"Ibu?"
"Ibu?"
"Ibu..."
Bibir tipis itu berbicara dengan bingung. Masih terlalu dini ia mengalami kejadian sepahit ini. Hidup Spade kacau, tidak ada lagi diri Spade yang dulu. Spade yang ceria, penyabar dan hidupnya dipenuhi kesenangan seketika tergantikan oleh Spade yang menyedihkan, kebingungan dan kehilangan arah.
Jiwanya seperti hilang setengah ketika melihat sang ibu terkapar kritis. Pikirannya dipenuhi 1 pertanyaan yang mengganggu dan membuat kepalanya pening.
'Mengapa ibu meninggalkanku dengan teganya? Meninggalkan anakmu yang baru saja kau temui! Kenapa?!"
Kata 'kenapa' seakan membuat mentalnya terpuruk, pikirannya tidak fokus. Semua orang yang ia sayangi seperti tidak bisa ia percayai dan disayanginya lagi. Ia berkali-kali dibuat kecewa oleh Diamond dan yang paling membuatnya sakit yaitu ibu kandungnya sendiri. Bayangkan bagaimana keadaan jiwa dan pikirannya sekarang!
Walau ia diam dan melamun namun matanya seperti berbicara jika ia lelah dengan semua ini. Bengkak yang ada di matanya seperti menceritakan banyak hal, netranya seakan berbicara dalam diam dan hanya Spade lah yang mengerti apa kalimat yang ingin matanya katakan.
"Spade! A-apa yang terjadi dengan mereka?! Mengapa bisa seperti ini?" Dewi Themis menghampirinya begitu panik. Spade yang termenung dan melamun belum sadar dengan panggilan itu. Hingga terdengar suara ledakan dari luar istana.
"Astaga! Apa itu? Mengapa ada ledakan?" celetuk dewi Themis. Spade yang awalnya melamun pun akhirnya menyadarkan diri jika ledakan itu sepertinya bukan ledakan biasa atau sekadar peringatan. Ia yakin perang melawan para dewa dan dewi itu dipercepat dan inilah saatnya.
"Kita harus bergegas! Jika tidak kita akan mati disini." Peringatan itu pun segera dianggap serius oleh kedua dewi ini. Mereka segera berlari masuk ke dalam entahlah apa yang mereka berdua ingin lakukan.
Spade pun melonggarkan pelukan yang semula amat erat ia tersenyum tapi netranya meneteskan air mata. Di 1 sisi ia ingin sekali merawat sang ibu yang mungkin saja sedang berada di ambang kematiannya namun di sisi lain ia tahu jika inilah saatnya berperang para dewa dan dewi yang tamak dan memiliki kelakuan seperti iblis yang seharusnya di tempatkan di Tartarus, neraka terdalam dan tersakit di alam baka.
"Ibu, aku pergi sebentar, ya... aku janji akan kembali dan merawatmu dengan penuh kasih. Kau ibuku yang paling hebat, ku mohon bertahan sebentar saja. Jika kau mendengarku sekarang aku mohon dan berterimakasih kepadamu, ibu." Spade akhirnya berdiri setelah selama 10 menit ia berlutut memeluk sang ibu dan menangisi sang ibu. Kali ini ia harus menggunakan segala tenaganya untuk melawan para dewa dan dewi itu. Namun ia bingung senjata apa yang perlu ia gunakan dalam perang yang amat besar ini?
"Spade! Gunakan pedang ini terlebih dahulu." Dewi Thetis pun memberikan sebuah peda yang seperti terbuat dari lava vulkanik. Tanpa pikir panjang Spade pun mengambilnya dan pergi keluar istana dengna kecepatan penuh bersama kedua dewi yang masih selamat.
"Astaga! Aku tidak menyangka akan sekacau ini," ujar dewi Themis terkejut betapa kacaunya keadaan diluar istana.
Terjadi kebakaran disetiap sudut desa, rumah-rumah rakyat hancur berkeping-keping. Teriakan para rakyat yang ketakutan, para rakyat yang berlarian dan mencari tempat yang aman untuk mengungsi. Kekacauan ini disebabkan oleh seorang iblis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Belial. Iblis yang secara diam-diam memiliki kontrak jiwa dengan sang ratu, Rea.
"Spade dan aku akan mengevakuasi para rakyat dan kau, adikku cari Ereshkigal. Cepat!!!" Mereka pun berpencar. Dewi Thetis masuk kembali kedalam istana, Spade dan dewi Themis memilih membantu evakuasi warga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AI
ФэнтезиKisah mengenai suatu kota bernama Overheims yang dijaga oleh para agen yang amat terampil di bidang teknologi.