Cahaya rembulan malam menyelimuti kota yang memudahkan orang-orang beraktifitas di waktu malam, tapi di sudut kota yang tak terjamah oleh terangnya bulan di karenakan tingginya bangunan yang menghalangi, terlihat seorang wanita berjalan dan berbaur dengan kegelapan.
"Kenapa kamu menghubungi aku?" tanya si wanita seraya menarik tudung jaketnya kedepan untuk menyembunyikan wajahnya
"maaf, aku butuh bantuan mu" mohon seorang pria yang berjalan keluar dari balik tembok
"bantuan apa lagi? sebelumnya aku sudah membantu mu keluar dari tahanan" ucap si wanita
"Aqilla, ini masalah serius kamu gak sadar sekarang hanya tersisa aku seorang, rekan-rekanku sudah tertangkap" curhat si pria dengan suara lirih
"jangan sebut nama ku" ucap Aqilla penuh penekanan di setiap katanya
"sorry, aku lupa..jadi apa kamu mau membantu ku?" tanya si pria masih dengan wajah memelasnya,
padahal keadaan sangatlah gelap tapi Aqilla masih bisa dengan jelas melihat raut wajah ketakutan si pria, dia tahu si pria tidak memiliki kesempatan untuk hidup sebab Aqilla di tugaskan untuk membunuhnya karena dialah pengkhianat organisasi yang di maksudkan . Entah alasan apa yang membuat si bodoh itu menghubungi Aqilla dan mengharapkan bantuan dirinya, tidak tahukah ia walaupun malam ini Aqilla melepaskannya pasti akan ada orang lain yang di utus untuk memburunya.
Aqilla berjalan mendekati si pria terlihat tangan Aqilla bergerak ke belakang dan menarik sesuatu keluar dari saku celananya, si pria segera menyesali perbuatannya yang meminta bantuan dari Aqilla yang terkenal baik di mata semua anggota organisasi, ia berharap Aqilla akan membantunya terbebas dari kejaran organisasi tapi pemikiran naif itu segera hilang sedetik setelah suara tembakan terdengar, Aqilla memandang lurus kedalam kegegelapan didepannya tangan yang memegang pistol masih terangkat dengan gagah.
"Mau sampai kapan kalian sembunyi?" tanya Aqilla
sayup-sayu terdengar suara tawa yang perlahan semakin mendekat, si pria yang awalnya jatuh terduduk karena terkejut dengan perbuatan Aqilla yang tiba-tiba menembakkan pistolnya segera bangkit dan berlari ke arah yang berlawanan dari suara tawa yang terdengar karena instingnya mengatakan bahwa bahaya semakin mendekat.
Niat ingin meninggalkan tempat itu dengan aman si pria justru mendapatkan tembakan di kepalanya yang membuat dia seketika mati di tempat. Aqilla tidak terkejut maupun panik, dia hanya mendengus sebal ketika siluet seseorang terpapar sedikit dari terangnya cahaya bulan.
"Lama tak jumpa, makin hebat kau sekarang yee" sapa seorang pria
"apa mau mu, Andre?" tanya Aqilla ketus
"saje nak sapa grilfriend aku" balas si pria yang di panggilnya Andre
"kamu tau kan, tak boleh panggil nama asli kat luaran macam ni" tegur salah seorang dari kumpulan pria itu,
"so..kamu mau aku panggil apa, Rusdi" sahut Aqilla
"dia mau kamu panggil sayang tuh" teriak seorang pria di iringi tawa
"besing la kau ni, Raja" marah Rusdi sambil memukul kuat tengkuk teman yang baru saja meledeknya
"jujur aja, kita semua tau lo itu suka sama Aqilla. Iya gak Iqbal" ucap Raja mencari dukungan atas candaannya,
tapi teman yang di panggilnya tidak menyahut, dia hanya diam menghisap sebatang rokok dan menatap intens ke arah Aqilla yang tentu saja dia tidak sadar dengan pandangan dingin Iqbal
"oi, sapa cakap Aqilla suka kan Rusdi, Aqilla tu aku punya la" marah Andre
"diorang yang cakap bukan aku, aku pun tak sudi dekat-dekat dengan perempuan ni" sahut Rusdi sambil menunjuk Aqilla dengan jijik
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...