15: Mama dan Bunga Lily

29 6 0
                                    

HEY, BROTHER! - 15: MAMA DAN BUNGA LILY

***

Pulang sekolah, Kenan membelokkan sepedanya ke toko bunga untuk mengambil pesanan bunga milik Mama yang sudah dibayar kemarin.

Sudah hampir satu minggu tinggal bersama Mama, dia jadi tahu hal-hal yang wanita itu sukai. Mama suka sekali dengan bunga dan apapun yang berhubungan dengan bunga. Bunga favorit Mama adalah Lily dan Matahari.

El Florist. Sebuah toko bunga kecil yang ada di pinggir jalan. Dari cerita Keanu, Mama sudah lama menjadi pelanggan di toko bunga ini, karena pemiliknya adalah teman dekat Mama. Keanu juga yang setiap minggu mengambil bunga-bunga pesanan Mama. Maka dari itu, ketika ia turun dari sepeda, wanita berapron cokelat tua yang semula berdiri di balik jendela segera melipir ke belakang untuk mengambil sesuatu.

Penasaran seperti apa dalamnya, Kenan menggeser pintu kaca yang bertuliskan "Flowers Make Your Life Flawless" itu dan masuk.

Indra penciumannya langsung disapu oleh beragam aroma bunga yang bercampur padu. Dari yang manis, berbau rempah, papermint, dan aroma-aroma lain yang sulit dideskripsikan wanginya apa.

Wanita berapron coklat tadi datang dengan karangan bunga Lily di tangannya. "Kirain nggak bakalan datang," katanya.

Kenan menerima bunga itu. "Maaf, Tante. Soalnya-"

"Tante?!" pekik wanita itu, lalu menangis tanpa air mata.

Sumpah, Kenan nggak ngapa-ngapain.

"K ... kenap—"

"Aku udah keliatan tua ya?" tanya wanita itu sambil menyentuh kedua pipi dan melihat pantulannya di kaca.

"E-"

"Omaygaaat," histerisnya.

Kenan menatap wanita itu dengan bingung. "Terus ... aku harus mangil tante ap .. pa?" Dan bertanya pelan.

"You usually call me 'Kak'. Why you suddenly call me 'Tante'?" tanya wanita itu dengan cemberut.

Ooh, jadi begitu. Kenan nggak tahu.

"Oww ... Maaf, Kak," cengir Kenan, "tadi aku kurang fokus soalnya lagi banyak tugas di sekolah. Kakak masih cantik kok, kayak teman-teman aku di sekolah."

"Iyakah?!" Lagi, wanita itu memegang kedua pipinya, tapi dengan ekspresi yang berbinar-binar.

"Iya, Kak," jawab Kenan meyakinkan. "Kalo gitu aku pamit dulu ya, Kak. Udah jam 5 soalnya."

Wanita itu pun mempersilakannya untuk kembali. Mengambil sepeda, wanita itu menitip sebuah pesan, "Salam ke Mama kamu ya. Bilang ke dia, kapan-kapan bunganya diambil sendiri. Jangan anaknya mulu yang datang."

"Siap, Tante. Eh— Kak."

***

Hari sudah mulai gelap saat Kenan tiba di rumah. Ia memarkirkan sepeda di samping tangga teras. Di depan rumah ada mobil hitam yang terparkir. Milik siapa?

Kenan mengambil bunga Lily dari keranjang, kemudian berjalan masuk ke rumah.

Tiba di ruang tamu, dia melihat seorang pria dewasa tengah duduk di sofa. Berpenampilan rapih dan segar.

"Hai, Keanu," sapa pria itu. "Baru balik?"

Basa basi yang sangat basi.

"Iya, Om," jawab Kenan.

Kenan mencari Mamanya di dapur. Tidak ada. Kemudian memutuskan untuk ke lantai dua. Di anak tangga pertama, dia melihat Mama sedang berjalan turun dengan penampilan yang juga dama memukaunya. Mama mengenakan dress berwarna biru, memakai kalung dengan liontin bunga matahari kecil, dan menenteng tas kulit dari desainer ternama.

"Mama mau kemana?" tanya Kenan.

"Mama mau makan malam di luar dulu sama Om Haikal."

Kenan melirik lagi ke belakang, pada Om Haikal yang sedang duduk manis di sofa ruang tamu, menunggu Mama untuk turun. 

"Ini bunga Lily pesanan Mama."

"Waw." Mama menggendong bunga Lily itu, membelai kelopaknya, lalu mencium wanginya dalam-dalam. "Nanti kamu ganti bunga yang ada di kamar Mama dengan ini ya. Mama mau pergi dulu. Jaga rumah."

"Iya, Ma."

Melihat Mama yang sudah siap, Om Haikal segera berdiri dan merapihkan tuksedonya. Om Ari memakai setelan yang warnanya senada dengan dress yang Mama kenakan. Sudah pasti itu disengaja.

Kenan yakin, pasti ada sesuatu di antara mereka berdua.

Hey, Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang