20. War is Over

54 1 0
                                    

"Sial- sialan kalian!!!" Tangan bersarung hitam itu melempar sebuah batu tepat didepan 6 enam orang yang selama ini sudah menjadi musuh bebuyutannya. Tepatnya keempat laki-laki itu yang sudah berdiri tegap tanpa luka sedikitpun.

"Kenapa? Udah nyerah?" Pria bertubuh tinggi dan tegap itu menghampiri Black Mamba yang terduduk tak berdaya.

"Gak biasanya kau mudah menyerah begini. Ada apa?" tanya pria bermata sipit itu dengan ramah.

"Njing lah, gila kali pak ketua ngajak ngobrol buronan." Clover atau dulunya sering dipanggil Marcell. Ia mengumpat temannya yang bernama Jendral itu atau biasanya dipanggil Diamond.

"Sabar Mar, mungkin dia pengen nyelesaiin masalah tanpa perang lagi. Gak liat tuh muka nya udah babak belur," jawab Spade.

"Iya sih.. tapi masalahnya si Jendral gak biasanya kek begini." Marcell menendang batu yang tadinya dilempar oleh black mamba.

"Udahlah tunggu aja rencana selanjutnya dia. Kita kan cuman ngikutin permainannya daritadi." Spade menepuk pundak Marcell. Berusaha menenangkan amarah Marcell yang mungkin saja hampir di ambang batas.

"G-gak gw gak nyerah!" Black mamba berusaha menjauh dari Jendral. Namun Jendral tersenyum, senyum yang misterius.

"Ayolah! Jika pun kau mau melawan lagi kau akan mati." Merasa terpojok, black mamba terdiam tak berkutik. Lidahnya kelu 'tuk berbicara.

"JENDRAL! AWAS!!" Teriakan itu membuat Jendral menoleh.

Sepersekian detik kemudian sebuah pedang datang melaju. Hampir saja Jendral tertusuk. Sesuai dugaanya selama ini, black mamba tidak pernah mengenal kata menyerah. Bahkan disaat keadaannya sudah babak belur tetap ia ingin menusuk lawannya dari belakang.

"Seru juga cara main lu. Tapi maaf, gw gagalin rencana cadangan lu ini." Jendral mengangkat pedang itu dan meneliti pedang itu. Hanya pedang biasa tanpa ada bahan pembuatan yang spesial.

"Lu itu sebenarnya manusia atau bukan sih?!! Hampir aja kena! AKHH!!!" Pria berjubah hitam itu lagi-lagi menendang bebatuan yang ada didekatnya.

"Oh ya gw lupa. Gw emang bukan manusia, tapi.. ah! Sudahlah tak perlu kuberitahu." Jendral tersenyum simpul sambil berjalan menghampiri Black Mamba yang sedang menundukkan kepalanya.

Kepalanya mendekat kearah telinga Black Mamba. Deru nafas tenang yang terasa diarea telinga black mamba membuat pria berambut hitam pekat itu merinding.

"Gw.. emang bukan manusia. Semua orang yang ada disini kecuali lu bukan manusia. Karena lu sudah menyatakan perang dimulai maka terima ini, dan bertobatlah!" Setelah kalimat itu keluar dari mulut Jendral, pria itu menghilang bak ninja.

"Jangan bingung! Gw ada disini!!! Gw tahu, lu sebenarnya orang baik tapi karena kegelapan udah terlalu menguasai tubuh lu makanya lu kayak begini!!!" Jendral berteriak. Semua mata tertuju pada Jendral rencana apa lagi yang ingin dijalankan Jendral untuk terakhir kalinya ini.

Tangan Jendral terangkat, berbagai mantra terucap pada mulutnya. Tangannya membentuk bola yang awalnya hanya sebuah titik menjadi sebesar bumi. 5 orang yang berada disekitar Jendral ikut menyerahkan sebagian sihir mereka untuk membantu proses ini.

Proses ini disebut sebagai proses pembersihan. Dimana orang-orang yang dikuasai oleh sihir gelap dapat terbebas dari sihir terlarang itu. Biasanya orang-orang dikuasai sihir gelap dikarenakan dendam yang ada pada lubuk hatinya sangat besar.

"Safra, uppfra gôźt!" (Langit tolong bantu kami!). Ucapan itu terucap bersama oleh keenam orang itu.

Semuanya berubah menjadi dipenuhi cahaya. Seluruh kegelapan t'lah ditelan bulat-bulat oleh cahaya. Begitupun black mamba yang sedang menderita melepaskan kegelapan yang sudah sekian lama melekat pada dirinya.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang