10

1.1K 92 1
                                    

Happy Reading teman, walau jarimu sangat sulit untuk menekan ikon bintang.
-
-

Aku rasanya ingin pergi dari Bumi. Bagaimana tidak?

Flassback On ...

"Perkenalkan Nama Saya Zervin Aldivano. Salam kenal semuanya" Ujarnya sopan.

Flassback End ...

Mengapa Dia pindah kemari? Bukankan Dirnya sendiri yang menolak ajakanku saat itu? Aneh.

Aku mencoba Fokus ke arah Papan tulis. Dikala dirinya duduk tepat di Meja sampingku.

Aih, Perutku sakit ...

Aku terus berusaha fokus, walau perutku terasa nyeri.

"Please jangan sakit sekarang" Batinku lirih.

Aku memutuskan untuk memandang keluar Jendela. Mereka tengah berlari santai mengitari Lapangan.

"Baiklah, semua mengerti?" Ujar Guru itu.

Aku hanya memutarkan Bola mataku malas. Aku saja tidak memperhatikanmu, Bu.

"Kerjakan Soal di halaman 148, ya. Saya mau ke Kantor dulu" Pamit Guru itu, lalu segera meninggalkan Kelas.

Aku lebih memilih membaringkan Kepalaku di atas Meja. Aku sungguh Lapar, aish ...

Istirahat masih 1 jam setengah lagi. Dan Aku sudah seperti Mayat hidup.

Ketika Aku hampir tertidur, Orang di sebelahku entah melakukan apa hingga Botolnya terjatuh. Berisik sekali.

Aku lebih memilih mengabaikannya, dan melanjutkan Tidurku.

Namun, ku rasakan sesuatu benda menabrak Sepatuku. Saat ku lirik je bawah, ternyata Botolnya menggulir kemari.

Aku tetap mengabaikannya, ambil saja sendiri.
Dan benar saja, Ia meraih Botolnya dengan susah payah. Aku yang merasa menghalangi pun, menggeser Kakiku.

Ku angkat Kepalaku, namun tidak untuk melihatnya. Melainkan untuk melihat Varo, apa yang dilakukannya, ya.

Tampak Ia tengah memainkan Kertas. Ia tampak fokus membentuk sesuatu dari Kertas itu. Hingga hebatnya, Ia berhasil membuat bando Kucing dari Kertas itu.

Aku menatapnya tak menyangka, sungguh hebat.

Aku pun mendatangi Mejanya. Mumpung Guru itu belum datang.

Ke tepuk bahunya pelan, dan menatap Bando yang Ia buat.

"Bagus banget loh, Var!" Seruku semangat.

Ia tampak malu dan memalingkan Wajahnya. Terpampanglah Kuping nya yang memerah.

Sungguh menggemaskan bukan? Aku ingin memeluknya.

"Coba liat" Ujarku meminta Bandonya.

Ia tampak memberikannya perlahan, dan kembali menatap ke arah lain.

Hingga Aku memakaikan Bando itu di Kepalanya, dan menyisir sedikit Rambut halusnya.

Astaga! Menggemaskan sekali!

"K-kok Kamu pakein, sih?" Tanya Varo malu.

Wajahnya merah seperti Kepiting rebus.

Karna tak tahan, ku cubit Pipinya pelan. Halusnyaa ...

"Lucu bat sih" Ujarku sembari menoel noel Pipi Chubby nya.

Ia tampak ingin membuka Bandonya, namun segera ku cegah.

"Pake aja, Aku suka" Ujarku sedikit memerintah.

Dan anehnya, Ia hanya menuruti ucapanku.

Andai saja Zervin sepertinya, tapi tidak mungkin.

Ku tatap lama dirinya, entah mengapa tersirat rasa suka saat melihat wajahnya.

Namun Aku berusaha menepis semua itu, Aku akan berhenti mencintai Seseorang.

"Uhm ... Aku lepas, ya. Malu ..." Cicitnya lucu.

Karena tidak mau memaksanya, Aku pun melepaskan Bando itu.

"Kamu suka Kucing?" Tanyaku tiba tiba.

Ia langsung mengangguk kegirangan, sudah diduga.

"Suka! Suka banget malahann" Ujarnya Antusias.

Sungguh menggemaskan, ya!

"Melihara juga, dong?" Tanyaku lagi.

Ia tampak sedih. Dan menggeleng lemah.

"Eh? Kenapa?" Tanyaku bingung.

Varo tampak mengerutkan Bibirnya kebawah.

"Ngga dikasih sama Mamah" Ujarnya pelan sembari menunduk lesu.

"Hmm ... Alasannya?" Astaga, Aku terus bertanya.

"Kata Mamah, nanti Kucingnya BAB sembarangan ..." Jawabnya lirih.

"Oohh, wajar, sih. Mamah Kamu ga mau ntar Rumahnya bau. Tapi ada kok Kucing yang tau tempat BAB" Jelasku guna menyemangati nya.

"Memang ada! Mamah aja yang lebay" Ujarnya kesal.

Sungguh benar benar mengemaskan, Aku ingin menggigit Pipinya itu.

"Pulang Sekolah mau Aku ajak ke Pet Shop, ga?" Tawarku.

Ia tampak memiringkan Kepalanya lucu.

"Boleh? Nanti Pacar Kamu marah, loh" Ujarnya.

Tunggu, apa? Pacar?

"Pacar? Sejak kapan Aku ada Pacar?" Tanyaku heran, bagaimana mungkin.

"Looh ... Terus Dia? Bukan Pacar Kamu?" Tanya Varo sembari menunjuk Zervin.

Astaga, betapa lugunya ...

"Hahaha, engga. Kita ga Pacaran" Jawabku sembari tersenyum kecut.

"Ooh ... Uhm, Maaf" Ujarnya menyesal.

Aku mencubit Pipinya pelan, dan menggoyangkannya.

"Kenapa minta Maaf, sih?" Tanyaku heran.

Pasalnya, Ia selalu meminta Maaf untuk hal sepele.

"Kan Aku udah lancang" Jawabnya sembari menatapku lucu.

Aku hanya menggeleng samar.

"Oh iya, Kamu nanti Pensi ikut apa?" Tanyaku penasaran.

"Main Gitar ..." Jawabnya santai.

Aku membelalakkan Bola mataku kaget. Sungguh? Varo suka bermain Gitar?!

"Seriusan? Keren!" Pujiku antusias.

Saat Kami asik mengobrol, tiba tiba seseorang menepuk Bahuku pelan.

Ternyata Sella, Ia tampak ingin berbisik.

"Zervin liatin Lo bedua aja" Bisiknya tepat di Telingaku.

Lalu ku tatap ke arah Zervin, Ia hanya sibuk membereskan Meja belajarnya.

"Perasaan Lo aja" Ujarku acuh.

Lalu Sella mencubit Pinggangku kuat, sungguh menyakitkan.

"Bandel" Ujar Sella lalu pergi.

"Masa iya, sih ...."

To be continue...

Kepala w pusing bjir,

You will Regret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang