15. Calm Chapter

20 2 0
                                    

"Kenapa kau tidak sudi untuk duduk di tahta ini, anakku?" tanya sang ayah dengan nada keheranan namun dibuat-buat.

"Gw gak sudi jadi boneka lu!!!" Teriakan itu berhasil mendapatkan gelak tawa dari sang pemimpin kota. Pria paruh baya itupun mengubah ekspresinya menjadi tajam dan sedikit mengancam.

"Bersikaplah sopan kepadaku, anakku. Ayah tunggu sampai kau benar-benar siap untuk duduk di tahta ini!" Perkataan itu semakin membuat atmosfer itu menegang. Ketiga temannya tahu sekali jika Clover sudah benar-benar marah akan semenyeramkan ini.

"Astaga! Suka ninggalin deh tuh anak!" Bisik Heart merasa gregetan dengan temannya yang 1 itu.

Langkah besar itupun terhenti ketika lagi-lagi Clover menghentikan langkahnya tiba-tiba. Mereka sampai disuatu tempat rahasia yang hanya diketahui oleh Clover.

"Ini tempat apaan? Keknya asing banget dah," gumam Heart dengan hati-hati. Ruangan itu tidak diisi oleh alat-alat yang canggih, namun diisi oleh alat-alat sederhana dan terkesan sudah tua.

"Selamat datang di kamar lama gw!" Perkenalan singkat itu membuat ketiganya dapat paham. Disana terdapat lukisan kecil yang berada diatas lemari kayu yang sudah berdebu, disana terdapat seorang wanita sedang tersenyum manis tak terkalahkan.

"Ini siapa, Clov?. Kayaknya kenal deh gw," tanya Spade.

"Itu masa lalu gw. Gak usah diotak-atik,"

"Belum move on juga lu?" Timpal Heart.

"Gimana mau move on coba? Kemaren pas kita terjebak di Elysian gw ketemu dia lagi!" Otaknya pun teringat betapa terkejutnya ketika masa lalunya yang berhasil membuat hidupnya kacau muncul kembali dihadapannya dengan penampilan yang biasanya dipakai ketika mereka berkencan.

Sebuah dasi hitam yang bergantung dan menghiasi kemeja putih polosnya itu dan rok diatas lutut berwarna biru bergaris hitam. Juga rambut hitamnya yang tergerai lepas, ingatan itu seakan membawanya kembali ke masa-masa dimana ia menajdi seseorang yang kacau.

"Oh! Gw inget! Waktu itu kan lu sempat ngilang sebulan kan? Ternyata karena dia toh!" Diamond seakan menyindirnya secara halus. Clover hanya diam, tak bisa mengelak karena itulah fakta yang ada.

Sejak wanita itu menghilang, ia berubah menjadi sosok yang emosional, suka melamun dan suka berkelahi walau masalah yang dialami hanya masalah kecil. Semuanya dikarenakan wanita itu.

"Juga ini lemari bagus bener dah, kokoh cuman agak berdebu. Lu dapet darimana? Kan udah jarang lemari kayu beginian," tanya Heart penasaran. Siapa tahu jika ia tahu tempat Clover membeli lemari ini mungkin ia bisa membelinya untuk menempati foto-foto wanitanya yang begitu banyak.

"Itu gw bikin sendiri," jawab Clover.

Ketiga temannya shock. Ampun deh, temannya yang terkenal alergi akan wanita ini membuatkan lemari besar untuk 1 wanita? Sudah gila kali!

"Astaga! lu sebucin itu kah sama cinta pertama lo?" Diamond tak habis pikir dengan temannya itu. Ia hanya bisa terdiam dan mengintropeksi dirinya.

Diamond dulu juga sebucin Clover, ketika ia bersama wanita yang dahulu merupakan cinta pertamanya. Benar, sosok Theia adalah cinta pertamanya, tidak tidak dia tidak berniat menikahi saudaranya sendiri karena Theia bukanlah saudara kandungnya. Mereka berteman sejak Diamond berencana mengunci peradaban Elysian didalam void, tempat yang kosong.

Diamond berjuang melawan Kronos bersama dengan 10 teman seperjuangannya. Diantaranya adalah Theia, Themis, Thetis, Aphrodite, Asshur, Shamash, Enlil, Nergal, Dam-gal-nun, dan Marduk.

6 diantara teman seperjuangannya gugur. Dan sebagai perngorbanan terakhir, mereka memasukkan sisa sihir mereka kedalam batu dan sekarang disebut sebagai batu legendaris. Itulah mengapa ia tidak berniat untuk kembali ke Elysian, karena disana sudah banyak kenangan buruk yang terbentuk. Diamond tak sanggup mengingat memori itu.

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang