HEY, BROTHER! - 23: BENCANA MAKAN MALAM
***
Haikal Jarendra, Manajer Kredit, 38 tahun. Seorang laki-laki dari kantor yang sama dengan Nadin, secara terang-terangan menunjukan perasaannya kepada wanita beranak dua tersebut.
Malam ini Haikal datang ke rumah lagi. Dan ini adalah kali kedua Kenan bertemu dengannya.
Sebenarnya wajar saja kalau mereka saling jatuh cinta? Ew, Kenan nggak mau mengatakan kalau mereka saling jatuh cinta, maka diganti jadi saling tertarik. Oke, nggak ada kata lain selain itu. Karena kalau dilihat-dilihat, Nadin kayaknya juga tertarik.
Ibunya cantik, Haikal juga ... oke lah. Cara dia berpakaian dan membawa diri dalam obrolan menunjukan kalau dia pria berkelas yang datang dari keluarga terpandang. Pakaiannya selalu rapih, tanpa merek yang menonjol. Tapi kalau dibandingkan dengan ayahnya, masih kerenan ayahnya itu dimana-mana.
Tapi kenapa Papa sama Mama pisah? Berarti bukan soal fisik yang membuat mereka bercerai.
Papanya, Hendra, badannya jauh lebih keren dari Haikal. Tinggi badan juga Hendra yang lebih unggul. Haikal tingginya nyaris sepantaran dengan Kenan.
Kenan mengalihkan perhatiannya. Sudahlah, dia bosan memerhatikan laki-laki yang-
"Om Haikal ngelamar Mama kemarin."
-mungkin akan menjadi ayah tirinya.
BENCANA!
"APA?!" Kenan tanpa sadar menjatuhkan sendok ke piring sehingga berdenting cukup keras. Ekspresi kagetnya tak tertahankan. Dia bergantian menatap Nadin dan Haikal.
"Iyaaa." Nadin malah menjawab dengan nyengiran dan ekspresi watados, lalu tertawa dan menyentuh tangan Haikal di atas meja. Nadin lalu memamerkan cincin berlian yang sudah terpasang di jari manisnya entah sejak kapan.
Kenan tiba-tiba jadi tidak nafsu makan.
"Kapan?" tanya Kenan dengan tidak berselera.
"Tadi soreee!" jawab Nadin dengan riang gembira.
Oh my God!
"Kok Mama gak nanya persetujuan aku dulu?" Itu benar. Bagaimana pun juga, ini menyangkut masa depannya. Meskipun yang menjalani pernikahan adalah Nadin dan Haikal, tapi dia sebagai anak juga berhak untuk bilang setuju atau tidak dengan pasangan ibunya.
"Kan kamu sendiri udah setuju waktu itu kalau Mama nanti diajak nikah sama Om Haikal."
"Ha?"
"Kamu lupa ya?"
Kenan meminum airnya hingga habis, sampai perutnya kenyang dengan air. Karena dia sudah tidak bergairah melanjutkan makan.
Kenan membalas tatapan Haikal kepadanya lurus-lurus, tepat di bola mata! Kenan lalu menunjukan senyum meremehkan. Seolah-olah berkata lo kira lo bisa jadi Papa tiri gue? MIMPI! Keluar lo dari rumah gue sekarang!
Bau sedap tercium dari arah kompor, sedikit tajam begitu dihirup karena ada cabainya. Iya, Nadin memasak makanan di atas meja ini sendiri, tapi ada satu masakan yang belum selesai dimasak. "Kayaknya udah matang deh," kata Nadin dan berdiri mendekati kompor.
Tidak berselang lama Nadin pun kembali dengan sepiring udang goreng balado dan meletakannya di atas meja. "Nah, mama masak makanan kesukaan kamu lagi malam ini. Udang goreng balado. Dimakan ya," katanya pada Kenan.
Apa? Makanan kesukaan?
Kenan alergi udang! Seumur-umur baru satu kali Kenan makan udang, di kelas 5 SD saat ikut kemah pramuka, dan sampai saat ini dia tidak tidak pernah lagi menyentuh makanan yang bisa menyebabkan sekujur tubuhnya gatal-gatal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Brother!
Teen FictionLiburan akhir tahun yang (seharusnya) menyenangkan itu malah membawa Keanu bertemu dengan seseorang yang fisiknya nyaris 100% mirip dengannya. Kenan, nama anak laki-laki itu. Keanu pikir dunia sudah gila. Apalagi saat Kenan mengungkap fakta bahwa me...