16. Jendral Evarns

25 2 0
                                    

Pagi yang buruk kembali menghampiri mereka, semua reaksi wajah mereka melotot ke arah seorang pria paruh baya yang memimpin meeting pagi ini terkecuali Clover yang sudah terbiasa dengan sang ayah yang selalu memberikan harapan palsu kepada teman-temannya.

"Saya menolak untuk membantu kalian. Karena saya tidak mau rugi." Tegasan itu membuat api yang berada di hati Diamond berkobar-kobar. Ia merasa marah karena harapan yang selama ini ia kira berhasil ternyata tidak sama sekali.

"Jika bapak ingin imbalan, katakan pada kami. Kami akan semaksimal mungkin melakukannya," ucap Spade mengambil resiko.

"Spade! apa kau sudah gila?" Diamond mengalihkan pandangannya selama 5 detik ke arah Spade dan kembali menundukkan kepala. Tangannya yang berada di atas meja terkepal erat, memperlihatkan urat nadinya.

"Kak! mengapa kita tidak berusaha dulu?" Spade membalas kontak mata Diamond. Matanya berbicara dalam diam mungkin seperti "percaya dengan rencana gw."

"Jangan aneh-aneh ya rencananya," bisik Diamond sedikit panik.

Spade pun tersenyum miring dan tertawa sekilas sembari memperbaiki rambut panjangnya dan menatap ke arah pria tua yang memakai jas hitam dengan gagahnya.

"Jadi menantang saya ya..? Baiklah jika itu tantangannya. Saya ingin Overheims memberikan seluruh mesin teknologi yang paling canggih dan menyumbangkannya kepada Aelivory." Pria paruh baya itu pun menjentikkan jarinya 3 kali.

Tepat sasaran! tebakan Spade sesuai sasarannya. Kali ini rencananya bisa berjalan dengan lancar. Rencana simpel yang dapat membuat semua orang merasa jengkel jika terjebak akan rencananya.

"Baiklah. Saya menerima tantanganmu! Tapi dengan syarat jika Black Mamba tidak berhasil terkalahkan, kota Aelivory harus menanggung jawab ini dengan memberikan kompensasi." Spade membuat semua orang terdiam. Apa Spade memang seseorang yang suka mangambil resiko dan memberikan tantangan seperti ini?

"Ini tidak adil!!! Aelivory akan mengalami kerugian besar!" Pria paruh baya itu pun menunjukan raut wajah marah sambil menggebrak mejanya keras.

"Lebih memilih mesin teknologi Overheims atau tidak mendapatkannya sama sekali, tuan?" Spade dengan segala rasa kurang ajarnya, ia sengaja mengangkat kaki kirinya dan menendang meja yang hampir menghimpitnya sambil memainkan gelas air putih yang awalnya berada di atas meja.

"B-baiklah saya akan membantu kota Overheims! T-Tapi kalian harus menempati janji untuk memberikan teknologi itu jika Black Mamba terkalahkan!" Check mate! Ini seperti kesenangan tersendiri bagi Spade saat ini. Melihat seseorang merasa kesal dengan rencana simplenya itu.

"Spade kau yakin dengan rencanamu?" Diamond sebagai seorang ketua agen merasa ragu dengan pilihan yang Spade berikan.

"Tentu, kita sudah check mate. Kita tinggal menunggu waktu." Spade berdiri memilih meninggalkan ruangan meeting dengan tangannya yang berada didalam kantung celananya.

"Terima kasih sudah mengikuti meeting ini.  Maaf jika mengganggu waktu kalian. Selamat pagi." Diamond pun keluar dan segera menyusul mengejar Spade yang sudah pergi meninggalkannya begitu saja.

"Lu yakin rencana lu berhasil?" Rencana dan rencana. Harus selalu ada didalam otak mereka. Didunia ini tidak ada seorang petinggi yang tulus membantu, pasti dibalik keberhasilan suatu masalah akan ada 1 kata yang selalu terlontarkan. Imbalan.

"Tentu. Kita sudah check mate, Diamond. Jadi tak perlu khawatir." Spade menaikkan 1 alisnya dan melakukan kontak mata denga Diamond. Pria yang dikontak mata itu meneguk ludahnya kasar, benarkah ini temannya? Atau ia sebenarnya sedang bermimpi? Temannya yang dikenal sebagai orang paling ramah menjadi sosok diam-diam menghanyutkan. Rencana yang dibuatnya kali ini semakin menunjukkan, jika orang yang baik hati jika sudah bertindak akan lebih menyakitkan.

"B-baiklah. Tapi tanggung jawab ya kalau rencana lu gak berhasil!" Diamond berusaha membuat dirinya tidak terpojok. Spade tertawa kecil menatap langit sebentar dan kembali melakukan kontak mata dengan Diamond yang sedang menunduk ketakutan.

"Setakut itukah? Jika rencana yang sebenarnya simple ini gak berhasil. Tenang. Jika gw yang turun tangan gw pastiin 100 persen rencana gw berhasil." Temannya kembali pergi meninggalkannya dibelakang. Spade ini terlihat amat santai tapi tidak dengan ucapannya yang membuat jantung Diamond berdegup begitu kencang.

"Huft.. ngeri ngeri," umpat Diamond dan memilih mencari kedua temannya yang lain. Tak lain dan tidak bukan Heart dan Clover yang tiba-tiba saja menghilang setelah meeting singkat pagi ini.

"Oi Heart! Clover! gw daritadi cari-cari malah disini kalian!" Setelah mencari selama beberapa menit Diamond berhasil menemukan mereka berdua. Mereka berdua ternyata sedang berada di balkon sembari meminum kopi latte yang sebentar lagi akan habis.

Pemandangan balkon amat indah banyak mobil-mobil terbang yang berada disana. Gedung-gedung tinggi yang hampir memenuhi kota dan lampu-lampu jalanan yang baru saja menyala. Aktivitas disana terlihat berjalan denga baik. Berbeda dengan kota Overheims yang sudah menjadi kota mati.

"Gw kangen sama suasana pagi ini. Minum kopi, nyantai di balkon terus menikmati pemandangan kota. Kayaknya hal itu bakal mustahil terjadi lagi di Overheims." Heart begitu merindukan suasana hangat ini. Kota Overheims memang terlihat seperti kota jika dilihat dari kejauhan. Tapi ekspektasi tidak akan sesuai dengan realitanya. Realitanya banyak gedung-gedung tinggi yang sudah retak dimana-mana, bahkan beberapa diantaranya sudah hampir rubuh.

Diamond mengerti soal perasaan rindu Heart yang sedang dialami nya sekarang. Tangannya pun bergerak ke belakang punggung Heart dan mengusapnya perlahan.

"Gw tahu lu kangen suasana ini. Jadi.. sabar ya?" Clover memeluknya, berusaha menyalurkan kehangatan agar dapat menemani hati Heart.

"Iya.. gw bakal sabar." Kata Heart begitu pasrah. Mau bagaimana lagi? Ia harus sabar lagi dan lagi.

"Eh.. Jen." Entah apa yang merasuki Clover kali ini ia memanggil nama asli Diamond yaitu Jendral Evans. Tak banyak yang tahu nama asli keempat agen ini bahkan membernya sendiri saja tidak tahu nama asli dari rekan kerjanya sendiri.

Biasanya sebelum bekerja, para agen dituntut untuk memilih nama samaran diantaranya nama Diamond, Spade, Heart dan Clover, dan mereka yang terpilih akan memilihnya dan keesokan harinya mereka baru masuk bekerja.

"Sejak kapan lu tahu nama asli gw," Diamond dan Clover berpindah tempat menjadi disebuah lorong panjang yang memiliki suasana remang-remang. Clover seperti dimarahi sekarang, tatapan datar dari Diamond memiliki arti yang berarti.

"Gw.. gak sengaja pernah denger lu ngobrol sama keluarga.. lo? Jadi gw tahu nama asli lo." Clover memang pernah mendengar nama Jendral sekali. Saat itu sebelum kejadian ini terjadi, tak sengaja ketika Clover sedang berada di perpustakaan ia mendengar suara yang sangat amat ia kenal.

Suara itu berat dan serak seperti habis menangis dengan histeris. Clover mencari sumber suaranya dan ia sampai di ruang rahasia yang berada di perpustakaan itu.

Saat itu.. ia membuka pintunya perlahan dan menemukan Diamond dalam keadaan tak karu-karuan. Penampilannya kacau, matanya berkaca-kaca, dan tangannya sudah penuh darah. Pecahan kaca berada dimana-mana, Diamond seperti habis marah dan membanting seluruh benda disana.

Saat itu adalah tahun pertama Clover bekerja menjadi agen, sehingga dia tidak begitu akrab dengan ketiga temannya yang lain. Clover sempat terdiam sebentar dan sayup-sayup terdengar suara wanita entah darimana.

"Kau harus kuat. Jika kau tidak kuat pulang! Hiperion." Memori itu terputar- Clover baru menyadari jika nama yang tersebut dari suara wanita itu ternyata memang benar adanya. Hiperion, Jendral. Nama yang dikubur dalam-dalam oleh sang pemilik namanya sendiri yang sekarang lebih nyaman dipanggil Diamond.

"Tidak, sudah cukup dengan ingatan buruk ini!" Diamond menengadah ke langit-langit ruangan. Lagi-lagi kepalanya memunculkan bayangan tak mengenakkan.

Pertumpahan darah terjadi dimana-mana didalam bayang-bayangnya. Keenam teman seperjuangannya mengorbankan diri agar peradaban Elysian dapat terkunci didalam void.

"Gw benci sama nama Jendral dan.. Hiperion," begitulah kalimat yang terucap oleh Hiperion alias Jendral alias Diamond.

Sejak saat itulah, Diamond merasa namanya harus disembunyikan. Biarkan saja kebohongan yang menyelimutinya, karena kebohongan membuatnya merasa lebih baik.

[]

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang