42. Sabrinna Spencer

103 3 0
                                    

Dino mendongakkan kepalanya saat pintu ruangannya terbuka, menampakkan Richard yang berjalan dengan langkah tergesa-gesanya ke arahnya. Di luar dugaan Dino, Richard melayangkan tangannya secara cepat untuk meraih pena yang tergeletak di atas meja kerja Dino, kemudian melemparnya tepat ke arah Dino. Dengan gesit, Dino menumpuhkan beban tubuhnya pada roda di kursi kerjanya, mendorongnya secara kuat yang berakhir menampar bagian ujung dinding ruangannya. Ujung pena itu melambung jauh dan nyaris tertancap pada mata kiri Dino jika refleks tubuhnya itu lengah barang sedetik saja.

Tarikan napas Dino terasa cepat dan kuat sebelum melayangkan tatapan terkejutnya ke arah Richard, "Apa yang kau lakukan," teriak Dino dengan suara lantangnya.

"Seharusnya aku tidak mempercayakan jabatan ini untukmu," desis Richard sembari menatap tajam ke arah Dino dengan wajahnya yang mengeras marah.

Richard melakukan sebuah kesalahan besar dengan menyerahkan jabatan sementara ini kepada Dino, bukannya membaik, perusahannya bahkan melenceng jauh dari jalur normalnya, target penjualan mereka menurun drastis, skandal-skandal aneh yang terus menguap, kepercayaan para pekerja terhadap perusahaan yang semakin merendah. Perusahaan mereka memang terbilang cukup besar untuk runtuh dalam hitungan hari seperti ini, tapi jika semua aspek didalamnya secara bersamaa hancur dalam sekejap maka hal yang tidak memungkinkan itu juga bisa terjadi.

Dino bisa menebak alasan kemarahan Richard sekarang ini. Pertama karena perilisan konsep tak terduga dari Vee, toko kecil yang tampaknya tak akan bisa menjadi ancaman bagi perusahaan raksasa seperti mereka mendadak berubah menjadi parasit yang menyebalkan. Perlahan-lahan menggerogoti kepercayaan masyarakat bersamaan dengan rumor-rumor aneh mengenai alasan perpindahan jabatan ini. Terutama dengan rumor beberapa kerja sama ilegal yang melanggar aturan pemerintahan, pengunjung palsu pada acara pergelaran busana mereka tahun lalu-agar terlihat ramai mereka sengaja membayar orang-orang dengan identitas anonim untuk membantu meramaikan, foto terkait isu perselingkuhan Richard dengan Bella.

Dino sudah berusaha untuk mencari tahu dari mana sumber semua rumor tidak jelas itu yang bahkan beberapa darinya memiliki bukti berupa foto struk transaksi ataupun foto Richard yang tampak masuk ke sebuah hotel bintang lima ternama di kota dengan Bella. Tapi semua membutuhkan waktu, sebab Dino tahu, ada pihak yang benar-benar mempunyai rasa benci kepada Richard-terlihat dari bagaimana ia menyerang semua hal yang berhubungan dengan pria itu- dan rasanya orang itu terlalu kuat untuk Dino hadapi.

Anehnya, semua hal itu sekonyong-konyong muncul saat Dino baru saja beradaptasi pada jabatan barunya ini. Meruntuhkan kepercayaan yang Richard berikan kepadanya dan berakhir pada sebuah asumsi kalau Dino memang tidak pantas mendapatkan jabatan ini.

Dino menurunkan ponsel yang sedari tadi berada dalam genggamannya ke bawah, kemudian memilih untuk memfokuskan pandangan ke arah Richard yang tampak siap melampiaskan emosinya kepadanya.

"Kau memang tidak berguna, kau bahkan tidak bisa menangani wanita lemah seperti dia," desis Richard lagi dengan nada merendahkannya membuat rena Dino berkilat tertarik sebelum tersenyum kecil.

"Maksudmu Gwenn? Kurasa dia bukan wanita lemah seperti yang kau katakan," ujar Dino dengan nada menantangnya, matanya menatap tak suka saat Richard meremehkan Gwenn seperti itu.

Richard tiba-tiba mengeluarkan selembar foto dari balik saku jasnya kemudian melemparnya ke atas meja kerja Dino. Di dalam foto itu, terlihat interaksi Gwenn dengan sekertarisnya diikuti Akiro dan Eric. Dino tidak tahu kalau hubungan mereka akan sedekat itu, ia tahu obsesi Richard terhadap perusahaan kapal pesiar milik Eric itu. Richard bermimpi untuk menggelar acara pergelaran busananya tahun depan di atas kapal pesiar mewah milik ISC Company, sekaligus sebagai perayaan ulang tahun ke-30 perusahaan mereka.

Namun Dino tidak tahu kalau hubungan Akiro dan Eric akan sedekat itu, ia kira mereka hanya sebatas teman lama yang berakhir menjadi sebatas kenalan.

"Dia memanfaatkan Akiro untuk dekat dengan Eric," ujar Richard singkat sembari menatap nyalang ke arah Dino sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Dan kau? Duduk seperti orang bodoh yang bahkan tidak bisa memanfaatkan teman kecil merepotkanmu itu. Baik pekerjaan dan kehidupan asmaramu benar-benar berantakan," hinaan itu keluar dari mulut Richard dengan lancar, seolah asumsinya itu sudah paling benar, ia memuntahkannya tanpa memikirkan perasaan Dino saat itu.

Dino merasa sakit hati, tetapi ia tidak bisa menepis fakta pahit itu dalam dirinya. Dino mengakuinya.

Dino terdiam sejenak, berusaha menjernihkan pikiran dengan menarik napas panjangnya sekali sebelum mendongakkan kepala dan menatap lurus ke arah Richard.

"Kalau begitu ijinkan Gwenn untuk datang ke pesta itu," ujar Dino serius.

Richard terdiam sejenak sebelum kembali mengeluarkan suaranya, "Apa rencanamu?"

"Lihat saja nanti, mungkin saja orang yang kau coba bunuh beberapa waktu lalu ini akan membuatmu terkejut hingga lupa bernapas."

Richard berusaha menyelami kedua rena Dino, tapi yang ia temukan hanyalah tatapan kesungguhan pria itu.

"Kuharap aku bisa mempercayaimu dan kau tidak akan mengecewakanku," ujar Richard dengan nada memperingatkannya.

"Merasa paling benar, aku hanya berharap sikapmu kepada putra angkatmu ini tidak akan mengecewakan mom," Dino tiba-tiba berdecih singkat, ia sudah muak melihat sikap tidak tahu malu Richard.

Secara jelas, semua rumor itu adalah perbuatan Richard sendiri, jika memang terkuak ke public, maka yang harus disalahkan dan dihina adalah pria itu sebab sudah banyak melakukan hal kotor dalam hidupnya. Tapi hanya karena Dino mengambil ahli jabatannya seminggu yang lalu, Richard dengan sikap rendahannya itu menumpahkan semua luapan amarahnya kepada Dino.

Richard tiba-tiba melebarkan matanya, menahan napasnya saat tiba-tiba Dino mengangkat tangannya ke atas yang ternyata sedari tadi sedang memangku ponselnya. Sebuah panggilan tersambung dengan hitungan menit yang cukup lama berikut dengan sebuah nama yang terlihat jelas dalam tampilan layarnya.

Sabrinna Spencer, ibu dari Dino Spencer.

Dino menaikkan alis kanannya sembari tersenyum lebar, tampak menikmati raut pucat Richard sekarang.

Jujur, Dino menghargai kehadiran Richard selama ini dalam hidupnya. Dino pikir, ia bisa menggapai uluran tangan Richard layaknya seorang putra yang sedang belajar bersepeda untuk pertama kali. Richard memberikannya keberanian, mendukungnya dari belakang untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Tetapi yang ia dapatkan adalah sebaliknya, tampaknya sikap pria itu semakin menjadi-jadi kian hari. Membuat Dino, terkadang menyesali fakta kalau ia pernah menyayangi pria di depannya ini.

Tampaknya Richard memanfaatkan perasaan tulusnya dan Dino pastikan, dia harus membayar mahal atas hal itu.

