HEY, BROTHER! — 2: SO, HOW?
***
"Bang, ikan bakar rica-rica sama lontong, ya" pesan Kenan pada pramusaji yang berdiri di balik counter.
Mereka berdua memutuskan untuk membahas hal serius ini di sebuah restoran yang tak jauh dari tempat berenang. Walau pada awalnya Keanu menolak mentah-mentah ajakan Kenan karena menurutnya ini sangat-sangat tidak masuk akal dan lebih mirip seperti adegan di sebuah film.
Apakah remaja di depannya ini bisa dipercaya?
Apakah ini bukan tipu daya yang ujung-ujungnya membahayakan dirinya?
Bagaimana kalau ia diculik? Dirampok? Atau yang lebih parah dibunuh, dimutilasi, di-
"Lo pesen apa?" tanya Kenan.
Keanu tersadar dari lamunan dan segala pemikiran negatifnya. "Samain aja," jawabnya meskipun ia sendiri tidak tahu apa pesanan Kenan tau karena ia tidak begitu menyimak.
Namun meskipun hal-hal buruk itu sempat ia pikirkan, entah kenapa ia merasa aman dan jauh dari perasaan terancam saat berada di dekat pemuda bernama Kenan ini.
Mereka duduk berhadapan, terhalang oleh meja panjang yang terbuat dari kayu alam.
Keanu masih saja memandang wajahnya sendiri-a.k.a wajah Kenan yang 99% mirip dengannya, mungkin akan 100% kalau bukan karena tahi lalat kecil yang menempel di telinga sebelah kiri milik Kenan, dan juga ... otot-otot Kenan terlihat lebih menonjol daripada dirinya. Kanu tidak kurus, tapi juga tidak gemuk. Berat badan dan tingginya ada di kategori normal. Ia hanya butuh latihan saja agar otot-ototnya bisa seperti Kenan.
Masih gantengan gue sih, tapi, batinnya.
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Kenan.
Keanu berdecak, tidak menjawab. Ia malah membuang muka, menatap ke arah pintu masuk yang menampilkan pasangan bule yang baru saja masuk, pasangan yang mesra, saling merangkul di pinggang.
Kenan membiarkan Keanu seperti itu, ia mengerti apa yang Keanu pikirkan. Lalu, Kenan berdiri, "Tunggu bentar!" dan meningggalkan Keanu sendirian.
Keanu tak bergairah, udara terasa dingin, karena Kenan dia jadi melupakan kemejanya yang masih tertinggal di pasir pantai.
Di atas meja ada kacamata renang, selang dan juga tulang ikan hiu palsu yang tadi Kenan pakai. Untuk alasan kenapa Kenan pakai itu, Keanu sendiri juga belum tahu. Ia tertawa kecil, lalu mengangkat benda lancip tersebut.
Keanu menatap ke arah perginya Kenan, cowok itu berdiri di depan kakek-kakek penjual kelapa muda, lalu kembali dengan kedua tangan yang penuh dengan buah berkulit keras itu.
Keanu menerima kelapa muda itu. "Thanks," ujarnya, sebelum ia menyesap sedikit dari sedotan "Jadi ...."
Satu alis Kenan terangkat. "Jadi apa?"
"Penjelasan lo soal ... kita," jawab Keanu, diikuti oleh seorarang pramusaji yang datang menghidangkan mananan.
"Bentar, gue makan dulu," tukas Kenan.
Sepertinya bukan Keanu yang seharusnya takut diapa-apain di sini, tapi Kenan. Keanu sangat ingin membunuh pemuda di hadapannya ini dan mengganti kuah kelapa dengan darah.
Ia menatap Kenan geram, tangannya mengepal kuat. Dia merasa seperti dipermainkan.
Kenan mulai membuka lontong, lalu mencoba meraba ikan bakar yang asapnya masih mengepul itu. Panas, Kenan meniup jari-jarinya dan menggosoknya dengan telapak tangan yang lain. Padahal Makan makanan seperti ini lebih enak jika disantap menggunakan tangan. Kenan kemduian mengambil sendok dan garpu yang ada di tengah meja, lalu mulai menusuk ikan dan mengelurkan daging empuknya.
Melihat lontong milik Keanu masih terbungkus, Kenan lantas mendongak, dan didapatinya Keanu yang menatap kosong pada makanan milik Kenan yang sudah menyatu dengan piring. Kenan menghela napas dalam. "Gue janji, setelah selesai makan, gue bakal ceritain apa yang gue tahu."
Keanu mengerjap, lantas ia menatap manik milik Kenan; cokelat kehitaman, sama seperti miliknya. "Makan," titah Kenan, menunjuk piring Keanu dengan gerakan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Brother!
Teen FictionLiburan akhir tahun yang (seharusnya) menyenangkan itu malah membawa Keanu bertemu dengan seseorang yang fisiknya nyaris 100% mirip dengannya. Kenan, nama anak laki-laki itu. Keanu pikir dunia sudah gila. Apalagi saat Kenan mengungkap fakta bahwa me...