6. Mom?

55 5 4
                                    

Suatu hal yang tidak diduga kembali terjadi, ketika Diamond ternyata merupakan dewa Hiperion, ketika Spade yang ternyata mewarisi sihir hitam ibunya yang dulunya merupakan pemimpin dunia bawah. Entahlah kejutan apa lagi yang akan menghampiri mereka. 

Saat ini Clover dan Spade sedang berjalan mengelilingi suatu taman diluar istana. Mereka pun mulai beradaptasi dengan segala hal yang ajaib didunia ini. Pikiran mereka pun dipenuhi oleh pertanyaaan. Apa yang akan mereka lakukan disini? Apa maksud temannya itu? Apa lagi yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan mereka lakukan untuk melawan para makhluk astral atau bisa dibilang makhluk yang tidak mungkin bisa mati?

"Lu yakin kita bisa melawan para dewa itu?" Clover bertanya dengan nada penuh ketakutan. Spade hanya bisa diam dan tidak bisa memberikan suatu kata penyemangat lagi. Apalagi sekarang kondisinya sedang terpuruk dan dipenuhi pertanyaan, dalam kamusnya ia harus merasa lebih baik jika ingin memberikan nasehat dan kata-kata penyemangat kepada ketiga teman-temannya itu. 

Namun kali ini keadaannya berbeda. Ia merasa perlu waktu untuk menyendiri mencerna segala kejadian yang ada disini. Tentu juga dengan kejutan baru yang terus beruntun datang menghampirinya. Hidupnya seperti sedang menaiki roller coaster. 

"Clover, lu bisa tinggalin gw sendiri dulu gak? Gw keknya mau jalan-jalan sendiri aja," pintanya dengan nada datar. Clover yang mengerti pun hanya menganggukkan kepala dan pergi ke arah lain dari taman itu.

"Ini sebenarnya ada apa sih? Dari kemaren ada aja kejadian yang bikin gw makin down," Spade pun duduk di salah satu kursi panjang disana. Tiba-tiba saja seorang wanita menghampirinya. Wanita itu sudah tua perawakannya amat berantakan. Spade yang melihat itu pun hanya melihatnya sebentar dan menundukkan kepalanya lagi.

"Ada apa, nak? Kau seperti sedang tertekan," ucap wanita tua itu dan duduk disebelah Spade yang masih saja menunduk dan terus menerus menghela nafas pelan.

"Maaf sebelumnya tapi anda siapa? Saya tidak kenal dengan anda." Spade pun melihat ke arah mata wanita tua itu dengan sedikit menajam. Namun wanita tua itu malah tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah langit yang gelap.

"Baiklah... jika kau tidak ingin bercerita. Biarkan aku yang bercerita." Wanita itu pun menutup matanya sembari menikmati hembusan angin lembut yang menerpa wajahnya yang sudah keriput.

"Suatu hari, ada seorang dewi sekaligus ratu dunia bawah. Ia adalah ratu yang jaya dan mampu mengatur dunia bawah dengan sangat pintar. Semua makhluk yang berada didunia bawah merasa tercukupi. Tapi, dewi itu memiliki seorang pelayan yang amat iri dengannya. Sampai pelayan itupun memiliki niat untuk mencelakai sang ratu. Hingga terjadilah hari dimana sang pelayan mengancam akan membunuh anak dari dewi itu jika sang dewi tidak memberikan tahtanya sebagai pemimpin dunia bawah. Sang ratu begitu menyayangi anaknya melebihi jabatannya sebagai pemimpin. Sang ratu pun merelakan jabatannya itu dan diusir dari istana. Tapi tidak hanya sampai disitu saja, sang pelayan yang sudah menjadi ratu belum merasa puas. Pada akhirnya pelayan itupun merencanakan untuk kembali mencelakai anak sang mantan ratu-" ucapan itu pun terhenti. Seketika Spade yang awalnya tidak tertarik menanggapi wanita disampingnya itu menjadi penasaran apa kelanjutan cerita dari sang wanita tua itu.

"Lantas apa yang terjadi selanjutnya dengan mantan ratu itu?" Tanya Spade begitu penasaran.

"Pada akhirnya sang mantan ratu tetap bisa melindungi anaknya itu. Tapi dengan sengaja sang mantan ratu mengirim anaknya itu ke suatu dunia tidak dikenal, dan sudah dipastikan jika dunia itu tidak ada pengaruh dari sang pelayannya yang kejam itu. Begitulah cerita ini berakhir." Wanita tua itupun tersenyum. Walau wajahnya sudah berkeriput tidak membuat kemanisan senyumnya mengurang.

"Lantas mengapa sang mantan ratu tidak mencarinya?" Tanya Spade kembali.

"Dikarenakan sang mantan ratu tetap ingin anaknya aman. Tanpa tersentuh dunia sihir lagi, maka ia tidak mencari anaknya walau rasa rindu sangat membuatnya tersiksa," jelas sang wanita tua itu. Spade pun menganggapinya hanya dengan anggukkkan paham.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang