Happy Reading!
-
-
-
-Pagi ini Aku bangun terlalu Pagi. Ah, entahlah, mungkin karena Alarm Ibu ku yang terdengar dari sebelah Kamar ku.
Aku masih duduk di tepi Kasur ku, sembari mengumpul kan seluruh Nyawa ku. Aku menatap ke arah Jendela. Dimana Langit masih gelap.
Aku pun beranjak menuju Kamar mandi yang berada di Kamar ku. Aku membersihkan diri dan bersiap mengenakan Seragam Sekolahku.
Setelah bersiap, Aku duduk di depan Meja Rias ku. Bukan untuk bersolek, melainkan meratapi Wajah ku yang kusut ini.
"Ck, gara gara Tugas Biologi, nih. Muka Gue jadi kusam." Ujarku seraya menarik narik Pipi ku yang tidak Chubby.
Tak lama, suara Ketukan di Pintu Kamarku pun terdengar.
"Veryl! Udah bangun belum?!" Terdengar seperti suara Ibuku.
"Udah selesai, kok, Mah!" Sahutku menanggapi panggilannya.
"Okay, Mamah sama Papah tunggu di bawah." Ujarnya sebelum Aku mendengar suara dentuman Kaki yang perlahan menghilang.
"Roster udah, Hp udah, apalagi, ya?" Monologku sembari mengecek Barang barang yang harus dibawa.
"Udah, ah." Setelah mengecek semua, Aku memutuskan untuk pergi ke Lantai Bawah.
Dimana Ayah dan Ibuku sudah menunggu untuk Sarapan Pagi kami.
"Lama banget, sih!" Seru Adikku Reva Divani.
"Berisik, Lo" Jawabku sengit.
Anak itu suka sekali memancing Emosiku. Tidak itu Pagi, Siang, Sore atau bahkan Malam sekalipun.
Dia selalu mengatakan hal hal yang tidak berguna.
Seperti ...
"Mendingan Gue, bisa ngedate bareng Crush. Daripada, Lo! Cinta kok satu pihak. Wahahahhaa"
Ya, begitulah kata kata Kejam yang Ia lontarkan padaku. Dan Aku hanya menanggapinya dengan santai. Seperti melemparnya dengan Buku Novel ku yang isinya 180 Halaman, dengan Sampul yang tebalnya 0,5 cm.
Kembali lagi. Aku pun duduk di samping Ibuku. Dan mengambil Piring kosong yang tersedia di Meja Makan.
"Masak apa, Mah?" Tanyaku basa basi.
"Udang Tumis. Kamu suka, kan?" Jawab Ibuku dengan Senyuman nya yang sangat Manis.
"Suka, dong. Kan yang masak Mamahnya Veryl Zevira." Ujarku sembari mengambil Nasi dengan Spatula yang ada.
"Kamu ini, suka banget nge gombal. Sama aja kek Papah Kamu" Jawab Ibuku sembari menggelengkan Kepalanya.
"Harus dong, Mah." Sahut Ayahku yang tengah meminum Kopi nya.
"Tos dulu, Pah." Ujarku sembari menyodorkan Tanganku yang ku Kepal ke arahnya.
Dan Ayahku pun membalasnya sembari terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
You will Regret [END]
Teen FictionAku tahu, suatu saat Dia pasti akan menyesal. Oleh karena itu, Aku sengaja memberinya sedikit pelajaran penting. Ini kisahku dengan Pujaan hatiku yang selalu menolakku mentah mentah. Di awal, Aku masih ingin berusaha. Tapi ternyata rasanya terlalu...