Hari yang melelah kan selama sekolah telah berakhir, tanpa menunggu kedatangan Azis ke kelasnya Aqilla berlari keluar kelas untuk mengejar bis ketika sudah berada di dalam bis barulah Azis terlihat berjalan bersama Fahmi menuju parkiran sekolah, Aqilla melambaikan tangannya saat kedua pria tampan itu menggelengkan kepala karena telah di bohongi oleh Aqilla.
"Mana kau nak pegi ni?" tegur Chris
"hwaa..." Aqilla memelankan teriakannya setelah sadar bahwa dia mengenal orang yang sekarang menyapanya ramah.
"maaf, aku kejutkan kau keh?" tawa Chris
"gak juga sih, kamu mau kemana?" sahut Aqilla
"nak balek rumah" jawab Chris singkat
"ooh, teman kamu yang tiga itu kemana?" tanya Aqilla seraya mengedarkan pandangannya kepenjuru bis mencari keberadaan ketiga siswa pertukaran lain yang tidak terlihat,
"dah belek ngan emak abah diorang" jawab Chris
"boleh aku duduk sebelah kau" mohon Chris setelah lelah berdiri
"ooh boleh" Aqilla segera menggeser duduknya
"terimakasih" ucap Chris
Aqilla hanya mengagguk pelan, setelahnya memandang keluar jendela dan mengeluarkan ponsel serta earphone untuk menghindari obrolan dengan Chris dan taktik itu berhasil, Chris menolehkan kepalanya kesamping terlihat seorang pria yang mengkode Chris agar meletakkan pelacak pada tas sekolah Aqilla yang dia letakkan sebagai pembatas antara dirinya dengan Chris.
Setelah lama perjalanan bis berhenti di salah satu halte yang dekat dengan sebuah taman, Aqilla menarik tas dan beranjak keluar dari dalam bis tanpa berpamitan dengan Chris, setelah Aqilla turun pria yang tadinya duduk dibangku seberang berpindah ketempat duduk Chris.
"Dah kau letak pelacak tu?" tanyanya
"dah, kita tak ikut die keh?" Chris balas bertanya
"tak payah, esok lagi kita ikut die tu, kalau hari ni kiraorang masih je dekat-dekat ngan die, takutnya misi kita orang ketahuan" jelas si pria
"betul juga, eh nak berapa lama kau menyamar ni, Rudy?" bingung Chris
"sampai kerete ni berhenti la" sewot Rudy yang kesulitan mempertahankan penyamarannya
Chris terkekeh melihat temannya kesusahan, keberhasilan misi kali ini bergantung pada mereka berempat jadi bagaimanapun caranya mereka harus melakukan pendekatan dengan Aqilla agar MATA mendapat informasi keberadaan Black Code dan menahannya.
"oi Rudy, budak tu susah sangat la nak di dekati" keluh Chris
"ye lagi susah dari Xenia semalam" ucap Rudy
"betul keh dia ni budak Black Code, kan ada tiga budak lelaki tu yang masih tak nak mengaku kerje ngan siape, mesti salah satu dari diorang tu yang anak buah Black Code" terang Chris
"kau dengar sorang kan apa yang ejen Leon cakap. Data budak tu di dapat dari Kim, Sies ngan Siete manalah mungkin salah" ucap Rudy
"betul juga, tapi tak kan perempuan berhijab macam die kerje ngan Black Code" heran Chris
"mana la tau" sahut Rudy
obrolan mereka berakhir saat bis berhenti di halte yang menjadi tempat mereka turun, setelah berjalan cukup jauh mereka berdua berhenti disebuah toilet umum,
"ck, tak de pintu masuk lain keh ni" protes Rudy
"hehe, ni je pintu masuk yang ade kat sini, kalau nak pintu yang elok ada jauh lagi kalau nak jalan aku tak larat" sahut Chris yang tanpa mengeluh langsung mengunakan pintu rahasia menuju markas MATA
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...