16: Sanctuary

23 5 0
                                    

HEY, BROTHER! — 16: SANCTUARY

***

Di jam istirahat, Kenan membeli makanan dari minimarket dekat sekolah dan memakannya di bawah pohon rindang dalam taman. Di dekatnya juga ada sebuah gitar yang sudah dia pinjam dari Aryo, teman sekelasnya. Ia membiarkan angin sepoi-sepoi di siang hari yang terik itu membelai kulitnya. Begitu sejuk.

Kenan menepuk-nepuk tangannya begitu selesai makan. Menutupnya dengan meminum air mineral, kemudian segera memangku gitar.

Go ahead and bark after dark....

Kenan menyanyikan lagu Sanctuary dari Joji. Jemarinya menari-nari di atas senar gitar dan mulutnya menyuarakan lirik dengan indahnya.

If you've been waiting for fallin' in love

Babe, you don't have to wait on me

Lirik-lirik yang dinyanyikan mampu menyihir siapapun yang mendengarkan. Kenan tidak sadar jika di belakangnya ada seorang siswi yang berdiri sambil senyam-senyum. Murid-murid yang lalu-lalang juga sempat melirik ke arahnya, berbincang-bincang.

Prok prok prok....

Kenan berhenti bermain dan sontak menoleh ke sumber tepukan. Didapatinya Amanda tengah mendekat ke arahnya, kemudian duduk di sebelahnya.

"Waw. Baru kali ini gue dengar lo nyanyi. Suara lo bagus juga," puji Amanda.

Kenan terkekeh pelan dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari. "Lo kali yang nggak pernah merhatiin gue," katanya.

"Apa?"

"Enggak."

"Apa sih."

Lalu, keduanya tertawa atas ke-gak-jelasan-itu.

"Lagi, dong," kata Amanda.

Kenan mengedikkan bahu. "Nggak ah."

Amanda berdecak, raut wajahnya ditekuk ke bawah. Ngambek, tapi nggak yang ngambek beneran.

"Lagu apa, Neng?" tanya Kenan. "Udah kayak tukang jual kaset gue."

"Lagu Yours."

"Dari siapa?"

"Chanyeol."

"Chanyeol siapa?"

"LO NGGAK TAHU CHANYEOL?!"

"Enggak. Coba yang mana lagunya?"

Amanda membuka Spotify dan memperdengarkan lagu yang dimaksud.

"Korea?" tanya Kenan.

"Iya. Namanya aja Chanyeol, masa dari Cianjur."

"Nggak ah. Lagu lain aja, yang waras."

"INI WARAS!!" pekik Amanda.

"Maksud gue yang familiar di telinga. Yang gampang dinyanyiin."

"Ini familiar, lo-nya aja yang kudet!"

"Kudet apa?"

"AH, TAU AH! GUE MALES NGOMONG SAMA LO!"

Kenan tertawa terbahak-bahak melihat Amanda yang murka. Ia tentu saja tahu apa kepanjangan dari kudet alias kurang update, dia hanya ingin mengetes kesabaran gadis itu saja.

***

Kenan meletakkan gitarnya di samping, menjadi pembatas antara ia dan Amanda.

"Keanu," panggil Amanda.

"Hm?"

Amanda diam. Ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. Ia lalu mengambil sesuatu dari saku almamater. Sebuah jam tangan dengan rantai silver yang mengkilap. "Lo punya teman atau kenalan yang suka jam tangan nggak?"

Kenan berpikir sejenak. "Ada."

"Gue ... mau jual jam tangan ini."

Kenan menatap jam tangan itu. Ini bukan jam tangan murahan. Kenan bisa tahu hanya dari melihat bentukannya saja.

"Punya lo?"

"Punya nyokap gue. Sebenarnya," jawab Amanda.

"Kenapa mau dijual?"

"Gue b ... butuh ... duit. Jadi gue mau jual jam tangan ini. Hasilnya lumayan kalau berhasil kejual."

"Lo ada masalah apa?"

"Adek gue bentar lagi masuk SD. Gue butuh duit buat beli seragamnya. Katering gue juga lagi kurang banyak yang pesan. Rentenir juga hampir setiap hari datang ke rumah buat tagih utang bokap."

"Bokap?"

Amanda mengangguk lesu.

"Lo bayar utang bokap lo pake duit lo sendiri?"

"Iya."

"Terus bokap lo kemana?"

Amanda menggeleng. "Dia ada di rumah. Cuma ... ya gitu."

"Gitu gimana?"

"Bukannya gue udah pernah cerita ke elo ya?"

Cerita-cerita itu hanya Keanu yang tahu. "Gue lupa," jawab Kenan.

Amanda menggenggam jam tangan itu dengan erat, berniat memasukannya kembali ke saku. Kenan menahan tangan Amanda. Gadis itu kembali membuka tangannya. Kenan tahu, betapa berharganya jam tangan itu. Pasti berat melepaskan sesuatu yang berharga dan tak ternilai. Jika jam tangan ini dijual, maka kenangan yang ada juga akan lenyap.

Tapi ... mau bagaimana lagi? Amanda butuh bantuan dan Kenan akan berusaha membantu sebisa mungkin. Kenan mengambil jam tangan itu dan berkata, "Gue coba tanya ke teman gue ya."

***

Terima kasih sudah membaca

Follow aku juga di Instagram: @_nandaref

Hey, Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang