Dibawah gelapnya malam, Akiro mengemudi dengan cepat. Ia membelokkan kemudinya guna membelah jalan raya yang lumayan padat sebelum berhenti di sebuah kelab malam. Setelah melewati pengawasan pada area pintu masuk, Akiro menjejalkan langkahnya dengan tergesa-gesa, renanya bergerak menyusuri seisi kelab, tatapan menelitinya bergerak fokus untuk mencari seseorang.
Melewati sekelompok orang yang tengah menari-nari dibawah lampu kelab yang menyala timbul tenggelam, Akiro mengeraskan rahangnya ketika tatapannya berhenti pada sosok pria yang duduk disebuah sofa melingkar ditemani seorang wanita disampingnya. Akiro masih setia memperhatikan mereka berdua, mulai dari pria itu yang melepaskan kacamata petaknya dan meletakkannya ke atas mejanya sebelum menarik tengkuk wanita itu dan mencumbunya dengan ganas. Tangan wanita itu refleks bergerak agresif, menyusuri rambut pria yang sudah hampir didominasi oleh uban itu.
(tangan wanita itu sebelum melingkarkan lengannya pada bahu wanita itu dan berakhir mencengkramnya dengan agresif. Mereka bercengkrama sesekali tertawa lebar dengan candaan yang mereka lontarkan sendiri)
Dengan pautan usia yang lumayan jauh, mereka bermesraan seolah hanya ada mereka berdua di dalam kelab itu.
Pria tersebut akhirnya menjauhkan wajahnya sebelum mengecup sekilas pipi wanita itu dan membisikkan sesuatu pada telinganya. Dengan fokusnya yang terpusat penuh ke arah mereka, Akiro dapat melihat pria itu tersenyum kecil sebelum meninggalkan wanita itu sendirian di area sofa, jalannya yang sedikit sempoyongan-menandakan si pria mabuk-membuatnya harus berpegangan kepada sisi-sisi dinding lorong kelab.
Akiro melangkah cepat untuk menghampiri wanita itu dan berhenti tepat dihadapannya. Merasakan kehadiran orang lain disekitarnya, wanita itu mendongak. Perawakan Akiro yang tegap dan menjulang tinggi berhasil menarik perhatiannya. Wanita itu tersenyum sebelum meletakkan gelas vodka-nya dan bangkit berdiri.
"Hi...Akiro?" dengan suara yang sengaja dilunakkan agar terdengar menggemaskan, wanita itu menyapa sebelum tersentak diakhir begitu menyadari siapa lawan bicaranya.
Raut Akiro berubah dingin ketika dengan kurang ajarnya tangan wanita itu menggapai lengannya dan memeluknya erat.
"Jauhi dia Sharren," ujar Akiro singkat, nada bicaranya terdengar menuntut dan penuh dengan peringatan.
"Kau mau aku menjauhi Hans?" tanya Sharren, matanya mengerjap beberapa kali dengan bibirnya yang sengaja ia lengkungkan ke bawah dan mengeleng sekali, "Ini bukan salahku, dia yang terus mendekatiku."
"Dan bagaimana aku bisa menjauhinya kalau dengan cara ini kau jadi bisa datang dan menghampiriku seperti ini ya kan?" senyum Sharren menggembang sebelum tangannya yang terangkat sembari menggambar pola-pola abstrak diudara.
Baik Hans dan Sharren, mereka berdua sama-sama mabuk hari ini.
"Perlu kuingatkan kalau usia kalian itu beda jauh dan dia lebih cocok untuk menjadi ayahmu," ujar Akiro masih berusaha sabar.
Sharren kemudian menangguk-angguk, "Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang menggantikan posisi Hans? Aku berjanji akan putus dengannya habis ini jika kau setuju untuk berkencan denganku," ujar Sharren lagi sebelum menunjuk dada Akiro dengan ajri telunjuknya dan mengedipkan matanya sekali.
Tangan Akiro terkepal keras ketika dengan tiba-tiba Sharren memeluknya dari depan. Akiro sudah hendak menghempaskan tubuhnya sebelum tatapannya beradu dengan sepasan rena yang sangat ia kenali itu. Terasa begitu dekat dan nyata, Akiro dapat merasakan keberadaannya, senyumannya dan tarikan napasnya didekatnya. Tatapannya masih sama seperti dulu, ada raut kesombongan berikut dengan gaya angkuhnya yang selalu Akiro ingat itu.
Gwenn Victoria, kenapa wanita itu bisa berada disana?
Sharren menyatukan alis bingung ketika tidak mendapati jawaban dari Akiro, ia menjauhkan kepalanya yang sebelumnya bersender pada bahu Akiro dan menatapnya dengan tangan yang masih melingkar pada pinggang pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL CONTRACT
Random[COMPLETED] Sepuluh tahun yang lalu, Gwenn mengira hubungannya dengan Akiro benar-benar sudah selesai. --- Sejak mereka putus saat duduk di bangku sekolah menengah atas, Gwenn tidak pernah mendengar kabar Akiro lagi. Hingga namanya yang tiba-tiba me...