"Sayang..." panggil Richard, nada bicaranya berubah lembut dan terkesan berhati-hati dalam setiap pemilihan katanya sembari ia melangkah mendekat ke arah meja kerja Dino, memastikan agar suaranya terdengar jelas dalam panggilan.

"Panggil aku dengan nama."

Sebuah suara yang familiar bagi mereka berdua mengudara diantara suasana hening di ruangan. Memberi kesan dingin dan tak tersentuh, setiap ucapannya terdengar tegas, seolah member isyarat untuk lawan bicaranya, bahwa ucapannya merupakan sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

"Sabrinna, aku tidak bermaksud..."

Kalimat Richard terhenti saat wanita itu kembali bersuara yang berhasil melenyapkan keberanian Richard dan membuatnya berakhir berdiri membisu.

"Aku tidak perlu kau bekerja sekeras ini."

Richard memberanikan diri untuk mengucapkan pembelaannya saat tahu-tahu kalimatnya kembali dipotong dan hal itu berhasil membangkitkan amarahnya. Namun berbeda dengan awal, Richard tidak berani menaikkan nada bicaranya sekarang, berbeda saat ia berhadapan dengan Dino beberapa waktu lalu.

"Hancurnya perusahaan itu tidak akan berpengaruh kepadaku. Kau hanya perlu menjadi suami yang baik di depan kamera saja, aku bisa membiayai kebutuhanmu hingga kau meninggalkan dunia ini," ujar Sabrinna dengan nada percaya dirinya.

Richard lagi-lagi terdiam, rautnya tampak terluka. Tak mampu memberikan jawabannya lagi, Richard hanya berakhir melampiaskan rasa frustasinya pada kepalan tangannya yang mengeras. Perasaan dimana harga dirinya diinjak-injak tanpa bisa membalas benar-benar membuatnya menderita.

Dino melirik sekilas ke arah Richard sebelum berujar, "Mom, suamimu ini hanya membantuku untuk belajar soal mengelolah sebuah perusahaan. Mungkin caranya sedikit kasar, tapi peran seorang ayah memang cocok untuk hal ini?"

Richard terkejut mendengar pembelaan Dino, ketika dia menoleh ke arahnya, Dino sudah lebih dulu membuang wajahnya ke samping.

"Kau sangat bodoh Richard, dia bahkan membelamu di saat seperti ini," Sabrinna berujar dengan nada kerasnya sebelum terdengar helaan napas beratnya diakhir.

"Aku akan bekerja keras," akhirnya hanya itu yang dapat Richard katakan.

"Aku tidak perduli tentang kehidupan sampahmu itu. Tapi hanya satu yang kuminta, jangan sampai ketahuan. Jika itu terjadi, aku dan Dino akan meninggalkanmu," ujar Sabrinna dengan nada tegasnya.

Mati-matian Richard menahan diri untuk tidak melakukan pemberontakan, membungkus semua amarah yang menguasai dirinya dan hanya berakhir merespon dengan nada tenangnya.

"Aku mengerti."

Panggilan akhirnya ditutup secara sepihak saat Dino memberanikan diri untuk menatap ke arah Richard.

"Itu adalah pembelaan terakhirku untukmu dad."

Richard masih memperhatikan setiap gerak-gerik Dino, mulai dari memutuskan pandangan mereka kemudian melangkah dengan cepat keluar dari ruangan setelah mengatakan kalimat terakhirnya itu. Seolah sebuah batu besar tengah diarahkan beruntun ke arahnya, Richard merasa ia sudah melakukan suatu kesalahan besar. Richard bersumpah akan penglihatannya hari itu, kalau dia melihat Dino mengusap pipinya sekilas tepat saat berjalan melewati dirinya.

Detik berikutnya suara dentingan barang-barang pecah terdengar, Richard menyapu barang-barang yang di atas meja menggunakan lengannya. Richard mengacak rambutnya frustasi, semua hal tampaknya tak berjalan sesuai yang ia harapkan. Semuanya seakan sepakat untuk bergerak di luar jalur yang sudah disepakati di awal, bahkan beberapa dari mereka bergerak berbalik untuk menyerangnya.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang