Aqilla berjalan gontai memasuki sebuah ruangan berteknologi canggih, ia duduk diam di salah satu ranjang rawat menunggu kedatangan seseorang yang sekarang pertolongannya sangat Aqilla butuhkan.
"Oh my God, apa dah jadi?, kenapa teruk sangat luka tu," heboh seorang pria bermantel putih layaknya seorang ilmuwan pada umumnya.
"Biasa, aku butuh obat." pinta Aqilla sambil mengangkat tangan kanannya yang berdarah di bagian pergelangan.
Luka itu dia dapat ketika berusaha melepaskan diri dari ikatan Linda, bagi Aqilla luka sekecil itu sudah biasa dan tidak berasa apa-apa, karena dulu Black Code pernah melilit nya menggunakan rantai bergerigi dan di paksa untuk membebaskan diri dalam jangka waktu limat menit, jika terlambat dinding kiri dan kanan sudah siap menghimpit tubuh Aqilla.
"Kenapa sepi, yang lain kemana?." Aqilla memperhatikan sekitar dan tidak menemukan orang lain di dalamnya bahkan sejak dia memasuki tempat itu, tidak ada yang menyambut dia seperti biasa.
"Mereka pergi misi, kau pula kenapa datang sini sorang-sorang, mana Drac dan yang lain?," tanya si pria sambil menyediakan suntikan.
"Gak tau," jawab Aqilla singkat.
"Hei, aku mau suntikan yang biasa saja, jangan kau campur cairan aneh di dalamnya." lanjut Aqilla tepat sebelum si pria memasukkan cairan lain ke dalam suntikan.
"Ah hehe, kau tengok ee?" kekeh si pria dan hanya di balas decihan oleh Aqilla.
"Kau sepatutnya ikut je apa yang aku buat, kan bagus kalau kau bisa kuat macam Drac dan Andre," lanjut si pria sambil mengganti suntikan dengan yang baru.
Ia berjalan mendekati sebuah meja bundar yang ada di tengah-tengah ruangan, Aqilla hanya diam memperhatikan gerak-gerik si pria, di tangan kanannya memegang suntikan dan tangan kirinya menjapai iPad di atas meja, si pria nampak serius memandangi layar iPad sekilas ia terlihat tersenyum sebelum mendekati Aqilla.
"Kamu kenapa?," tegur Aqilla yang risih melihat wajah tersenyum si pria.
"Tak, agak nye kau dah menjadi lebih penurut." jawab si pria,
"emm, cuman karena itu kamu jadi sesenang ini, crepy tau gak." ucap Aqilla sambil menyilangkan kakinya.
"Nah, jadi macam mana kau boleh dapat kan luka ni?." si pria berjalan mendekati ranjang yang di duduki Aqilla.
"Aku di tahan sama anggota Anggrek Merah," jawab Aqilla sambil menarik lengan jaketnya agar si pria mudah mengobati lukanya.
"Oh, jadi diorang dah mulai menampakkan diri." respon si pria sambil meletakkan iPad di sebelah Aqilla.
"Jack, atasan ada yang nyariin aku gak?." tanya Aqilla.
"Tak, mereka semua tengah sibuk dengan mainan baru." jawab pria yang memiliki nama panggilan Jack.
"Mainan apa lagi?," tanya Aqilla sedikit tidak santai karena emosi ketika mengetahui bahwa para atasan kembali bertingkah diluar batasan.
"Mana la aku tau, aku kan tugas di leb je tiap hari." jawab Jack sambil menyuntik lengan Aqilla.
"Kamu kan boneka kesayangan mereka juga, masa gak di kasih tau sih apa yang lagi mereka kerjain sekarang." ucap Aqilla sambil meringis kesakitan karena efek suntikan mulai bekerja.
"Yang aku tau pasti, diorang tu ada tangkap satu budak ejen tuk di jadikan kelinci percobaan." terang Jack yang menyibukkan diri dengan peralatan farmasinya.
Ia tidak sadar dengan perubahan ekspresi wajah Aqilla, karena dia hanya fokus melihat iPad yang menunjukkan gelombang dari kerja otak Aqilla, dia bisa tau Aqilla sedang berbohong atau tidak hanya dengan melihat perubahan pada grafik iPad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Fanfiction~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...