#7

120 23 16
                                    

Tepat setelah bel pulang berbunyi, Rudy melihat Aqilla yang sudah berada di luar kelas, ia melirik ke tiga temannya yang juga memperhatikan pergerakan Aqilla, mereka berkomunikasi melalui garak mata yang jika di artikan, ada keraguan dalam diri meraka untuk membuntuti Aqilla di saat ke dua bodyguard berada disisi gadis itu, pandangan mereka tidak luput dari Linda dan Mira yang saat itu kebodohannya mengejutkan mereka, sangat jelas Aqilla telah keluar tapi tidak di sadari oleh keduanya, dengan cepat mereka berlari keluar kelas.

"Mereka tak sadar yang Aqilla tu dah keluar kelas" ucap Jet di sela lariannya,

"pelik memang, kate bodyguard tapi tak betul jaga satu budak je" komentar Chris

"kemana dia pegi ee?" bingung Khai

"dah, jom kejar!" titah Rudy menghentikan ocehan teman-temannya,

dengan nafas yang terengah-engah akhirnya mereka tiba di parkiran, mata mereka terus mencari sosok Aqilla yang ternyata sudah berada di dalam bis,

"his, macam mana nak kejar ni" omel Rudy saat bis melaju pergi,

"alamak, habis lah kite" pasrah Jet

"oy, apa yang korang mengarut ni. Kan semalam aku dah letak pelacak kat beg die" ucap Chris seraya mengangkat ponselnya

"kita ikut je melalui pelacak ni, apa susah" lanjutnya

"betul juga, lupa lah pulak yang kita dah letak pelacak tu" Khai mentertawakan kebodohannya yang tadi sempat panik,

"alah, kenapa tak cakap dari awal, tak payah la kita kejar budak tu tadi" keluh Jet

"Rudy, tak kan kau pun tak ingat pasal pelacak ni?" tanya Chris sedikit terkejut melihat ejen INVISO yang ahli dalam mengawasi pergerakan orang dan menilai orang berdasarkan sifat serta keahlian mereka, menunjukkan ekspresi keterkejutannya akan perkataan Chris.

"Tak la, mestilah aku ingat" bohong Rudy karena tidak mau harga dirinya sebagai ejen INVISO di pandang remeh,

"heem, macam tak betul budak ni" ucap Jet seraya memandang curiga kearah Rudy

"dah tu, jom gerak sekarang!" titah Rudy sedikit gelagapan saat kebohongannya hampir terendus oleh Jet, padahal kebohongan yang dia lakukan tidak bersifat fatal hanya saja jika sampai ketahuan dia akan jadi bahan ejekan oleh Jet yang di kenal sebagai ejen bermulut licin.

Semua rahasia dan kecerobohan yang sampai di telinganya serta tertangkap oleh panca indranya tidak akan lolos dari ejekan lisan yang bisa dia jadikan candaan di tiap saat. Tapi beruntung Jet tidak begitu peduli dengan pembicaraan mereka tadi karena sekarang dia harus memesan taxi untuk bisa menyusul Aqilla.

Mulut mereka menganga saat melihat betapa ramainya kafe tempat Aqilla bekerja dan mayoritas pengunjung yang datang adalah lelaki, ada beberapa wanita yang juga memesan minuman serta kue untuk merayakan hari spesial bersama sahabatnya, dan ada juga sekumpulan remaja yang pergi memesan segelas es kopi lalu duduk di bangku untuk sekedar memandangi banyaknya pengunjung pria yang berwajah tampan.

"Selamat datang"

Suara sapaan yang tidak asing menyadarkan mereka dari keterkejutan, terlihat Aqilla menatap mereka dengan seulas senyum yang di paksakan, dengan perasaan canggung Rudy berjalan memimpin dan memilih meja yang berada di dekat dinding kaca yang menghadap jalan.

"Mau pesan apa?. Eh, What do you want to order?" tanya Aqilla masih dengan senyuman

"err, hot chocolate" ucap Khai setelah lama membaca papan menu yang terletak di belakang meja kasir, jaraknya tidak begitu jauh dari meja mereka yang memungkinkan untuk membaca dari sana,

Black Code (Lima)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang