Dino terdiam, tampak berusaha menyelami kedua manik Gwenn untuk menemukan kejujuran disana. Seolah kecewa dengan hasil yang Gwenn berikan, Dino mengambil langkah mundur kemudian menghampiri Akiro yang masih terduduk diatas lantai.
"Dasar baj*ngan beruntung. Aku tidak akan menganggu kalian lagi dan kau, selamat karena sudah diajak untuk hidup didalam tempurung ayahnya itu," umpat Dino kepada Akiro sebelum pergi dari sana, melewati Gwenn tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.
Bahu Gwenn merosot ke bawah, terdengar tarikan napasnya yang cepat dan kuat sebelum Gwenn berlari ke arah wastafel dan menyalakan kran airnya. Gwenn membasahi telapak tangannya dengan air kemudian mengusap pipinya scara berulang, semakin cepat dan semakin kasar. Gwenn menatap pantulan dirinya dalam kaca, tanpa sadar air matanya keluar tanpa kendalinya. Hubungannya dengan Dino benar-benar hancur hari itu, makin kusut dan Gwenn terlalu lemah untuk memperbaikinya kembali.
Akiro tiba-tiba bangun dari duduknya kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun ia berjalan keluar dari area toilet.
"Dasar pria tidak tahu terima kasih," gumam Gwenn.
Rasa penyesalan itu hampir menguap keluar dari diri Gwenn sebelum ia mendengar sebuah langkah kaki lagi, ternyata Akiro berjalan masuk kembali.
"Terima kasih," ujarnya pelan sebelum benar-benar pergi dari sana.
—-
Sesaat setelah keluar dari toilet, Gwenn mendapati Dino yang sedang menunggu didepan sembari melipat tanganny. Langkah Gwenn terhenti kala tatapan mereka bertemu sebelum akhirnya Gwenn memutuskannya terlebih dahulu.
"Ada apa lagi?" Tanya Gwenn, jujur tenaganya lumayan terkuras hari ini, rasanya Gwenn ingin pulang untuk merendam diri selama berjam-jam. Seperti yang Dino katakan, Gwenn merupakan anak manja yang selalu bergantung pada kekayaan dan koneksi ayahnya, jadi Gwenn akan benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Toh, tidak banyak orang yang bisa menjadi sepertinya jadi kenapa Gwenn harus bersedih dengan fakta itu.
"Aku sedang memikirkan sesuatu yang menarik," ujar Dino tiba-tiba sembari tersenyum miring yang tanpa sadar mengundang pikiran negatif dalam diri Gwenn untuk meluap keluar.
"Maksudnya?"
"Berhubung kau bersikap sok pahlawan di depan anak bodoh itu..."
"Wah, otakmu sedang bermasalah? Perlu kukompres dengan kran air dari toilet? Kau lupa siapa yang menempati peringkat pertama di tingkatan kita?" Ujar Gwen sembari berdecak geli setelah melihat betapa tidak malunya Dino sekarang.
"Jadi, sebagai orang yang menempati peringkat terakhir ini ingin memberikan kalian sebuah hadiah," dengan susah payah Dino menahan rasa kesalnya dan tetap mempertahankan senyuman merendahkannya.
"Aku tidak akan menganggu dia lagi tapi sebagai gantinya kau harus melakukan sesuatu untukku," lanjut Dino membuat Gwenn sontak mendongak menatapnya.
"Permainan apa yang sedang kau mainkan ini Dino?"
"Taruhan, mari lakukan taruhan," ujar Dino sembari menatap lurus kedua manik Gwenn, menandakan dia serius dengan kalimatnya barusan.
"Pacari dia selama sebulan dan buat dia patah hati."
Gwenn menatap tak percaya ke arah Dino, "Aku tidak mengenalmu lagi. Kenapa kau seperti ini? Kau ada malah dengan ayahmu?"
"Jangan bawa-bawa pria itu, dia tidak ada hubungannya dengan ini," nada biacara Dino menegas bersamaan dengan Gwenn yang terdiam sebab terkejut.
"Kau berjanji setelah itu, kau tidak akan menganggunya lagi?" Tanya Gwenn dan kini Dino yang terdiam, renanya tampak bergetar untuk sesaat seolah tak percaya kalau Gwenn akan menerima ide gilanya itu. Seharusnya ia tahu sifat Gwenn yang tidak mau kalah itu, jadi Dino tidak berbuat hal konyol seperti ini yang bisa saja ia sesali di masa depan.
"Aku setuju."
"Jika kau gagal, maka kau harus menjadi pacarku," lanjut Dino membuat Gwenn melebarkan matanya.
"Kau tahu aku tidak akan kalah dengan mudah, apalagi dengan orang sepertimu," Gwenn berujar serius sebelum tersenyum kecil.
"Daripada mempertahankan pertemanan kita kau lebih memilih status seperti ini?" Jauh di lubuk hatinya Gwenn masih berharap Dino menyesali keputusannya hari ini dan menghentikan permainan gilanya ini.
"Memangnya kita pernah berteman? Statusku selama ini adalah sebagai anak dari asisten ayahmu," ujar Dino, tatapnnya menyiratkan perasaan terlukanya dan sedikit bercampur emosi. Gwenn tidak tahu kalau selama ini Dino menganggap hubungan mereka seperti itu.
"Dan orang yang kau bela itu patut di sebut si bodoh yang lemah dan menyedihkan. Dia dilahirkan untuk takdir itu dan dia harus menerimanya," ujar Dino kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Gwenn sendirian dengan pikirannya yang kosong.
"Jangan lupa dengan taruhan kita sayang!" Teriakan Dino tersengar untuk terakhir kalinya sebelum ia membelok pada belokan di ujung lorong.
Gwenn harus menerima konsekuensinya, baginya ini adalah hukuman bagi dirinya yang sudah melanggar prinsip hidupnya selama ini.
---
Richard permisi untuk menyapa tamu yang lainnya, menyisahkan Gwenn dengan Dino disana.
Keheningan berhasil menyergap mereka untuk beberapa waktu lalu sebelum Dino meraih segelas wine dari seorang pelayan yang berjalan melewatinya dan menyodorkanya ke arah Gwenn.
"Terima kasih."
Richard mengamati Gwenn yang sedang meneguk isinya secara perlahan kemudian memutuskan untuk buka suara.
"Aku mendengar kau membuka tokomu sendiri?" Tanya Dino, nada bicaranya berubah pelan dan cenderung hati-hati.
Gwenn menangguk pelan sebagai jawaban.
"Lain kali aku akan berkunjung kalau begitu," ujar Dino yang langsung berhasil menarik fokus Gwenn.
"Tidak perlu, kupikir hubungan kita tidak sedekat itu untuk sebuah kunjungan seperti itu," jawab Gwenn jujur.
Dino terdiam, namun seolah tak menyerah ia kembali berujar, "Kalau begitu sebuah makan malam? Kau ada waktu minggu ini? Kurasa banyak hal yang harus kita bahas."
Gwenn menaikkan alis kanannya sembari menatap ke arah Dino sebelum tersenyum kecil.
"Bagaimana kalau seperti ini, jika kau berhasil membujuk Mr. Richard untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan toko bajuku maka aku akan makan malam denganmu," ujar Gwenn sembari menatap semangat ke arah Dino.
"Kau yakin bisa melakukannya kan?" Tanya Gwenn dengan nada tak yakinnya, cenderung meremehkan sebab Gwenn tahu betul hubungan Dino dengan Richard tidak terlalu baik sedari dulu.
Berusaha menutupi kecanggungan dalam dirinya, Dino tersenyum dengan lebar, "Itu hal yang mudah."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL CONTRACT
Random[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Sejak mereka putus saat duduk di bangku sekolah menengah atas, Gwenn tidak pernah mendengar kabar Akiro lagi. Hingga namanya yang tiba-tiba me...