Suasana sore yang menenangkan serta semilir angin yang berhembus menerpa wajah gadis muda yang mengayuh pedal sepedanya dengan cepat, ia mengendarai sepeda seperti sedang berusaha menghindari sesuatu dan benar saja kecemasannya terjawab saat tiba-tiba langit menurunkan hujan di sore hari yang damai itu.
Banyaknya orang dijalan menjadi berkurang karena menghindari guyuran hujan yang sangat deras, sangking derasnya banyak pengendara yang menepi untuk berteduh tapi tidak dengan gadis itu, dia masih bersepeda melawan derasnya hujan rupanya rasa cemasnya belum hilang selagi dia belum mencapai rumah secepat yang dia bisa.
Memasuki pekarangan rumah setelah memarkirkan sepeda gadis itu berlari kecil ke halaman belakang dan berniat masuk melalui pintu belakang yang ternyata di kunci, gadis itu mendengus sebal lalu kembali ke pintu depan, dia memutar knop pintu perlahan dan masuk, setelah melepas sepatu gadis cantik itu menjinjitkan langkahnya dan melangkah cepat melewati ruang tamu, niatnya yang ingin menghindari orang rumah telah gagal.
"Darimana?" tanya seorang pria yang membuat langkah si gadis terhenti
"kamu dari mana, Aqilla? gak dengar?" sentak suara berat lainnya
Gadis cantik yang di panggila Aqilla menoleh perlahan seraya menurunkan topi jaketnya,
"dari rumah temen, kak" jawabnya
"semua teman mu sudah kakak hubungi, teman yang mana?" tanya pria berkacamata sambil menatap sinis adik perempuannya yang basah kuyup
"amm..." Aqilla berusaha mencari jawaban yang tepat agar kakaknya tidak curiga, tapi sialnya otak dia tidak bekerja dengan benar yang membuatnya hanya diam,
"kamu habis dari kafe kan" tuding pria yang awalnya duduk bersandar pada sofa kini menegakkan duduknya menambah kesan penuh karisma yang membuat Aqilla takut
Faktanya dia memang dari kafe yang dimaksudkan oleh ke dua kakak laki-lakinya, tapi dia bukan sekedar pergi menghabiskan uang di sana, dia ikut kerja sambilan dan jam kerja yang di berikan pada anak SMP sepertinya adalah sore hari agar tidak mengganggu jam sekolah, awalnya dia tidak diizinkan bekerja karena belum cukup umur tapi karena dia terus datang dan berteman baik dengan semua pegawai serta bos kafe, Aqilla akhirnya terdaftar sebagai pelayan.
Walaupun Aqilla melakukan kegiatan yang positif di hari libur semester ganjil, kakak-kakaknya tetap melarang Aqilla bekerja karena mereka memiliki banyak uang yang tidak akan habis jika Aqilla gunakan untuk mentraktir seluruh teman sekolahnya, tapi Aqilla yang keras kepala tidak pernah mau mendengarkan nasehat kakaknya dan masih tetap bekerja di kafe yang selalu di kunjungi oleh kebanyakan kaum lelaki.
"Kenapa diam?" tanya pria berkacamata dengan sedikit meninggikan suaranya
Aqilla tersentak tapi tidak juga menjawab, dia berharap dapat pergi kekamar mandi secepatnya karena sekarang dia benar-benar menggigil kedinginan bahkan sekarang hidungnya telah tersumbat karena terserang flu dan membuatnya kesulitan bernafas.
"Loh Aqilla, kuyup begitu kenapa gak pergi mandi? nanti masuk angin lagi, mandi sana!" titah seorang pria yang baru saja datang dari arah dapur sambil membawa segelas kopi hangat
Aqilla hanya mengagguk pelan sebagai jawaban sekilas dia tersenyum karena mendapat bantuan tidak terduga dari kakak laki-lakinya yang ke tiga sebelum kakaknya yang lain lanjut mengomel Aqilla segera berlari naik kelantai dua menuju kamarnya untuk mandi setelahnya dia kembali ke lantai bawah untuk menyeduh teh hangat,
"kamu bikin ulah lagi ya?" tegur suara dari belakang Aqilla
"uh, Azis..kamu ngagetin tau gak" omel Aqilla yang hampir terkena air panas saat menuangnya kedalam gelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...