Selesai mengepel lantai, Aqilla di perbolehkan untuk meninggalkan kafe lebih awal, tanpa berlama-lama lagi Aqilla segera mengganti seragam kerjanya dengan pakaian santai yang dia tinggalkan di dalam loker, tidak lupa membalut lagi tubuhnya dengan jaket oversize andalannya.
"Eh, kalian kok masih di sini?," kaget Aqilla saat melihat ke empat pria berbaris di depan kafe.
"Tunggu kau lah apa lagi, jom balek sama-sama." sahut Jet,
"err, perasaan aku tadi udah nyuruh kalian balik duluan deh." ucap Aqilla seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket.
"Kita orang mana tau letak rumah kau," sahut Khai, tangannya terlihat beberapa kali memindahkan paperback bawaannya.
"Alasan, padahal tinggal lihat maps. Terus itu dessert banyak banget belinya, buat apa?," tanya Aqilla sambil menunjuk bawaan yang di pegang Khai dan Rudy.
"Untuk cemilan malam ni, nanti kita makan sama-sama." jawab Jet riang,
"mentang-mentang banyak duit, semuanya di borong." cibir Aqilla,
Jet yang tidak begitu faham dengan perkataan Aqilla hanya bisa tertawa canggung, setelahnya mereka berjalan beriringan menuju minimarket karena ada barang yang ingin Aqilla beli sambil menunggu taxi pesanan datang.
"Kalian tunggu di luar aja," pesan Aqilla tapi di abaikan oleh mereka.
"Aku pun nak beli juga," balas Chris dan menyerobot masuk minimarket lebih dulu.
Aqilla hanya diam dan membiarkan ke empat pria itu mendahuluinya, karena sebenarnya ada tempat yang ingin dia tuju tanpa di ketahui.
"Aku ke wc sebentar ya, tolong beliin minuman dingin sama snack apa aja." ucap Aqilla sambil menitipkan tas sekolahnya kepada Rudy,
"jangan lama, kejap lagi taxi pesanan ku datang." ucap Jet mengingat kan,
Aqilla hanya membalas dengan lambaian tangan, wc umum yang Aqilla datangi berada di seberang jalan jadi dia berlari cepat agar teman-temannya percaya kalau dia sudah kebelet dari tadi.
Dia memang masuk kedalam salah satu wc tapi tidak lama, setelah mengintip sebentar ke arah minimarket, Aqilla berlari keluar dan hilang di dalam kegelapan malam.
"Ingatkan kau dah lupa, jadi apa yang nak kau sampai ngan kita orang?." tanya Rusdi,
"ck, kenapa cuman ada kalian berlima, dimana Andre, Drac dan Satou?." ucap Aqilla kesal,
"udah ngomong aja, harus banget gitu kita ngumpul semua buat dengerin ocehan mu." sinis Aldi,
Aqilla merogoh saku jaketnya, tangannya menarik keluar pistol dan melemparkannya ke depan Rusdi.
"Itu senjata dari kelompok kalian kan," tuduh Aqilla tanpa ragu sedikitpun.
Rusdi hanya diam, Iqbal yang berada di dekatnya berjongkok dan memungut pistol tersebut, dia memperhatikan dengan seksama ukiran yang ada di senjata api itu.
"Ya, ini pistol yang kelompok kami gunakan, dari mana kamu mendapatkannya?." tanya Iqbal,
"beberapa malam yang lalu, ada sekelompok orang menyerang wanita di sekitar taman kota." jawab Aqilla,
"penyerangan, hehh. Jangan asal tuduh, bawahan kami gak pernah nyerang orang yang bukan targetnya." sewot Raja yang tidak suka dengan nada bicara Aqilla,
"mereka hampir membawa pergi wanita itu jika aku tidak datang tepat waktu dan menghentikannya, aku tau atasan memerintah kalian untuk menculik wanita sebanyak mungkin, tapi aku tidak suka jika kalian melakukan pekerjaan itu di wilayah ku. Untuk sekarang aku maafkan tapi kalau masih di teruskan... " Aqilla menjeda kalimatnya untuk meneliti ekspresi wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...