Selesai dengan urusannya, Aqilla mampir ke minimarket sebelum pulang ke rumah sebagai alibi dia keluar malam itu agar kakak-kakaknya tidak melontarkan banyak pertanyaan, awalnya selama tinggal bersama keluarga barunya Aqilla tidak pernah peduli dengan ocehan seisi rumah yang memarahinya karena sering menghilang tanpa pesan.
Menurutnya akan lebih bagus dia berhenti memberi alasan yang tidak jelas dengan pergi tanpa pamit dan acuh dengan semua amarah yang di tujukan padanya, pikirnya nanti mereka juga akan lelah sendiri dan mulai acuh dengan kebiasaan Aqilla yang suka pergi dari rumah sama seperti yang dilakukan dengan keluarga yang dulu mengadopsi Aqilla, tapi tidak dengan keluarga Haris yang masih saja overprotektif kepadanya.
Kehidupan dia yang bahagia bersama keluarga hanyalah sandiwara selama Aqilla masih bersama dengan Black Code tidak ada yang di sebut tawa dan canda pemanis kehidupan, karena semua hanya akan menghambat misi Aqilla sebagai pembunuh bayaran yang sudah dilatih dari kecil dengan metode paksaan serta kekerasan yang di luar nalar manusia.
"Darimana lagi malam-malam begini?"
suara Fahmi membuyarkan lamunan Aqilla tentang Black Code dan menyadarkan dia bahwa sejak tadi dirinya sudah memasuki bagian ruang tamu tanpa di sadari, langsung saja Aqilla mengangkat tinggi-tinggi keresek belanjaannya,
"pergi beli cemilan kak, buat temen ngerjain tugas" jawab Aqilla yang tidak sepenuhnya bohong karena sebelum jam istirahat pak Burhan memberikan tugas kesenian yang harus dikumpulkan besok walaupun besok tidak ada mata pelajaran Seni,
"em, kan kamu bisa minta mba Amina buat beliin, gak usah keluar banyak kejahatan yang terjadi di malam hari, noh lihat terjadi pembunuhan dua bocah jalanan di gang sepi" ucap Azis seraya menunjuk TV menggunakan ponselnya,
"bener non Aqilla, besok biar mba saja yang beliin nona cemilan" ucap Mira seraya meletakkan tiga gelas soda di meja setelahnya dia kembali ke dapur
ketiga pria tampan yang fokus pada berita tidak sadar dengan perubahan mimik wajah Aqilla, tidak ingin ada yang melihat air matanya mengalir turun membasahi pipi, ia segera berlalu naik kelantai dua tanpa memperdulikan panggilan Haris yang mimintanya untuk turun lagi karena Linda membuatkan mereka cemilan malam berupa pizza rumahan yang muda dimasak sendiri.
Aqilla hanya membalas dengan teriakan yang mengatakan bahwa dia sudah kenyang dan tidak ingin di ganggu selama dia masih mengerjakan PRnya, mendengar suara adiknya yang sedikit bergetar Haris mengartikan jika Aqilla lelah menghadapi tugas sekolah yang diberikan sang guru, untuk menghiburnya Haris meminta Mira mengantarkan dua potong pizza kekamar Aqilla.
"sh*tt...argh...kenapa selalu berakhir seperti ini" racau Aqilla setelah merebahkan dirinya kekasur empuk untuk mencurahkan isi hatinya tanpa didengar oleh siapapun
"selama dia hidup tidak akan ada yang berjalan sesuai keinginan ku" gumam Aqilla sambil menindihkan pergelangan tangan kanannya untuk menutupi kedua mata sembabnya
"hiks...aku capek" rengek Aqilla dengan isak tangis yang semakin menjadi
selama ini Aqilla tidak pernah membunuh walaupun bosnya atau orang yang menyewa jasanya meminta target untuk di bunuh, Aqilla tidak pernah mengikuti kemauan mereka dan menggantinya dengan luka yang tidak berujung kematian, tapi semua orang yang selamat dari tangan Aqilla tidak akan selamat dari genggaman Black Code, begitupun dengan nasib dirinya.
Tapi Aqilla bukanlah wanita lemah yang akan menghabiskan waktunya dengan bersedih meratapi takdir kelam yang dijalaninya buktinya sekarang dia sudah bangkit memungut kantong pelastik bawaannya yang tadi sempat dia lempar keatas meja belajar untuk mengambil snack dan memakannya sebagai penghilang sters yang sekarang menumpuk dikepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...