#11

90 12 6
                                    

Pagi hari ini berbeda dari biasanya, Aqilla sudah berangkat sekolah lebih dulu dari yang lain, Linda juga sudah hilang dari subuh.

Tidak ada yang tahu kemana Linda pergi, Aqilla sendiri tidak begitu peduli, selagi dia terhindar dari saudara angkatnya, ia sudah puas.

"Pagi, Aqilla. Sedih nampak," tegur Chris.

"Ah, pagi. Emang muka sedih ku keliatan jelas ya?," tanya Aqilla lesu.

"Hem, sangat." jawab Jet,

"Cerite je lah," desak Khai.

Aqilla tersenyum seraya menggeleng pelan, "gak ada yang perlu aku ceritain. Oh iya, minggu nanti jadi kan?," tanya Aqilla mengalihkan pembicaraan.

"Mestilah, kenapa? Kau berhalangan keh?" tanya Jet.

Aqilla terkekeh, "gak, aku pikir kalian ada kerjaan lain gitu,"

Jet dan Khai ber-oh mendengar perkataan Aqilla, setelah meletakkan tas di meja masing-masing mereka kembali mengerumuni meja Aqilla.

"Mana dua bodyguard kau?" tanya Rudy yang sedari tadi memandangi jendela,

"Oh, mereka gak ikut hari ini." jawab Aqilla, tentu saja ia berbohong karena kejadian sebenarnya adalah Aqilla yang berangkat lebih awal, tanpa sepengetahuan orang rumah.

"Aqilla, aku nak tanya sesuatu boleh?" ucap Chris serius,

"apa?," sahut Aqilla seraya menyimpan ponselnya dan memfokuskan diri pada Chris.

"Kau tu ngan Azis dan Fahmi, saudara sedarah ke?," Chris mengecilkan suaranya saat berbicara, takut-takut ada siswa lain yang mendengar.

"Saudara angkat, keluarga mereka mengadopsi ku di salah satu panti yang ada di kampung Durian," jawab Aqilla jujur dan dengan suara lantang tanpa khawatir dengan pandangan seisi kelas yang tertuju padanya.

"Kau anak panti?," kaget Jet sambil menggebrak meja Aqilla.

"Sstt, bising la Jet." tegur Chris sambil menyikut lengan sahabatnya, dan hanya di balas dengan cengiran oleh Jet,

"udah?, itu aja pertanyaannya?," tanya Aqilla sambil mengetuk-ngetuk pulpen ke meja.

"kau... tau tak.. siapa orang tua kau sebenar?," Khai merasa tidak enak setelah mengutarakan pertanyaan itu.

"Um, gak tau. Aku gak punya ingatan tentang mereka," jawab Aqilla.

Ke empat pria itu terdiam, sudah tidak ada topik yang bisa mereka bicarakan dengan Aqilla, niat hati ingin kembali ke tempat duduk masing-masing, di urungkan karena panggilan Aqilla.

"Eh kalian, mau nginap di rumah ku gak?, kan besok hari minggu. Biar gak cape gitu, berangkat dari rumah." Aqilla menatap ke empat pria itu dengan mata penuh harap,

"err.." Khai bingung membalasnya bagaimana, ia melirik Jet dan Chris.

"Oke, sore ni kita semua ikut kau balek rumah." Rudy, tanpa persetujuan teman-temannya menerima ajakan Aqilla,

"aku pulangnya malam loh, karena ada kerjaan di kafe. Kalian ikut Azis sama Fahmi aja ya, tunggu aku di rumah," ucap Aqilla sambil mengetik sebuah pesan di ponselnya.

Di saat Aqilla sibuk dengan ponselnya Jet bergeser mendekati Rudy, dan mulai mengajukan protes.

"Apa maksud kau, Rudy. Kenapa lah kita kena ikut ke rumah die," omel Jet dengan suara pelan.

"Kenapa?, kan bagus kalau kita orang lebih dekat ngan dia, mudah untuk cari tau dimana markas Black Code berada." ucap Rudy.

"Betul cakap, Rudy. Kita ikut je lah," bisik Khai menyetujui pendapat Rudy.

Black Code (Lima)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang