatif berkumpul."
"Iya, dasar bawel. Lagian aku sudah cukup umur untuk kesana..."
James mendadak mengangkat tangan kanannya ke atas seperti hendak melayangkan protesnya, "Tapi citramu dipublik sudah terlanjut dikenal sebagai seorag pria cerdas dengan pendidikan yang tinggi, berlatar belakang keluarga yang harmonis tak lupa baik hati dan tampan. Kau harus sempurna Akiro," peringat James, jaga-jaga kalau Akiro lupa dengan topeng yang diberikan agensi mereka kepadanya saat hari pertama Akiro direkrut sebagai model mereka.
Tiba-tiba ponsel Akiro kembali bergetar, seolah sudah tahu siapa pelakunya Akiro segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan segera mengunci pintunya ketika James ingin ikut masuk.
Mata James mengerjap beberapa kali saat pintu toilet berada tepat didepan pandangannya, hampir saja jeblakan pintu dari gerakan tangan Akiro menampar wajahnya. Lagi-lagi James berusaha menajamkan pendengaran dengan menempelkan telinganya pada daun pintu, tetapi nihil. Akiro sengaa mengecilkan suara dan berdiri agak jauhan dari pintu membuat aksees James benar-benar terhambat total.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL CONTRACT
Random[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Sejak mereka putus saat duduk di bangku sekolah menengah atas, Gwenn tidak pernah mendengar kabar Akiro lagi. Hingga namanya yang tiba-tiba me...