Setelah kalimat perkenalan itu terucap keheningan kembali melanda, cahaya bulan yang terang membuat mereka bisa melihat satu sama lain.
Seketika penyesalan menghinggapi Rizka, dia secara naluriah segera menjaga jarak dengan wanita yang baru saja menyelamatkannya dari tragedi penculikan.
"Lo...Kitty kan," tuduh Rizka sambil menunjuk wanita itu.
"Yang tadi pasti teman-teman lo, apa mau lo sebenarnya?, kenapa lo nipu gw?," kini tuduhan itu berlanjut dengan pertanyaan.
Sekilas Rizka melihat wanita itu mengerutkan alisnya, Rizka tidak lah bodoh, ekspresi yang di perlihatkan wanita di depannya adalah raut wajah bingung yang artinya dia tidak mengerti apa yang baru saja Rizka katakan.
"Lo gak usah pura-pura kaget dan pura-pura gak ngerti sama apa yang gw omongin," sinis Rizka.
"Pertama-tama, kamu mending duduk lagi deh, luka di kaki kamu ngeluarin darah lagi tuh," nasehat si wanita.
"Santai, gak usah waspada gitu, aku gak bakal apa-apain kamu kok," lanjutnya saat melihat Rizka mengeluarkan kerambit.
Rizka diam, rasa sakit yang menyiksa kembali ia rasakan, dengan perlahan Rizka duduk di sebelah wanita itu.
"Nama aku, Aqilla. bukan Kitty," ucap Aqilla setelah Rizka menyimpan kerambit nya.
"Lo gak usah bohong, kita udah berapa kali ketemu dan teman-teman lo manggil lo itu, Kitty." cerocos Rizka,
"haaa, itu name code aku di organisasi," tutur Aqilla.
Rizka tersenyum tipis mendengar perkataan Aqilla, tanpa di paksa wanita itu membocorkan sebuah rahasia yang seharusnya tidak dia umbar pada seorang ejen muda.
"Enteng banget mulut lo, gak takut gw laporin ke ejen lain tentang identitas lo sebenarnya," ancam Rizka.
"Terserah kamu aja, mau ngelaporin atau gak, lagian ejen-ejen itu udah melakukan tindakan," Aqilla berjalan mendekati seekor kucing.
Rizka mengernyit bingung,
"Apa maksud lo?,"Aqilla tidak menjawab dan terus mengelus kucing yang berbaring manja di pangkuannya.
Rizka melongo, tidak sangka seorang anggota dari organisasi berbahaya bisa bersikap lembut pada binatang.
"Kayanya, lo bukan orang jahat," gumam Rizka tanpa sadar mengutarakan isi pikiran nya.
"Apa?" tanya Aqilla karena dia tidak begitu mendengar perkataan Rizka barusan,
"Gak, gw cuman bingung aja, kenapa lo nipu gw trus ujung-ujungnya malah nolongin gw" jawab Rizka.
"Kamu dari tadi ngomong kalo aku udah nipu kamu, emangnya aku nipu kaya gimana?" tanya Aqilla sambil menurunkan kucing dari pangkuannya.
Rizka terdiam sejenak, setelah di pikir-pikir sangat tidak masuk akal jika Aqilla menipunya, sedangkan dia baru saja bertaruh nyawa untuk menyelamatkan Rizka.
"Jangan bilang yang ngirim pesan ke gw bukan lo," kaget Rizka.
"Pesan apa?" bingung Aqilla, nada suara nya sedikit tinggi karena lelah mendengar Rizka yang berbicara berputar-putar.
Rizka merogoh saku jaket nya, "nih..lo baca sendiri," menyodorkan ponselnya pada Aqilla.
Mengikuti perkataan Rizka, Aqilla membaca pesan tersebut dengan suara nyaring,
"aku Kitty, ada yang mau aku omongin soal Black Code. Kalian para ejen sedang mencari meraka bukan?, temui aku di alamat yang sudah aku kirim, jangan bawa ejen lain bersama mu...." Aqilla diam sejenak, lalu memandang malas ke arah Rizka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Code (Lima)
Фанфик~lanjutan cerita ~TEMAN LAMA ~ "Jadi mereka tetap mati walaupun aku sudah bersusah payah menyelamatkan mereka" ucap Aqilla seraya menyilangkan kakinya dan mengankat tangan kanan untuk menopang dagu "ini bisa jadi masalah besar" Aqilla menatap intens...