3. Gwenn's Life

292 17 5
                                    

"Aku sudah menemukan seorang model yang cocok untuk mensponsori produk keluaran terbaru kita kali ini."

Seorang wanita yang sedari tadi tengah memfokuskan pandangannya pada layar laptopnya langsung mengalihkan tatapannya. Lipstik merah menyala pada bibirnya berhasil meninggalkan kesan pertama yang kuat. Sudut bibirnya melengkung sempurna sebelum menyampirkan rambut bergelombangnya ke belakang. Sepertinya ia bisa pulang cepat hari ini.

"Siapa?" Tanyanya, tak mampu menahan tatapan berbinarnya kala Grace, sekertarisnya itu menyerahkan sebuah folder berwarna hitam ke atas meja kerjanya.

Wanita itu langsung menyambar cepat dan membukanya, dengan gesit renanya bergerak menyusuri kalimat per kalimat yang berisi syarat-syarat untuk kerja sama kali ini sebelum tatapannya berhenti pada kolom tanda tangan terletak.

"Mr. Kiro?" Gumamnya tanpa sadar, ia seperti tidak asing dengan nama ini. Alisnya menyatu saat sisi waspada dalam dirinya mendadak bangkit, entah kenapa perasaannya berubah tidak enak.

Grace menangguk pelan sembari menyalakan ipad pada genggamannya, "Ah, itu hanya panggilannya tiap kali menandatangani sebuah kontrak. Nama lengkapnya itu Akiro Yutaka," ujar Grace pelan kemudian mengetikkan sesuatu pda layar ipad-nya dan menyodorkannya ke arah Gwenn.

Gwenn Victoria, namanya lengkapnya. Seorang wanita gila kerja yang ambisius dan terkenal dengan sikap angkuhnya-mungkin karena hal itu banyak rumor beredar kalau sampai detik ini wanita itu belum pernah memiliki kekasih karena sikapnya yang cenderung acuh.

Mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang fashion pakaian merupakan impiannya sejak kecil. Gwenn menyukai hal-hal yang terlihat cantik dan memikat mata, menurutnya seseorang dengan pakaian yang bagus bisa menjadikan dirinya bintang yang menjadi pusat perhatian dengan menarik fokus semua orang, hanya kepadanya seorang. Perusahaannya berfokus pada model-model pakaian berupa gaun yang belakangan ini sering kali menjadi tren anak muda. Mereka juga banyak bekerja sama dengan beberapa desainer ternama untuk mendukung brand mereka agar bisa menguasai pasar masyarakat. Tak jarang juga ia mengait kontrak dengan event besar guna memperkenalkan pakaiannya kepada publik.

Gwenn memfokuskan tatapannya, foto seorang pria terpampang jelas sembari memegang tropi penghargaannya. Tatapannya yang mendominasi berhasil mencuri perhatan Gwenn, menyihirnya untuk tetap memepertahankan tatapannya selama beberapa saat. Walaupun pria itu berubah banyak, tidak, bahkan berubah sangat-sangat banyak, Gwenn tetap bisa mengenalinya hanya dari melihat mata pria itu.

Gwen akhirnya mengerjap beberapa kali saat dirinya ditarik paksa untuk kembali pada sebuah realita. Gwen menggeleng dengan tatapan kosongnya yang terarah ke depan.

Tidak mungkin, tidak mungkin dia.

Tidak mungkin kan?

Gwenn memejamkan kedua matanya rapat untuk beberapa saat guna menarik napas panjang-panjang membuat Grace mematikan layar ipad-nya dan menatap khawatir ke arah gadis itu.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Grace ketika Gwenn mendongakkan kepalanya kemudian melepar tatapan horornya ke arah Gwenn. Seolah Grace telah melakukan kesalahan yang teramat besar yang berhasil memancing amarah gadis itu untuk menguap naik.

"Kau sudah mengirim file-nya kepada mereka?" Tanya Gwenn, nada bicaranya tidak meninggi tapi Grace tahu betul kalau tembok kesabaran gadis itu sudah terkikis banyak.

Grace menyatukan kedua telapak tangannya didepan dadanya sebelum menangguk yang langsung membuat Gwenn berdiri dengan cepat membuat roda kursi kerjanya terseret dan berakhir membentur jendela kaca ruangannya dengan keras.

Gwenn melebarkan matanya membuat Grace yang masih memperhatikan setiap gerak gerik gadis itu meringis sejenak, ia hanya berharap bola mata gadis itu tidak copot dan menggelinding pada dinginnya lantai marmer kantor. 

Bagaimana reaksi pria itu nanti ketika menerimanya? Jujur, Gwenn benar-benar tidak sanggup untuk membayangkannya.

Gwenn mendaratkan kedua tangannya pada sisi meja kerjanya dan berakhir membungkuk sedikit sembari melayangkan tatapan nyalangnya ke arah Grace. Gwenn menggerakkan jari telunjuknya ke arah Grace, mengisyaratkan gadis itu untuk mendekat ke arahnya.

"Grace sayang," panggil Gwenn pelan yang langsung dibaas anggukan oleh Grace.

"Tolong ingatkan aku kalau kita sudah berteman selama delapan tahun atau aku bisa saja membunuhmu sekarang juga," padahal Gwenn sudah mengucapkannya dengan penuh penekanan tapi yang ia saksikan hanyalah sikap santai Grace.

Grace menggeleng, "Ralat, delapan tahun enam bulan."

'Maafkan aku, Gwenn sayang. Aku mencintaimu,' lanjut Grace dalam hati sebelum menarik napas dan mengambil langkah lebih dekat ke arah Gwenn.

"Kenapa kau bersikap berlebihan begini? Aku hanya melihat kalau dia itu terlihat profesional?" Jeda sejenak sebelum Grace kembali melanjutkan, "Jadi aku berniat merekrutnya. Tapi melihat sikapmu yang begini, aku curiga, apa kau memang mengenalnya?" Tanya Grace diakhir dengan raut menelitinya sembari berjalan mengelilingi meja kerja Gwenn dan berhenti tepat disamping gadis itu.

Bahu Gwenn menegang ketika Grace merangkul bahunya, Gwenn tidak berani menatap mata wanita itu sekarang. Gwenn berani bersumpah demi apapun, kalau sekali dia bertatapan mata dengan Grace maka layaknya sihir, wanita itu dapat dengan mudah mendeteksi dengan mudah apakah Gwenn sedang berbohong atau tidak.

Jika Gwenn menjawabnya, 'Mana mungkin, jangan sok tahu', maka Grace akan menjawab, 'Kau itu tidak pandai berbohong, bibirmu mengering dan bahumu mendadak keras sepeti batu dan yang paling penting, kau tidak berani menatapku. Bola matamu itu sedang berpetualang ke segala arah Gwenn,' dan detik itu juga Gwenn sudah mati kutu.

Gwenn membersihkan tenggorokannya sekali sebelum mengibaskan lengannya dengan cepat, "Tidak, siapa yang mengenalnya. Memangnya dia seterkenal itu? Siapa tadi namanya? Mr. Biro? Nama yang jelek," ujar Gwenn kemudian berjalan mendahului Grace membaut rangkulannya terlepas.

Grace menatap punggung Gwenn yang berjalan mendahuluinya sembari mengulum senyum, "Mr. Kiro," koreksi Grace.

"Nah, maksudku Mr. Kiro."

"Oke-oke, aku percaya kepadamu. Jadi bagaimana untuk proposalnya? Kau setuju kan?" Tanya Grace, mereka hampir melupakan masalah proposal kontrak tadi.

Bagai disambar petir, amarah Gwenn tahu-tahu sudah mencapai puncaknya lagi. Gwenn berbalik kemudian sembari melipat tangannya, Gwenn menampilkan raut sombongnya, "Sejak kapan perusahaan kita menerima model pemula dan tidak berpengalaman seperti dia?"

"Buang!" Teriakan Gwenn menggelegar diikuti suara pintu yang dibanting keras membuat Grace tersentak sekali.

Grace hanya menggeleng melihat tingkah Gwenn barusan, wanita itu bilang tidak mengenalnya tetapi kenapa harus semarah ini?

Lihat, Grace memang tidak salah soal Gwenn yang tidak pandai berbohong. 

---

Thanks For Reading

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang